BLUEMARS 8

29 2 0
                                    

Tidak usah terlalu dipikirkan. Karakter dia memang begitu. Jadi tenangkan pikiranmu dan berfikir positif. Bahwa esok hari dia akan kehilanganmu suatu saat nanti

-Alam Vieranta-






"Lo udah ngerjain tugas yang dikasih sama Kak Anta?" Tanya Dodit pada seluruh kelas.

Jam kedua memang seharusnya pelajaran sejarah. Tapi gurunya tidak masuk-masuk. Jadi anak-anak bebas melakukan apapun.

"Gue belum. Lagi pula Kak Anta ngga bakal kesini lagi," Kata Sinta diangguki oleh semua murid.

"Emang cewek itu ngasih tugas apa?" Tanya Sana. Apakah kalian tau. Gadis itu sudah berubah. Penampilannya sudah normal. Tidak seperti jalang lagi.

"Ngga tau, katanya sih tugas Sejarah. Tapi pakenya bahasa jawa. Kan kita ngga mudeng," Jelas Lina. Sana memganggukan kepala.

"Ken, Kak Anta kesini ngga sih?" Tanya Fandi.

"Gatau tadi gue ngga liat,"

"Dan?" Zidan mengedikan bahunya.

"Sat?" Satria menggelengkan kepala.

"Fathan?"

"Hah?" Lelaki itu sedang mengorek telinganya karna gatal. Mungkin kemasukan semut kerangkang.

"Kak Anta masuk ngga?" Tanyanya sekali lagi.

"Ngga, tadi malem gue dapet surat kematian sama surat wasiat dari Anta. Katanya harta warisannya buat gue. Jadi udah pasti dia mati," Celetuk Fathan asal. Omongannya selalu saja mengarah ke duit.

"Taiii!"

"Lo Alam?" Tanya Fandi mulai kesal. Kenapa yang dekat dengan Anta tidak ada yang tau sih! Menyebalkan.

"Ada, bentar lagi juga masuk," jawabnya santai.

"Kenapa lo ngga ngomong Alam?!" Vina gregetan sendiri. Menggertakan giginya.

"Beruntung gue kasih tau," Ujar Alam datar.

Mereka semua menghela nafas. Susah juga jika bertanya dengan Alam. Menghabiskan tenaga saja. Tapi jika kalian tau. Sebenarnya Alam tidak begitu. Itu hanya stempel saja.

Kelas hening. Tidak ada yang bersuara sama sekali. Mereka sekarang sedang menajamkan pendengarannya. Terdengar suara ketukan sepatu yang semakin mendekat. Anak kelas Sejarah meneguk salivanya. Bisa ditebak kalo itu adalah Anta.

Pintu terbuka. Menampilkan sosok yang tidak dinanti-nanti. Kaum perempuan menggigit bibirnya. Mereka takut. Sementara kaum laki-laki mereka cengengesan. Entahlah apa yang membuat mereka tersenyum jelek.

Anta datang dengan membawa setumpukan buku. Dia tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Kayanya ada yang seneng nih. Pasti lagi nungguin gue, iya kan? Astaga kalian ini so sweet banget sih," Anta berpura-pura terharu.

Dia melangkahkan kakinya kemeja guru. Menaruh semua tumpukan buku ke atas meja.

"Sudah siap dengan PR yang gue suruh?" Tanya Anta tersenyum jail. "Ah? Ya ampun. Kalian keren banget. Ngga nyangka gue. Kalian beneran ngerjain? Astaga," Anta terkekeh. Padahal anak-anak tidak ada yang menjawab. Kurasa hanya Anta yang bertanya dan menjawab sendiri.

"Taro buku tulis kalian didepan meja masing-masing! Gue akan muter buat nilai jawaban yang bener. DAN! Kalo sampe buku tulis kalian kosong. Kalian akan tau akibatnya," Jelas Anta.

Mereka mengangguk. Perkataan Anta memang tidak pernah main-main. Untung saja mereka sudah mengisinya. Ya walaupun jawabannya ngasal dan nyontek sama lain.

BLUEMARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang