Masa Lalu

206 21 0
                                    

"Kan aku sudah bilang, jangan ambil pekerjaan itu. Bekerja di bar sangat mengerikan..", ucap Sinbi sambil bergidik.

"Iya aku menyesal, tapi bagaimana lagi, tidak banyak pekerjaan yang layak untukku yang hanya lulusan sekolah menengah.", Sowon berkata sambil menghabiskan makan siangnya.

"Biar aku minta ke ayahku untuk mengosongkan satu posisi di kantornya untukmu ya?" Sinbi mencoba membujuk sahabatnya itu lagi.

"Tidak Sinbi, aku dan Eunha sudah cukup merepotkanmu dan keluargamu. Kami bisa ikut tinggal di apartemenmu ini saja pasti sangat membebanimu kan, aku tidak ingin menyusahkanmu lebih banyak lagi," Sowon rasanya ingin menangis saja.

Kejadian-kejadian buruk yang menimpa keluarganya terputar lagi dalam pikirannya. Ibu Sowon meninggal saat melahirkan Eunha, saat itu usia Sowon baru 5 tahun, sejak itu Sowon dan Eunha hidup bertiga dengan ayahnya, walau sepi dan timpang tanpa Ibu, tetapi mereka tetap bahagia bersama ayah dan hidup berkecukupan.

Hingga dua tahun lalu, beberapa hari setelah acara kelulusan Sowon, ayahnya ditipu oleh rekan kerjanya hingga perusahaannya bangkrut. Lebih buruk lagi, dia dituduh melakukan penggelapan uang dan harus meringkuk di penjara. Ayahnya tak kuat menghadapi semua tuduhan dan jatuh sakit hingga meninggal dalam masa tahanan. Kini hanya tinggal Sowon dan Eunha yang harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup, tak ada yang ditinggalkan dari ayah semua habis disita oleh bank dan Sowon tak pernah bisa melupakan orang-orang menyeramkan yang mengusir mereka dari rumah mereka sendiri. Jika tak ada Sinbi dan keluarganya yang membantu mereka, mungkin  kini mereka berdua sudah menjadi gelandangan.

Sejak itu Sowon tak hentinya bekerja, perkerjaan apapun dia ambil, mulai dari pengantar paket, babysitter, hingga pelayan. Sayangnya pekerjaan seperti itu tidak bertahan lama dan tidak juga menghasilkan banyak uang. Tetapi dia mencoba untuk hidup mandiri dan membiayai hidupnya dan Eunha. Eunha masih sekolah dan dia harus tetap sekolah hingga selesai. Sowon tidak mau Eunha harus ikut bekerja keras hingga putus sekolah. Eunha harus menjadi wanita sukses, tidak seperti dirinya.

"Iya baiklah, tidak akan. Bagaimana kalau meminta tolong pada teman-teman sekolah kita dulu? Mungkin mereka memiliki informasi lowongan pekerjaan." Sinbi memecahkan lamunan Sowon.

"Ah iya akan aku coba bertanya lagi kepada mereka, itupun jika mereka masih mau bicara padaku. Menurut mereka aku ini 'anak penipu', kau ingat?", ucap Sowon pahit.

"Hmmmmm.. maaf tapi bagaimana dengan Seokjin? Apakah kau sudah mencoba...", Sinbi tidak melanjutkan kalimatnya.

"Tidak! Aku tidak akan meminta bantuan padanya, aku bahkan tidak akan lagi bicara padanya. Kim Seokjin, cih!", wajah Sowon memerah karena emosi. Kim Seokjin, mantan kekasihnya dulu, memikirkan namanya saja membuatnya marah.

Dulu disaat dia dalam keadaan terpuruk, Seokjin adalah yang nomor satu yang dia kira akan membantu. Tetapi tidak, saat kejadian itu dia menghilang, menghapus kontaknya dan berpura-pura tidak mengenalnya.

"Tidak, pergilah, aku bukan dan tidak pernah menjadi pacarmu, anggap saja kau tidak mengenalku. Aku dan keluargaku tidak ada sangkut pautnya dengan ayahmu yang penipu.", ucapnya saat itu, saat Sowon memohon untuk ikut tinggal sementara setelah rumahnya disita. Perkataannya diiyakan oleh orangtuanya dan mereka mengusir Sowon dari rumah mereka yang megah.

Tak lama setelah itu, Sowon mendapat kabar bahwa Seokjin telah bertunangan dengan seorang wanita bernama Yuna. Sinbi bilang, wanita itu pewaris tunggal keluarga Choi. Hhhfft, sekarang Sowon menyadari apa motif Seokjin dulu menjadikannya kekasih. Sowon sudah menutup hatinya, tidak akan lagi dia memohon ataupun bicara pada Seokjin. Tidak akan pernah.

"Iya baiklah aku tidak akan mengungkitnya lagi.", kata Sinbi. "Jam berapa kita akan menjemput Eunha di bandara? Dia pulang study tour hari ini kan?", tanyanya.

"Ah iya, jam 3 sore, sekarang aku akan ke bar dulu untuk mengambil upahku, setelah itu kita ke bandara.", Sowon mengambil tasnya dan memakai sepatunya. "Temui aku di bar jam 3 sore ya, aku pergi dulu.", ucapnya sambil melambaikan tangan. Sinbi mengangguk dan melambai, dalam hatinya dia sangat kagum pada ketabahan sahabatnya sejak kecil itu.

~

Be with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang