[END] (BL) Terlahir Kembali Sebagai Pihak Bawah Kaya Yang Seperti Serigala

Chapter 3

Sebelumnya aku minta maaf kalo terjemahanku kurang enak dibaca. Tapi aku akan berusaha lebih baik lagi. Bahasanya juga aku coba bikin lebih mudah dipahami. Soalnya gimana yah... Baca bahasa inggrisnya tuh mudah dimengerti, tapi pas mau diterjemahin, kadang tuh suka bingung kata yang pas seperti apa hehehe

Mohon maaf kalo masih banyak kurangnya dalam menerjemahkan novel ini.

Enjoy reading ^^

.
.
.

"Melihat bibimu, sepertinya dia akan membuat masalah untukmu," guru laki-laki itu mengerutkan alisnya, wajahnya penuh kekhawatiran: "Apa ada orang lain di rumah?"

Shu Ning sangat tersentuh: "Ya, aku akan menghubungi pamanku dan kembali bersamanya."

Shu Ning pergi setelah berulang kali berterima kasih pada para guru dan siswa di sekitarnya. Guru yang bertanggung jawab mengedipkan matanya, merasa bahwa Shu Ning yang memiliki inferiority complex dan biasa berjalan dengan kepala ditundukkan, tampaknya telah tumbuh dalam waktu satu malam. Perubahannya begitu signifikan hingga seolah-olah langit dan bumi telah terbalik. Punggung lurus yang sempurna yang tidak tampak seperti budak atau sombong, tatapan tulus dan perasaan kedewasaan yang tak terlukiskan, apakah itu hal yang baik atau buruk?

Mungkin karena banyak hal yang harus dialaminya, jadi dia tidak punya pilihan selain menjadi dewasa lebih cepat. Anak malang ini, gurunya menghela nafas.

Shu Ning dengan tenang menuju ruang makan untuk makan. Karena sebagian besar siswa sudah selesai makan, jadi dia tidak perlu mengantri. Hal itu sebenarnya menyelamatkannya dari masalah. Bagaimanapun juga, dia telah berbaur dengan orang kaya dan berkuasa selama bertahun-tahun. Mudah baginya untuk secara otomatis memancarkan aura bangsawan, memancarkan keanggunan sederhana. Dia makan dengan perlahan secara sengaja, menunggu seseorang masuk ke dalam perangkap.

Tidak lama kemudian, ketua kelas berlari, dahinya berkeringat.

"Shu Ning! Aku sudah mendengar tentang semua yang terjadi di kantor guru. Kamu...... bagaimana keadaanmu?"

Perasaan ada seseorang yang peduli padanya terasa sangat baik. Shu Ning melengkungkan matanya sambil tersenyum: "Baik-baik saja."

"Apanya yang 'baik-baik saja'!" Ketua kelas sangat marah, dia bahkan melompat: "Kamu bahkan terluka sampai berdarah, bagaimana itu baik-baik saja? Ayo, aku akan pergi denganmu ke dokter untuk melakukan rontgen."

"Tidak perlu," Shu Ning selesai makan, menarik ketua kelas untuk duduk, memberinya secangkir air yang tidak tersentuh untuk menenangkannya: "Aku ingin menghubungi paman, mengajaknya pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi nenek dari pihak ibu. Aku juga akan pergi untuk pemeriksaan pada saat yang sama. Kelas akan segera dimulai, habiskan airnya dan cepat pergi!"

"Shu Ning, aku turut ber-belasungkawa."

Shu Ning menepuk pundak ketua kelas: "Kamu teman yang baik, terima kasih."

Ketua kelas, bagaimanapun juga, memandangnya dengan curiga: "Apa kamu punya uang untuk menelepon?"

"Tidak," Itulah sebabnya aku menunggumu, dan kamu benar-benar datang. Aku sangat berterima kasih.

Ketua kelas: "..........."

Ketua kelas yang khawatir dengan Shu Ning merasa lebih baik baginya untuk tidak masuk kelas. Dia ingin tetap berada di dekat Shu Ning, memegang tangannya seolah-olah dia adalah kakak lelaki yang membujuk adik laki-lakinya, berjalan ke toko kecil.

Di toko, duduk seorang bibi ramah yang mengenakan kacamata. Ketua kelas bersikeras membantu Shu Ning untuk menekan angka. Hanya setelah panggilan diangkat, dia lalu memberikan telepon ke Shu Ning.