Lagi dan Lagi

135 17 1
                                    

"Kau lihat merk-nya? Ini jam tangan mahal!", ucap mister Han kepada asistennya.

"Benar mister, ini jam tangan mahal, kalau dijual bisa menghasilkan lebih banyak uang daripada gajiku 6 bulan!", asistennya masih memanas-manasi.

"Hah, baiklah akan kusimpan untukku, kau rahasiakan ini ya! aku harap customer itu tidak kembali dan mencari jam-nya."

krekkkk.. tiba-tiba pintu yang sudah sedikit terbuka kini terbuka lebar dan Sowon masuk ke dalam ruangan.

"Ah, sudah datang rupanya, hey kau ambilkan amplop di laci kasir disana..", ucap mister Han kepada asistennya.

"Ini upahmu selama sebulan bekerja disini", dia berkata sembari menyerahkan amplop kepada Sowon.

Sowon membuka amplop tersebut dan menghitung isinya, "tetapi mister mengapa jumlahnya berkurang dari yang dijanjikan di awal?", Sowon mulai merasa gusar sebenarnya dia sudah menduga ini akan terjadi.

"Hey, Sowon! Kau pikir segala minuman, meja dan gelas yang rusak tadi malam bukan salahmu?! Aku mengambil sebagian untuk mengganti segala kerusakan yang kau timbulkan itu!"

"Apa? Tapi..", sebelum Sowon melanjutkan kata-katanya, pintu terbuka lagi dan seorang pria memasuki ruangan. Sowon mengenali kulitnya yang pucat dan plester kecil yang menutupi luka di wajahnya.

"Maaf aku ingin bertemu manager tempat ini", ucap pria itu.

"Ah itu aku mister Han, kau ini lelaki yang kemarin bertengkar kan? Mau apa kau kemari lagi?!", mister Han menatap pria itu dan Sowon bergantian dengan curiga.

"Aku mau mencari jam tanganku, sepertinya kemarin terjatuh disini, jam tangan berwarna cokelat.", pria itu berkata lagi.

"Ah tidak ada yang seperti itu, semua ruangan sudah kami bereskan dan kami tidak menemukan jam tangan!", mister Han berkata sambil memelototi asistennya yang terlihat gelagapan.

"Bohong!", Sowon tiba-tiba menyahut. "Tadi aku mendengar jelas saat kau membicarakannya, jam tangan itu ada di sakumu kan mister?!", Sowon yang sudah kesal tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi, dia hanya ingin mister itu mendapat balasan.

"Sudahlah, kembalikan padaku, jam itu bernilai lebih dari sekedar uang untukku", ucap pria pucat itu.

"Ohya, kalau begitu kau berani bayar berapa untuk mendapatkannya kembali?", mister membalas dengan congkak.

Pria pucat itu menyeringai, wajahnya tampan tapi terlihat menakutkan, pikir Sowon.

"Kau berani menantangku pak tua? Apa kau tidak tahu siapa aku?"

"Memangnya kau siapa? beraninya menyebutku tua", mister mulai marah.

"Lihat saja nama yang tertulis di rantai jam itu", mister pun mengeluarkan jam mewah itu dari sakunya, pada rantainya terukir sebuah nama.

"Min Yoongi..", bacanya sambil mengerutkan dahi. "Min Yoongi, Min, maksudmu, kau ini berhububgan dengan keluarga Min?!"

"Iya, aku cucu pertama dari keluarga Min, pemilik bank terbesar di negara ini yang juga merupakan investor terbesar bar ini. Apa yang kau pikir akan terjadi jika aku melaporkan kelakuan bodohmu ini pada ayahku?", Yoongi berkata dengan dingin dan wajah datar.

"Ah aku.. aku.. tuan muda Min, seharusnya kau bilang padaku siapa dirimu, kami akan bisa melayanimu dengan pelayanan terbaik dan kejadian kemarin tidak perlu terjadi. Maafkan aku tuan, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Ah, ini jam tanganmu yang berharga..", suara dan tangan mister Han mulai bergetar, dia pun menyerahkan jam itu ke tangan Yoongi.

Yoongi tersenyum menyeringai lagi, "huh lucu sekali, baiklah aku pergi.", dia berbalik badan lalu berhenti. "Ah, satu hal lagi, beri nona ini upahnya yang layak. Segala kerusakan kemarin adalah salah customermu yang kurang ajar. Mereka yang seharusnya mengganti dan bukan dia", katanya sambil menunjuk Sowon.

Mister Han berjengit, tetapi akhirnya dia mengisyaratkan kepada asistennya untuk memberikan amplop tambahan untuk Sowon. Sowon menerimanya dan hanya bisa terdiam melihat hal ini, sungguh drama kekuasaan yang aneh, pikirnya.

"Ayo, kita sudah selesai disini", Yoongi berkata ke arah Sowon dan menunjuk pintu keluar.

~

"Jadi kau yang bernama Sowon?", tanya Yoongi dingin. Mereka kini berdiri di parkiran mobil depan bar. Sowon mengangguk pelan.

"Maaf aku tidak terlau ingat kejadian kemarin karena mabuk, tetapi Jimin sudah menceritakan semuanya. Terimakasih karena sudah mengobati lukaku.", ucapnya masih dengan wajah datar.

"Ah, sama-sama. Terimakasih juga karena kau sudah menolongku.", Sowon tersenyum mencoba mencairkan suasana yang canggung.

"Ehm.. jam tangan itu kelihatannya berharga sekali ya untukmu?", ucap Sowon lagi.

"Iya, ini pemberian dari kekasihku, hadiah saat ulang tahunku", ucap Yoongi, dia menunduk melihat jam yang melingkar di tangannya lalu tersenyum.

"Aku lega ini tidak hilang, terimakasih lagi kepadamu", dia mengangkat kepalanya dan tersenyum ke arah Sowon, senyum lebar dengan menunjukan deretan gigi kecil yang rapi dan sedikit gusi.

Sowon kaget melihat perubahan ekspresi itu, wajah yang sebelumnya datar dan menakutkan, kini terlihat manis dan polos saat tersenyum.

"Kenapa melihatku begitu?", ucap Yoongi dengan wajah bingung.

Ekspresinya kini membuat Sowon tertawa, "ah, tidak apa, kau ini lucu sekali, terlihat menakutkan saat di dalam sana, tapi sekarang tidak."

Yoongi, entah kenapa pipinya memerah melihat wanita dihadapannya tertawa, "ah itu hanya aktingku saja supaya masalah cepat selesai."

"Jadi kau ini anak yang suka memamerkan kekayaan orang tua?!", ucap Sowon bercanda.

"Haha nama keluargaku kadang berguna di situasi yang darurat, aku sendiri lebih suka jika tidak dikenal dengan nama itu.", Yoongi tersenyum lagi.

Sowon tidak bisa menahan pipinya untuk tidak bersemu, tapi senyum pria ini memang manis sekali.

"Hey Sowon, ayo kita pergi, kita sudah terlambat!", Sowon mendengar Sinbi berteriak sambil berjalan ke arahnya.

"Ah iya, kalu begitu aku duluan, aku harus menjemput adikku.", Sowon membungkuk berpamitan pada Yoongi dan pria itu melakukan hal yang sama.

"Baiklah, sampai bertemu lagi, Sowon", dia melambaikan tangannya. Sowon berbalik dan menghampiri Sinbi.

"Kau mengobrol dengan siapa sih?", tanya Sinbi penasaran. "Kenapa wajahmu merah begitu?"

"Sudahlah, nanti saja ceritanya", ucap Sowon sambil membuka pintu taksi di depannya.

~

Be with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang