10. Awal dari Akhir

18.6K 2.5K 20
                                    

Ada yang udah bangun?





























"Harry bisa kita bicara?"

"Ya Ginny" Senyum tulus Harry berikan dan kembali bangkit sekedar untuk bersandar di ranjang nya. Tidur sekian lama, membuat kakinya terasa seperti jeli

"Baiklah Harry, aku dan Mione akan ke aula duluan. Ginny kau menyusul ya" Dan Ron pergi bersama Hermione sambil menautkan tangan mereka berdu. Sebenarnya terlalu pagi untuk ke aula. Harry tebak ini masih sekitar jam 6 pagi, sedangkan untuk memulai pelajaran itu jam 7 tepat. Dan Harry tau maksud kedua teman nya adalah memberi waktu dan tempat berdua dengan pacar nya untuk berdua

Harry sebenarnya sudah tau kalau pacar mungil nya itu punya sesuatu yang ingin dikatakan. Diri nya pun juga sama. Tapi sampai 10 menit berlalu Ginny juga tak mengeluarkan suara apapun lagi. Seperti nya terlalu takut dan grogi atau tak tau dari mana akan memulai pembicaraan sensitiv ini. Harry menghela nafas mengalah, dia akan mulai duluan

"Aku rasa aku bisa mulai duluan" Kata Harry agak canggung dan dibalas anggukan manis dari Ginny. Harry mengehela nafas sejenak merilekskan sejenak pikiran dan hati nya. Menarik lembut pergelangan Ginny dan menutun nya untuk duduk disamping ranjang nya dan tak melepaskan genggaman tangan nya dari Ginny

"Kau tau kan, akhir-akhir ini aku lebih tenang sendiri. Bukan nya aku bosan dengan mu atau apa. Tapi, aku hanya sedang ingin sendiri saja untuk sementara waktu ini. Aku harap kau bisa paham dengan keadaan ku"

Ginny mengangguk dalam tunduk nya masih tak berani menatap Harry dan berbicara. Perlahan Harry merasa kedua tangan mereka basah akan sesuatu cairan. Harry kaget, rupanya Ginny menangis dalam tunduk diam. Harry buru-buru mengangkat wajah gadis weasley cantik itu dan mengusap lembut pipi dan ujung mata nya yang basah

"M-maaf hiks!"

"Tidak, ini bukan salah mu Ginny. Jangan merasa bersalah. Hanya sementara waktu saja" Harry mencoba menenangkan Ginny yang suara isakan nya bertambah kencang saja. Harry mencoba memeluk nya dan menaruh kepala nya didada nya. Hanya untuk memberi ketenangan pada nya, tak lebih....

Bahkan Harry sudah tak berdegub keras seperti dulu lagi bersama Ginny. Dan jujur itu membuat hati nya sedih. Harry merasa tak bisa menjaga perasaan nya dan malah asik dengan dunia damai nya sendiri setelah berlelah susah payah dengan Voldemort. Ingin rasa nya kembali pada masa lalu, masa dimana dia dan Ginny sedang hangat-hangat nya. Tapi mengingat sekarang dunia sihir yang begitu damai....

"A-aku juga merasa begitu. Aku hanya t-takut dan merasa bersalah, k-karena tak bisa hiks, menjaga perasaan ku"

"Tak apa kita bisa melewati nya bersama" Meski kita tidak ditakdirkan untuk menjadi satu. Kata Harry mencoba menenangkan nya lagi, dan pasti kata-kata nya yang terakhir hanya bisa ia ucapkan sebatas dibatin nya saja. Terlalu tidak sampai hati  Harry mengucapkan kata-kata menyinggung hati seperti itu

"Apa ada seseorang yang mengejar mu?"

"Ya, itulah yang membuatku takut saat perasaan ku melemah"

"Sudah ku duga, tak apa"

~•~

"Aku rasa kau bisa keluar dari bangsal besok pagi, Mr. Potter"

"Terima kasih Profesor Mcgonagall" Kata Harry berterima kasih pada Profesor Mcgonagall yang turut membantu menyembuhkan Harry. Profesor Mcgonagall mengangguk sekali dan lalu pergi. Harry sangat heran, dia merasa kalau hanya sakit fly, tak lebih. Apa sakit flu bisa sampai separah ini sampai harus ke bangsal dan dibawah Profesor Mcgonagall dan Profesor Snape?

Harry jadi yakin kalau dia bukan sakit flu. Tapi setiap dia bertanya pada siapa pun pasti akan dijawab, "tidak usah dipikirkan Mr. Potter, yang kau pikirkan saat ini adalah kesembuhan mu dulu" Begitu kata dari Madam Pomfrey, Profesor Mcgonagal, dan Profesor Snape

Jika Harry bertanya pada sahabat atau mantan pacar nya pasti akan dijawab, "Harry, kau bagaimana sih? Kau sendiri saja tak dikasih tau, apalagi kami"

Sebenar nya Harry tau 1 orang yang tau dan mungkin Harry bisa memaksa orang itu memberi tau nya. Tapi Harry masih merasa bersalah pada nya dan belum ingin bertatap muka dengan nya, dia Draco Malfoy

Entahlah, semenjak tadi pagi pikiran Harry hanya tertuju pada si pirang platinum tampan itu. Bahkan Harry saja tak merasa seberat itu pada hubungan nya dengan Ginny yang sudah berakhir. Harry menggeram frustasi sendiri memikirkan nya, memilih bodo amat saja dan kembali meringkuk diranjang empuk nya. Ya... Walau tak seempuk ranjang di kamar asrama nya, tapi lumayan lah

Harry meringkuk menghadap ke jendela bangsal, karna kebetulan ranjang nya ada dipaling pojok bangsal ini. Pikiran nya melayang kemana-mana. Tapi yang paling Harry pikirkan -selain Malfoy- adalah tentang mimpi malam kemarin

Tak tau saja, Harry merasa yakin itu bukan mimpi biasa. Seperti itu adalah petunjuk untuk Harry. Tapi, Harry berpikir kembali, apa yang akan terjadi pada nya setelah Voldemort selesai? Apa ada hal yang lebih heboh lagi dikehidupan mendatang nya?

Kalau dipikir lagi pertama dia disekitar perbukitan rendah yang indah sendirian. Apa itu maksud nya Harry hidup sendirian di dunia sihir sekarang yang sudah damai?

Lalu terdengar suara Ginny memanggil nya keras tapi Harry tak menemukan sosok Ginny walau sudah mengejar suara nya. Oh ya! Baru saja kan Harry putus dengan Ginny! Apa maksud nya berarti dia juga akan kehilangan Ron dan Hermione lalu....

Yang terakhir kan....

Draco....

Jangan!

Jangan sampai itu terjadi! Apalagi yang bagian terakhir dimimpi nya. Harry bergidik takut sekaligus geli jika memikirkan nya terlalu serius

"Harry? Kkk, kau kenapa? Aku ada disini"

Ck! Kata-kata dari si Slytherin itu terus saja terngiang-ngiang dikepala nya walau Harry sudah berusaha keras mengusir nya dari otak nya

Cklek

Harry tebak itu Madam Pomfey yang baru saja kembali dari menyetok ramuan sekaligus akan mengecek keadaan Harry. Harry sudah sangat hafal

"Aku sudah baikan Madam" Kata Harry tanpa menoleh pada sosok dibelakang nya yang ia yakini Madam Pomfrey

"Bagus"

Deg!

I-itu bukan nada lembut yang biasa Madam Pomfrey gunakan ke Harry. Suara bariton rendah basah agak serak khas pemuda dewasa. Itu bukan Madam Pomfrey, dan Harry tau siapa yang datang kalau bukan Madam nya itu, dia Malfoy

Malfoy melangkah ke sisi nakas Harry, membuka nya dan mengambil 2 botol ramuan yang sudah kosong. Pangeran Slytherin itu sempat melihat Harry yang tetap meringkuk menutupi wajah nya dengan datar. Lalu pergi tanpa mengucapkan apa-apa lagi

"M-malfoy!" Panggil Harry segera bangkit ketika pemuda itu akan keluar, dia harus meminta maaf dan berterima kasih pada nya. Walaupun dia itu musuh nya, tapi Harry masih tau sopan satun dan tau bagaimana cara nya mengucapkan maaf dan terima kasih

"Aku sibuk, nanti saja Harry"

"Eh?"

T
B
C

YOU | DrarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang