Curiga

42 12 0
                                    

~Happy Reading~

.
.
.
.


***

"Ehemm."

Viany dan Azwa pun melepaskan pelukan mereka.

"Eh Mia, Kamu kok baru datang sih?" tanya Azwa saat melihat Mia

"Udah dari tadi kok." ucapnya, "Ke asikan pelukan sih, jadi ngga sadar ada gue di sini." sambung Mia, lalu duduk di bangku miliknya yang bertepatan di samping Azwa.

"Yaudah, gue pergi dulu ya Azwa." pamit Viany, dan berlalu pergi meninggalkan Azwa dan Mia.

"Gue curiga deh sama tu orang." ucap Mia sambil melihat punggu Viany yang tampak menjauh.

"Curiga kenapa? " tanya Azwa tak mengerti.

"Waktu gue mau masuk ke kelas, gue ngga sengaja ngeliat ekspresi dia kek senyum-senyum jahat gitu." ujarnya, "Gue rasa dia ngerencanain sesuatu deh." sambung Mia menerka.

"Ah. Mungkin cuma perasaan lu aja kali, lagian dia udah minta maaf kok sama gue." ucap Azwa mengabaikan pikiran tidak-tidak dari Mia.

"Terserah lu deh, intinya lu harus hati-hati." suruh Mia agar Azwa berhati-hati.

"Iya, aman." balas Azwa.

.
.
.
.

Di sisi lain, seseorang sedang tersenyum sinis.

Lu pikir gue betulan minta maaf sama lu gitu?" tanyanya. "Dih. Najis. Kalo bukan karna Reno, ngga bakalan mau gue minta maaf sama lu.

"Eh, lu kenapa?" tanya Nita saat menyadari ada yang aneh dari temannya. "Senyam-senyum begitu, mana serem lagi." sambungnya.

"Gapapa kok, Nita sayang." ucap Viany sambil mencubit pipi Nita gemas.

"Aww, sakit anjir." ucap Nita sambil mengelus pipinya yang dicubit Viany.

.
.
.
.


Bel pun berbunyi menandakan pelajaran pertama akan di mulai.

"Baiklah, anak-anak. Karna besok kita akan melaksanakan 17-san. Untuk anggota paskib, silahkan berkumpul ke lapangan untuk latihan." suruh Bu Yuni selaku Wali kelas Azwa.

"Bagi yang tidak ikut paskib, bersihkan kelasnya dan hias bagian yang belum di hiasi."

"Baik, Buk." ucap mereka serentak.

"Ibuk tinggal dulu, ya." ucap Buk Yuni.

"Oh... Ibuk, jangan tinggalkan daku." ucap Eja dengan ber-puitis.

"Wooooo." sorak mereka serentak.

"Sudah, Eja. Kerjakan yang Ibuk suruh atau Ibuk hukum kamu, yang lain juga diam." tegas Buk Yuni dan berlalu pergi.

"Baik bu" Ucap mereka serentak.

.
.
.
.

Tok... tok... tok...

"Dek, bangun." suruh Herdian dari luar pintu kamar Azwa. Tapi tak ada sahutan dari Azwa.

"Woi! Dek, bangun. Noh, ada bebeb lu jemput."

Tapi tetap saja tak ada sahutan dari Azwa.

Nah gue ada ide.

1

2

3

"WOIII! DEK, BANGUN, DASAR KEBO." suara cempreng milik Hedrian membuat gendang telinga Azwa hampir pecah, dan juga membuat sang empu terbangun.

"BISA GA SIH BANG, USAH TERIAK-TERIAK. PECAH NI GENDANG TELINGA AZWA, AKIBAT SUARA CEMPRENG LU." pekik Azwa.

"Eh, Abang, Azwa. Masih pagi udah teriak-teriak. Ini bukan hutan loh." ucap Renata saat sampai di depan kamar Azwa.

"Itu Ma, si Azwa. Dari tadi di bangunin, ngga bangun-bangun." ujar Herdian sambil memanyunkan wajahnya.

"Azwa buruan siap-siap. Tu ada yang nungguin kamu" suruh Renata.

Sontak Azwa pun kaget. Dan bergegas bangun.

Ia pun sempat berpikir siapa yang menjemput-nya.

"Ha? Nungguin Azwa? Siapa Ma? " tanya Azwa terkejut bercampur bingung.

"Bebeb lu." sambung Herdian sambil terkekeh.

"Bebeb? Bebek maksud lu." ucap Azwa kesal bercampur bingung.

"Udah buruan gih siap-siap. Kasian dia udah nunggu lama" suruh Renata, lalu pergi dari sana dan di ikuti oleh Herdian.

Ha? Udah nunggu lama.

"Siapa ya? Oh mungkin Viany kali ya, dulu kan dia yang sering jemput gue." pikir Azwa senang, Ia pun bergegas untuk siap-siap.

.
.
.
.

10 menit berlalu,  Azwa yang telah selesai bersiap-siap, Ia pun turun menuju ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, betapa terkejutnya Ia saat melihat seorang pria yang tak asing baginya, berada di sana.

Ini mimpikan.

"Ayo, Azwa sarapan dulu." suruh Renata mengajak sarapan.

"Buruan sarapan, pama amat dandannya" suara bariton nan dingin tersebut keluar dari mulut pria tersebut.

.
.
.
.

Bantu Vote + Komennya ya.

Dan bantu support, supaya Lilo semangat buat tamatin cerita ini.

Salam manis.🍭

Pertemuan Singkat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang