14:Crying

222 18 0
                                    

"Uhuuk! uhuuk!"

Lisa terbatuk sakit. Tak tahan dengan rasa sakit di hidungnya yang mulai kembali berdarah. Akibat ia terisak kencang tadi, ini hasilnya. Hidungnya kembali berdarah. Bahkan kali ini lebih parah. Hidungnya perih dan darah keluar tanpa henti.

Dokter beberapa kali menyumbat hidung Lisa dengan tisu, berharap darah tak kembali keluar. Setelah 10 menit berjuang, darah itu berhenti.

Dokter itu keluar dari ruang VVIP Lisa, meninggalkan Lisa bersama keluarganya dan keluarga Oh.

Mereka menatap Lisa khawatir. Khawatir jika terjadi apa-apa pada gadis Kwon itu. "Kau tak apa, sayang?"Tanya Cheerin sembari mengelus pucuk kepala Lisa prihatin.

Lisa hanya mampu mengangguk untuk menjawab bahwa ia baik-baik saja. Meski sekarang hidungnya sedikit perih, hati nya lebih perih.

"Cheerin, aku dan isteriku harus pergi sekarang. Ada rapat penting."Ucap kepala keluarga Oh pada Cheerin. Cheerin hanya mengangguk untuk mengiyakan. Tak mungkinkan, mereka selalu berada disini? mereka juga sibuk adanya.

"Cepat sembuh, Lisa.. "Ucap ayah Sehun sembari mengecup pucuk kepala singkat. Keluarga Kwon dan keluarga Oh memang sangat dekat. Selain masalah bisnis, Jiyong dan Dongwon---Ayah Sehun-Oh Dongwon---/aka Kang Dong won--- memang sudah lama berteman. Mereka sudah menjalin pertemanan selama 25 tahun lamanya.

Lalu istri Dongwon mendekat kearah Lisa lalu mengecup pucuk kepala Lisa, seperti yang dilakukan oleh suaminya.

"Terima kasih karena kalian menyempatkan untuk datang kesini. Aku tau kalian sibuk, dan aku berterima kasih pada kalian."

"Tak apa, Cheerin-ah. Keluarga Oh dan keluarga Kwon sudah lama berteman. Jadi, jangan seperti itu. Lagian, mereka akan dijodohkan."
Ucap Oh Hyojoo/aka--Han Hyojoo--.

"Ya sudah. Kami harus pergi sekarang."Ucap Hyojoo yang hanya diangguki oleh Cheerin. Hyojoo dan Dongwon pun melangkah keluar dari kamar rawat Lisa.

Brak!

Baru 10 detik setelah kepergian suami istri itu dari kamar rawat Lisa, pintu dibuka dengan keras. Cheerin dan Lisa menoleh, menatap pemuda yang sedang berdiri didepan pintu dengan nafas memburu.

Sehun pun melangkah mendekat kearah ibu dan anak itu.

"Boleh, tinggalkan kami sebentar? ada yang harus ku bicarakan dengan Lisa."

Cheerin hanya mengangguk lalu keluar. Meninggalkan Sehun dan Lisa disana. Sehun mendekat kearah Lisa, lalu duduk di kursi besi sampingnya.

"Setelah aku mengatakan ini, kuharap kau merelakan Kris. Kuharap---"

"Memang ada apa?"

"Kuharap kau tak--"

"Langsung intinya!"

Sehun menghela nafas lelah. Ia memandang satu surat berwarna kuning yang sedang ia genggam sekarang. Lalu memberikannya pada Lisa. Lisa pun membuka nya dengan terburu-buru.

"Kuharap kau tak menangisinya."
Ucap Sehun sambil menatap Lisa yang sibuk berkutik dengan surat itu.

"Hah! surat ini lucu, Sehun. Sungguh. Kris tak melakukan ini. Ini bukan Kris yang menulis. Ini bukan untukku. Ini.. hiks,"

Lisa tak kuasa membendung air matanya yang sedari tadi ia tahan. Lisa tak percaya jika itu Kris yang melakukannya. Kris tak akan pernah seperti itu padanya. Itu yang ada dibenak Lisa.

"Lisa, tolong jangan menangis. Hidungmu akan---"

"Bodoh dengan hidungku!. Biarkan darah dihatiku mengalir, Sehun..hiks. Aku mencintai, Kris."

"Berhenti. Kris akan semakin membencimu jika kau menangisi nya. Dia sendiri yang bilang padaku saat dibandara."

"Mengapa kau di bandara? Kris-- benar meninggalkan ku?"

"Hm."

"Kau bercanda padaku? jangan membuatku---hiks. Kemana Kris pergi, Sehun? hiks."Tanya Lisa yang terisak kembali.

"Maaf. Aku, tak bisa mengata---"

"Katakan saja Sehun!"

Sehun menggeleng. Ia sudah berjanji untuk menutup mulutnya jika seseorang bertanya kemana pemuda Kris Lee itu pergi.

"Sehun, kumohon... hiks,"

"Berhenti menangis, Lisa."

"Sehun, kumohon.. hiks. Kemana Kris---"

"China. Kris pergi ke China."
Sehun menatap Lisa datar. Terpaksa ia harus berbohong pada Lisa. Kris? pergi ke China? Kris tak pergi ke China. Melainkan ke Kanada. Tinggal disana sampai ia lulus kuliah.

"Be-benarkah? Kris,
me-meninggalkanku?"

Sehun mengangguk. Sedangkan Lisa menatap surat berwarna kuning itu dengan sendu.

Return, Love, Struggle, and ResultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang