Satu Kesempatan

119 10 0
                                    

Empat tahun kemudian.

"Beomgyu jangan lari-lari begitu, lantainya licin" teriak Sowon mengejar anak lelakinya itu.

"Subin, Subin" sahut anaknya sambil menunjuk pintu.

Pintu kafe terbuka, Soobin, Yeonjun dan Taehyun masuk ke dalam ruangan.

"Ah Beomgyu, anak paman sudah besar sekarang" Soobin menggendongnya sambil tertawa.

Kafe milik Sowon sudah berkembang, kini dia memiliki cabang di 3 daerah. Sowon menugaskan Soobin, Yeonjun dan Taehyun sebagai manager untuk mengelola kafe-kafe itu. Setiap satu bulan mereka datang untuk meyampaikan laporannya.

Mereka bertiga duduk di ruangan kantor Sowon, Beomgyu masih melompat-lompat di pangkuan Soobin.

"Hei sini, aku juga mau menggendongmu" kata Yeonjun membuka tangannya.

"Tidak mau Yeonjun, mau Subin" kata Beomgyu. Mereka semua tertawa. Sowon sendiri heran kenapa anaknya itu sangat lengket pada Soobin. Soobin bilang, mungkin itu karena dialah yang pertama mengetahui kehamilan Sowon dulu.

Pintu terbuka dan masuk seorang pria muda membawa minuman.

"Ini kopi buatanku, cobalah dan mohon berikan penilaian kalian." Dia membungkuk lalu keluar lagi.

"Wahh itu barista yang baru" kata Taehyun.

Sowon mengangguk. "Iya benar, namanya Kamal"

"Dia bukan orang sini ya? Wajahnya kelihatan tidak biasa" tanya Yeonjun.

"Ayahnya orang Amerika, jadi dia terlihat seperti orang asing. Kalian tahu, sejak dia bekerja disini, jumlah remaja wanita yang datang mengalami peningkatan" Sowon tertawa.

Rapat mereka berlangsung hingga sore hari. Beomgyu menangis saat mereka berpamitan, lalu dia tertidur di perjalanan pulang. Sesampainya di apartemen Sowon menggendong dia ke tempat tidur kecilnya.

Sudah empat tahun sejak kepergian Yoongi, kini Sowon sudah terbiasa dengan kesendiriannya. Seriap hari selalu ada kejutan dan tingkah lucu Beomgyu yang membuatnya tidak kesepian.

Sowon memandangi wajah mungil anaknya yang sedang tidur. Beomgyu sangat mirip dengan Yoongi, dia mewarisi mata tajam dan kulit putih ayahnya.

Besok adalah hari pertama Beomgyu masuk playgrup. Sowon merasa sangat khawatir karena ini berarti dia akan bertemu dengan anak-anak lain. Dia takut Beomgyu akan merasa berbeda karena tidak ada ayah yang mendampinginya.

Sowon menghempaskan pikiran itu, dia mematikan lampu dan mulai menyiapkan makan malam.

~

Esoknya Sowon membawa Beomgyu ke sekolah barunya. Ruang kelas playgrup ada di bagian depan terpisah dari tingkat sekolah yang lebih tinggi. Di halamannya ada ayunan dan perosotan untuk anak-anak bermain.

Awalnya Beomgyu menangis ditinggalkan bersama ibu gurunya tetapi lama kelamaan dia mau ikut bermain. Sowon merasa tenang, dia menunggu diluar sampai kelas selesai sambil memeriksa pekerjaan di handphone.

"Ibu!" teriak Beomgyu dari pintu kelasnya, dia berlari menghampiri Sowon sambil membawa mainan robot.

"Sudah selesai sayang? Eh itu mainan darimana?" tanyanya sambil mengusap rambut Beomgyu.

"Dari paman" katanya sambil menunjuk ke arah kelas.

Disana Sowon melihat sosok punggung seorang lelaki sedang membantu sang guru mengatur barisan anak-anak yang akan keluar kelas.

Sowon menghampirinya.

"Eh, permisi?" tanyanya.

Pria itu berbalik. Sowon tidak mempercai matanya.

"Sowon!" Pria itu sama terkejutnya seperti Sowon saat mereka saling berhadapan.

"Seokjin?"

"Ibu lihat robot" kata Beomgyu melompat-lompat dikakinya.

"Eh iya, ehm ini sepertinya anakku tak sengaja membawa mainan dari kelas." kata Sowon sambil menyerahkan robot kecil itu.

"Ah tidak, itu hadiah untuknya karena sudah bisa menghitung sampai sepuluh, anak pintar" kata Seokjin sambil mengusap rambut Beomgyu.

Seokjin tersenyum ke arah Sowon.

~

Kini mereka duduk di taman sekolah, Beomgyu sedang bermain pasir bersama anak-anak lain.

"Bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali kita tidak bertemu, kau sudah banyak berubah" katanya.

"Aku baik, kau bagaimana? Menurutku kau masih terlihat sama" ucap Sowon sambil tertawa, Seokjin benar-benar terlihat sama seperti yang diingatnya, kelihatannya dia tidak bertambah tua sama sekali.

Sokjin ikut tertawa, "Aku memang selalu begini" katanya, "Pasti bangga ya rasanya pertama kali mengantar anak sekolah, ayahnya tidak ikut?" tanya Seokjin.

"Ah, ayah Beomgyu sudah meninggal. Kecelakaan mobil." jawab Sowon.

Ekspresi ceria Seokjin langsung menghilang, "Maaf, Sowon aku tidah tahu, aku turut berduka" katanya.

"Tidak apa, kejadiannya sudah empat tahun lalu. Ah iya, anakmu juga bersekolah disini?" tanyanya.

Seokjin tertawa, "Tidak, aku kesini untuk urusan pekerjaan. Perusahaan tempatku bekerja adalah pemilik yayasan sekolah ini, hari ini aku dan timku sedang memeriksa kelayakan sekolah untuk tahun ajaran baru."

"Oh, begitu" jawab Sowon.

"Aku belum menikah, apalagi punya anak" Seokjin tertawa lagi. "Dulu aku dikirim bekerja ke Jepang selama 5 tahun. Baru sebulan aku ditempatkan kembali disini." ucapnya.

Beomgyu berlari menghampiri mereka, wajah dan bajunya sudah kotor terkena banyak pasir.

"Ibu.. pulang.. bersihkan" katanya memukul-mukul pasir di tangannya.

"Baik sayang, ayo" Sowon berdiri dan menggendongnnya. "Baiklah aku pamit dulu" katanya membungkuk pada Seokjin.

"Iya, senang bertemu denganmu lagi Sowon." katanya. "Hei jagoan kecil, jaga robot dari paman ya, jangan sampai hilang" dia mengusap rambut Beomgyu. Anak itu mengangguk lalu melambaikan tangan padanya.

~

Besoknya Sowon tidak bisa mengantar Beomgyu ke sekolahnya karena meeting pagi, dia meminta Eunha menggantikannya. Baru di siang harinya dia datang untuk menjemput.

Sowon melihat Beomgyu sedang berjalan keluar kelas ditemani Seokjin.

"Ah sudah selesai" katanya memeluk Beomgyu.

"Dia menangis sebentar tadi karena berebut mainan" kata Seokjin.

"Terimakasih sudah menjaganya, kau akan berapa lama bertugas disini?" tanya Sowon.

"Hanya sampai hari ini, besok aku kembali ke kantor."

"Ah, begitu, baiklah kami permisi dulu." Sowon membungkuk dan berbalik hendak pulang.

"Sowon.." tiba-tiba Seokjin memanggil, "mungkin ini terlalu cepat tapi.. Maukah kau makan malam denganku Sabtu ini?" tanyanya.

Sowon terkejut dengan ajakan itu. Dia terdiam dan perlahan menghadap Seokjin. Sowon tidak tahu bagaimana harus merespon, dia belum siap untuk hal seperti ini.

"Seokjin.. aku.." Sowon ragu.

"Berilah aku kesempatan, sekali saja." kata Seokjin pelan.

Sowon menatapnya dan dengan satu anggukan dia menerima ajakan itu.

~

Be with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang