Percayalah, Ini Chap terpendek wkwkw.
_________________________________________
"Omong kosong. Mana ada logika Janin dapat menyakiti ibunya."
"Tidak ada yang tidak mungkin, Tuan Penyihir. Dan, Bagaimana jika Tuan Putri bernasib sama dengan mendiang ibu--UKH!!"
"Jaga ucapanmu. Kau ingin menyia-nyiakan mulut dan nyawa mu huh?"
"Ditanganku."
"T-tuan p-penyihir, saya h-hanya berpendapat. B-bagaimana jik-a Tuan P-putri melihat ini? Apa k-katanya? T-tidak baik membebani pikiran i-ibu hamil---UKH!!"
'BRUK!!'
'Uhuk!!'
"Kau tidak dibutuhkan lagi disini,"
"Aku yang akan mengatasi masalah Istriku, mulai detik ini."
"Pergi, Jangan pernah kembali. Atau kau kubuat menyesal seumur hidupmu."
Wanita berstatus Putri Duke mendesah pelan. Mendecak dan menggeleng pasrah, Dikala kepalanya terngiang-ngiang oleh Perkataan itu. Tangannya merapikan kerah baju yang berantakan.
Ya, Charlotte tidak dibutuhkan lagi sebagai Dokter Pribadi Athanasia. Kasarnya, ia telah diusir oleh Pria yang hampir mencekiknya mati beberapa menit lalu. Sebab ucapannya.
Athanasia belum mengetahui tentang ini. Entah bagaimana responnya nanti.
Dengan kata lain, Charlotte tidak bisa menjalani misinya lagi. Karena kontak fisik antar mereka terputus.
Kecewa, kesal, marah. Itulah yang seharusnya menggambarkan Suasana hati Charlotte sekarang.
Namun,
"Hihihi..."
Itu semua salah. Charlotte tidak merasakan satupun dari tiga kata itu. Yang ia rasakan, adalah Antonim dari ketiga kata itu.
"Ya, Silahkan usir aku Tuan Penyihir."
Putri Mahkota Ekardion menyeringai, ditengah sunyinya lorong yang dilalui menuju Perjalanan pulangnya (Gerbang).
"Toh, Tugasku sudah selesai. Sihir yang kutanam tinggal berkerja sendiri."
Tinggal menunggu kapan mereka menyadari dan kabar Dukanya.
Charlotte mendengus geli, Merasa bangga pada dirinya sendiri.
"Sayang sekali, Aku tidak bisa menyaksikannya huh." Cemberut Charlotte, mengembungkan sebelah pipi.
Langkahnya terhenti, ketika seseorang muncul dibenaknya. Oh, ia harus bertemu dengan Orang tersebut sebelum pulang ke Kampung Halamannya.
"Tidak sopan jika pergi tanpa kabar. Setidaknya aku harus mengucapkan selamat tinggal untuk Tuan Putri."
●●●●●●●●●●●
"Ah, Ini!"
Dengan cepat, Athanasia menulis, merangkai kata-kata mendeskripsikan apa yang ada di Pikirannya diatas kertas.
Senyum Excited tidak pernah pudar, semenjak sepuluh menit yang lalu. Terkadang tangannya selalu menyingkirkan poni depan yang menghalangi Penglihatan. Rasanya ingin mengikat rambut tapi malas berpindah tempat. Kalau sudah posisi enak tidak bisa dibantah lagi.
Athanasia memutuskan istirahat sejenak. Merenggangkan tangan keatas, menghilangkan pegal sebab lama menulis.
Suara pintu terbuka menyapa pendengarannya, segera Wanita itu menoleh ke sang pelaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life [Athy×Lucas]
Fiksi PenggemarBagaimana kehidupan pernikahan mereka? Simak kuy. ▪Ini Fanfiction dari Suddenly I Became A Princess ▪ Cerita asli tetap kepada Author terhormat Plutus dan Spoon. Genre : Romance, Comedy, Fantasi, Drama