18:One Happy One Sad

408 23 2
                                    

Lisa dan Sehun kini sedang berada didalam mobil. Tepatnya didalam mobil Sehun. 5 menit yang lalu bell pulang sekolah berbunyi. Dan mereka berdua pulang bersama. Sehun dan Lisa kini duduk di belakang. Sedangkan didepan khusus sopir dari keluarga Oh.

"Sehun, apa kau pandai olahraga?"Tanya Lisa.

"Tentu saja."Jawab Sehun dengan bangganya.

"Jika begitu, ajari aku."

"Apa?"

"Olahraga."

Sehun menatap Lisa dengan alis menukik. "Kau kan masih sakit. Batalkan sa---"

"Sehun! jangan seperti itu. Ayolah, Sehun.. kali ini saja. Jika aku kambuh, kan ada dirimu. Jadi jangan khawatirkan---"

"Jangan khawatirkan bagaimana. Kau ini masih belum pulih. Kau tak seharusnya mengikuti lomba itu. Itu akan membuat kepalamu sering kambuh dan itu malah membuatnya tak lekas sembuh. Terlebih lagi saat malam kau terus menangisi---"

"Sehun.. aku ingin memenangkan lomba itu."

"Demi sekolah? begitu?. Tadi kau gagal kan untuk membatalkan semua lombamu? karena Kim Ssem---"

"Kau menguping?"

"Eoh! jadi, jangan ikuti lomba. Kau harus banyak istirahat, Lisa. Aku tak bisa melihatmu kambuh seperti itu. Kumohon, dengarkan aku. Demi kesehatanmu. Please,"

"Aku tetap akan mengikuti lomba itu, Sehun-ah. Aku tak bisa membatalkannya. Untuk apa otak ku jika tak kupakai? hanya mengikuti lomba, Sehun. Hanya itu. Tak lebih."

"Hanya? jangan menyepelekan sakitmu itu, Lisa. Jika kau sering kambuh, itu akan berdampak pada kepala dan hidungmu. Kepala dan hidungmu belum sembuh dari kecela---"

"Hentikan itu, Sehun. Aku tak mau mendengarkannya lagi. Itu hanya masa lalu---"

"Masa lalu yang berdampak pada masa depanmu."Potong Sehun dengan cepat.

"Sehun. Sudahlah. Aku akan tetap ikut lomba. Terserah kau tak menyetujuinya apa tidak. Aku tak peduli."

"Kau ini keras kepala sekali."

"Aku tau. Dan aku bangga."Ucap Lisa sembari menatap lurus kedepan.

"Bangga?"

"Ya. Bangga. Jika aku tak mempunyai sifat keras kepala, aku tak akan menang dalam setiap perdebatan---"

"Lisa dengar. Kau ingin ikut perlombaan apapun itu, aku tak melarangmu. Tapi, kesehatanmu jauh lebih penting. Jangan terlalu memperdulikan lomba itu. Yang harus kau perdulikan sekarang adalah, kesehatanmu. Mengerti?"

"Aku mengerti, Sehun. Tapi---"

"Belok kiri saja, paman. Aku ingin makan malam dengan Lisa."Ucap Sehun pada sopir. Sekaligus memotong ucapan Lisa.

Memang. Sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Seharusnya mereka pulang pukul 4 sore, tetapi ada les tambahan yang harus mereka berdua ikuti.

Mobil mahal itu berhenti tepat di restoran mewah itu. Mereka berdua keluar dari mobil, lalu menatap restoran itu sejenak.

"Kau belum makan kan? ayo kita makan."Ucap Sehun.

Lisa mempoutkan bibirnya. Sehun memang tau jika ia sedang marah. Yaitu makanan. Lalu, Lisa tersenyum hangat pada Sehun.

"Dasar Oh Sehun! selalu saja. Ya sudah. Ayo!. Aku lapar.."

Sehun tersenyum tipis lalu melangkah masuk bersama Lisa yang berada disampingnya.

.
.
.
.

Mata tajam itu sekarang dipenuhi dengan air mata. Tak ada lagi tatapan tajam, melainkan tatapan sendu. Kris menangis sembari menatap luar jendela apartemennya. Hatinya sedang berduka sekarang.

#Flashback..

Kris sekarang sedang berbaring malas diatas kasur empuknya. Sembari menonton TV, ia memakan beberapa cemilan yang ia beli tadi malam.

Drrrtt. Drrrtt.

Ponselnya bergetar. Ia mengambil ponsel itu lalu menatap nama kontak yang tertera disana. Ia pun berdiri dari duduknya lalu berjalan kedepan jendela apartemennya dan mengangkat telepon itu.

"Eomma, Waeyo?!"

Tanya Kris panik. Pasalnya ia mendengar isakan dari sang penelpon yang tak lain adalah Eommanya.

"Kris, Xiumin.. meninggal."

Deg!

Bagai ratusan pedang tajam menusuk hatinya. Dan bagai ratusan debu masuk kedua matanya. Ini tak mungkin. Satu air mata lolos jatuh dari salah satu mata Kris.

"Xiumin meninggal karena menolong.. hiks.. seseorang yang akan tertabrak truk.. hiks.. dan, Xiumin yang tertabrak."

Tes. Tes. Tes.

Air mata Kris perlahan jatuh. Menatap nanar pemandangan diluar jendela, dan membiarkan air matanya jatuh dengan perlahan.

Apa? baru 1 hari kemarin ia bertemu dengan Xiumin, tapi ia malah mendapatkan kabar dari ibunya jika Xiumin meninggal.

Plak!

Plak!

Kris menampar kedua pipinya dengan keras. Berharap ia bangun dari mimpi buruk ini. Tetapi, ini nyata. Ini bukanlah mimpi. Ini, adalah dunia nyata. Bukan dunia mimpi.

#FlashbackOff..

"Aku sudah mengatakannya padamu, Hyung. Jangan terlalu baik pada seseorang. Jangan terlalu mempedulikan keselamatan orang. Karena keselamatanmu.. juga penting. Jauh lebih penting,"

"Maaf, Hyung. Aku tak bisa kembali ke Korea. Aku tak bisa melihatmu untuk terakhir kalinya. Aku, tak akan pernah kembali ke Korea. Aku akan tetap disini. Maaf, Hyung. Aku sungguh minta maaf padamu."

"Karena, satu hari kemarin adalah hari aku terakhir melihatmu. Jadi, aku tak perlu melihatmu lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Return, Love, Struggle, and ResultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang