Kisah cinta seorang Kris Lee dan Lalisa kwon. Mereka bertemu kembali setelah 10 tahun berpisah. Lalu benih cinta mulai muncul. Perjuangan dan hasil.
Bagaimana hasil dari perjuangan mereka?
Beberapa kali Lisa menghela nafas kasar ketika ia tak fokus pada pelajaran. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Ia sedikit tak enak badan hari ini. Lalu ia menaruh kapalanya dimeja, sedangkan kedua tangannya ia biarkan berglantung dibawah meja begitu saja.
"Lalisa Kwon!"
Lisa terkesiap kerana seseorang memanggil namanya dengan keras. Ia menatap kedepan kembali, melihat guru didepan sana yang sedang menatapnya dengan nyalang.
"Kau ini kenapa? kau tak memperhatikan pelajaran. Kau kan akan mengikuti lomba."
Lisa membungkukkan badannya singkat pada guru. Lalu mencoba fokus pada guru yang sedang menerangkan materi pelajaran matematika.
Fokusnya teralihkan karena sesuatu mengalir kaluar dari hidungnya. Ia mengusap bawah hidungnya, lalu menatap jarinya yang berdarah akibat darah dari hidungnya.
"Uhuuk!"
Seisi kelas menatap Lisa yang sedang terbatuk sakit. Lisa berdiri dari duduknya lalu berlari keluar dari kelas menuju kamar mandi siswi. Ia memasuki kamar mandi itu lalu menatap hidungnya di pantulan cermin.
Ia mimisan lagi.
Sudah 3 hari ini ia sering kambuh. Karena ia sering berfikir keras untuk lombanya dan---pemuda itu. Dan malamnya ia akan menangis karena merindukan---pemuda itu.
Dengan segera Lisa menghidupkan keran, dan membasuh hidungnya. Setelah itu, ia mengambil tisu lalu menyumbat hidungnya dengan tisu itu.
Tangan Lisa menempel di dinding sampingnya karena rasa pusing dikepalanya mulai muncul. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding itu sembari memejamkan matanya. Berharap rasa sakit dikepalanya hilang.
Dengan segera Lisa mengambil ponsel yang berada di saku jaketnya. Ia memang sering menggunakan jaket 3 hari ini. Dan jaket yang ia pakai terdapat saku disana. Dan Lisa selalu meletakkan ponselnya disana.
Ia mencari nama kontak untuk ia hubungi. Tapi---
"Sial tak ada sinyal!"Umpat Lisa.
Dengan terpaksa ia harus melangkah pelan keluar dari kamar mandi sembari memegang dinding untuk membantunya berjalan. Rasa pusing ini, sama seperti saat ayahnya menamparnya. Terlalu sakit. Rasanya kepalanya ingin pecah sangking sakitnya.
"Lisa, gwenchanayo?"
Lisa menatap Eunwoo yang sedang memeluknya khawatir. Lalu menjauhkan dirinya dari Eunwoo dan menghubungi kontak yang sudah ia temui.
"Sehun.."Lirih Lisa pada seorang yang sedang ia telepon. Hanya lirihan itu membuat sang penerima telepon mengakhiri panggilan secara sepihak.
Lisa menyandarkan tubuhnya di dinding sembari menjambak rambutnya frustrasi. Rasa sakit dikepalanya belum hilang. Dan itu membuat Eunwoo khawatir.
"Lisa, gwenchanayo?"
"Diam!"
Eunwoo diam. Seperti yang dikatakan Lisa untuk diam. Tapi sedetik kemudian, ia jongkok karena tubuh Lisa merosot sampai terduduk di lantai.
"Lisa! gwenchanayo?!"
Lisa menatap Eunwoo lalu tersenyum getir. "Kris,"Lirih Lisa sembari menatap wajah Eunwoo dengan sendu. Lalu memeluknya dengan erat. Eunwoo terdiam sejenak lalu membalas pelukan Lisa.
"Aku.. merindukanmu, Kris.."
Eunwoo semakin mempererat pelukan itu meski ia bukan Kris yang ada dipikiran Lisa sekarang. Ia hanya Cha Eunwoo. Teman sekelas Lisa. Hanya itu.
Tapi seseorang melepaskan pelukan itu dengan paksa. Eunwoo menoleh dan menatap senior nya yang sedang menatapnya dengan tajam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah itu, Sehun menggendong Lisa dan pergi menjauh. Meninggalkan Eunwoo disana yang sedang menatap kepergiannya. Tak peduli, ia terus melangkah sembari menggendong Lisa didepan. Kedua tangan Lisa melingkar di leher Sehun. Rasa sakit dikepala nya masih belum hilang.
"Sehun,"
"Hm? masih sakit?"
Lisa mengangguk lemah. Tak bisa dibohongi, 3 hari ini Lisa terus memanggil Sehun jika sakit nya kambuh. Karena, ia harus membuat dirinya menyukai Sehun. Dan Sehun membantunya dengan senang hati.
Langkah Sehun berhenti di taman belakang Sekolah. Ia duduk, dan menaruh kepala Lisa ke pangkuannya. Taman ini memang sejuk dan indah. Jadi ketika Lisa kambuh, Sehun selalu membawanya kesini. Karena kata dokter, saat kambuh bawa Lisa ke tempat yang penuh dengan pohon dan juga tenang. Jadi, tempat ini yang dituju Sehun. Taman belakang sekolah memang terdapat banyak pohon disana. Dan juga suasananya yang tenang.
"Hirup udara banyak-banyak, Lisa.."
Lisa menurut. Ia menghirup udara sebanyaknya, berharap rasa sakit di kepalanya berkurang. 2 menit ia lakukan, perlahan rasa sakit di kepalanya hilang. Lisa menghela nafas lega karena rasa sakitnya sudah hilang.
"Sudah?"Tanya Sehun yang hanya diangguki oleh Lisa.
Lalu Sehun mengelus pucuk kepala Lisa dengan lembut. Tatapan lembutnya bertemu dengan tatapan teduh Lisa. Jari Sehun terangkat untuk mengusap darah dari hidung Lisa. Lisa tak menolak sedikit pun. Lisa menggenggam tangan kekar Sehun yang sedang mengusap darah di hidungnya.
"Sehun, buat aku lebih mencintaimu."
Sehun tersenyum tipis. 3 hari ini, Lisa sering mengatakan itu padanya.