~{Chapter 2}~

1.8K 103 44
                                    

     "Jennette?? Kenapa kau berada disini? Ini baru jam 08:20! Kau seharusnya bangun jam 09:00!" Tanya Athanasia dengan terbata-bata. Claude yang langsung mendengar nama "Jennette" kini memandangnya dengan muka tidak suka, bukan seperti tatapan hangat lagi. Posisi Athanasia dan Zenith kembali seperti semula.

"Papa, Athi, K-kenapa kalian tidak mengajakku~? Ayolah, Bukannya Tea Time mulai jam 10:00? Papa-"

"Apa kau bodoh? Jangan memanggilku dengan sebutan itu. Hanya Putriku yang bisa." Ucap Claude yang menekankan setiap kata-katanya sambil melihat Jennette.

Jennette dan Athanasia yang mendengar ucapan Claude pun tersentak, terutama Jennette. Sudah 2 tahun Claude tidak pernah mengatakan hal buruk tepat kepada Jennette.

"P-Papa... Apa yang terjadi kepada Pa-"

"Jika kau memanggilku dengan sebutan itu sekali lagi aku tidak akan segan membunuhmu dengan kedua tanganku sendiri." Ucapan Claude membuat Jennette tutup mulut dan hampir menangis.

"Hanya ada satu orang yang bisa memamanggilku dengan sebutan itu, yakni putriku satu-satunya. Athanasia."

Athanasia pun terkejut mendengar namanya. Ia pun menunduk dan menyeruput tehnya dengan pelan-pelan. Tetapi dia tidak akan berbohong, ia merasa sangat terharu akan perkataan Claude sekarang ini.

"T-tetapi... Aku kan juga anakmu Papa!-"

"Felix." Tanpa membilang apa pun, Felix mengerti apa yang diinginkan oleh raja tersebut.

"Salam berkat dan hormat Obelia" Ia pun memberi salam kemudian mengantar Jennette kekamarnya dan menjaga pintu kamar Jennette.

Kini hanya ada dua orang di taman mawarnya Athanasia, yakni Claude dan Athanasia. Terjadi keheningan selama beberapa menit.

Athanasia yang melihat kejadian itu tidak merasa.. Sedih? Melainkan ia merasa "bahagia" karena sekarang Claude adalah sepenuhnya miliknya dan tidak ada Jennette sebagai penghalangnya.

Ya, dia tau dia egois, dan dia tidak mau miliknya direbut darinya.

Athanasia pun menanyakan sesuatu kepada Claude dan menghilangkan keheningan yang terjadi selama beberapa saat. "Um, P-Papa? Boleh Athy menanyakan sesuatu ya?" Tanya Athanasia sambil mengaruk-garuk kepala bagian belakangnya yang sama sekali tidak gatal.

"Hm?" Claude bergumam yang artinya membilang iya.

Athanasia pun melihat sekeliling untuk jaga jaga karena yang akan ditanyakan Athanasia adalah sesuatu yang mengejutkan. Athanasia pun mendekat menghampiri Claude dan berbisik. "Um, Papa bolehkan menjauh dari Zenith..?" Setelah menjauh beberapa langkah dari Claude, Athanasia terkejut karena Claude tidak terkejut melainkan hanya menatapnya.

"Aku bahkan jijik mendengar nama itu lagi, aku akan menghindar darinya, setelah si penyihir itu menyembuhkanku setiap aku melihat gadis itu aku selalu mendapati sakit kepala." Jawab Claude sambil mengelus rambut Athanasia tetapi tetap menetapkan wajah dinginnya.

Athanasia yang mendengar jawaban Claude kembali tersenyum kegirangan. "Terimakasih Papa! Athy sayang Papa!" Ucap Athanasia dengan senyum yang menghiasi wajahnya sambil memeluk sang Ayah.

Claude yang merasakan pelukan dari anak satu-satunya terkejut dan hampir menjatuhkan cangkir tehnya. Athanasia yang melihat reaksi Claude pun melepas pelukan dadakan-nya.

"Hehe~ Papa terkejut?" Jawab Athanasia sambil menatap Claude dengan senyum

"Dasar. Kau harus ingat, kau ini sudah hampir tujuh belas tahun, Bagaimana kau bisa menjadi Ratu Obelia dengan sikap seperti itu?" Ucap Claude yang hendak berdiri, walaupun mengatakan hal tersebut, didalam hati dia masih ingin memanjakan Athanasia sebanyak mungkin sebelum ia benar-benar dewasa.

♡ OPTIONS ♡ [Suddenly, i become a princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang