"Nako juga rasain hal yang sama, waktu Nako sama Pyo-oppa..."
Degg!
Yuna terdiam mendengar hal itu, lidah Yuna kelu dan tidak dapat berkata kata lagi mendengar hal itu.
Yuna hanya terdiam mencoba meredakan jantungnya yang semula berdetak kencang menjadi sesak.
Nyatanya, Yuna benar benar sakit hati saat ini. Namun tidak ada yang bisa dilakukan anak itu saat ini.
"Yuna? Yuna? Yuna denger Nako kan?" lamunan Yuna buyat karena suara Nako memanggilnya.
"Ahh iya! Hmm...kayaknya mereka udah pergi. Jadi kita harus pergi sekarang, biar Yuna anter pulang" kata Yuna yang diangguki Nako.
Nako lalu keluar dari gang itu terlebih dahulu dan segera berjalan pergi di ekori oleh Yuna dibelakangnya.
Nako berjalan pelan pergi menuju jalan yang agak ramai menuju rumahnya di ekori oleh Yuna yang sejak tadi berjalan sambil menunduk.
Yuna berjalan menunduk sambil berfikir, anak itu memikirkan tentang perkataan Nako tentunya.
Dirinya hanya merasa sakit hati saat itu, serasa harapannya runtuh mengetahui dirinya kalah dari Dongpyo.
Bahkan, bukan ke kalahan dari Dongpyo yang membuat Yuna sedih. Tapi dirinya sedih karena cintanya bertepuk sebelah tangan.
Intinya, muka kuda sedih di tolak ampas kuaci...
Sedang menunduk, Yuna rasakan tangannya yang berada di kantong celananya di tarik dan di genggam oleh tangan kecil membuat anak itu menoleh.
Yuna lihat Nako yang menatap dirinya sambil tersenyum padanya.
"Kok Yuna di belakang? ayok jalan bareng bareng" kata Nako tersenyum. Nako gandeng tangan Yuna berjalan menuju rumahnya.
Hening tanpa ada percakapan yang dimulai diantara mereka, hingga sampailah mereka di depan rumah besar kediaman Nako.
"Yaudah, Yuna pulang deh. Nako mau masuk dulu, makasih ya udah anter Nako pulang" kata Nako tersenyum yang diangguki Yuna.
Yuna lalu melambaikan tangannya saat Nako bergerak masuk kerumahnya. Namun saat Nako sudah masuk, tangan Yuna turun dan dengan segera anak itu balikan tubuhnya.
"Hikss...hikss...Nakooo...Yuna kurang
..apasih...hikss""Ganteng...hikss enggak!...Pinter...juga enggak! hikss...apasih kurangnya...Yuna...hikss!" isak Yuna menghapus air matanya yang jatuh sambil berjalan pulang...
.
.
.
.
.
.
.
.
.Di ballroom hall, semuanya menikmati pesta dansa dengan ceria. Begitu juga Minhee dan Chaemin yang terlihat tersenyum sambil berdansa.
Tristan dan Aireon juga berdansa mengikuti alunan musik, dengan tangan Tristan di pinggang Aireon dan lengan Aireon mengalung di leher Tristan.
Dua pasangan sedang berdansa, beda dengan satu pasang anak bebek dan pipi bapao yang sejak tadi dansa tapi gelut mulu.
"Duhh! gausah pegang pegang, haram tau Yeri di pegang bapao babi!"
"Sombong kamu monyong! Aku juga males deket deket, bibir kamu kepanjangan!"
"Aduhhh jangan injek kaki Yeri dong! Ga suka deh, Yeri sedot nih pipinya biar kempes!"
"Enak aja! Ntar bibir kamu aku beli ya! sembarangan aja kamu ngomong, aku gunting bibir kamu pake gunting rumput mau?"
"Sembarangan! Bibir Yeri udah dirawat tau, Yeri udah dandan cantik di sablon!"
"Ha? sablon?"
"Itu yang bikin cantik itu"
"SALON!"
Ya gitu lah ocehan mereka, yang seperti biasa buat Minhee menghujat, Chaemin ngakak dan Aireon Tristan terkekeh.
"Sama sama isian bapao gausah ribut oy!" kata Minhee pada Jaehwan dan Yeri.
"Hahahahahahaha" kata Chaemin sambil dansa bareng Minhee.
Aireon tatap Jaehwan dan Yeri lalu beralih pada Minhee yang berdansa dengan Chaemin sambil terlihat ceria meledek Jaehwan Yeri.
Aireon menunduk lalu tiba tiba langkahnya terhenti membuat Tristan ikut berhenti.
"Aireon? why?" tanya Tristan.
"Aireon mau ke toilet dulu. Tristan duduk dulu ya cari minum, Aireon sebentar" kata Aireon pamit lalu pergi ke kamar mandi.
Pemandangan itu terlihat oleh Minhee yang melihat Aireon pergi ke toilet. Minhee tersenyum lalu lanjut berdansa dengan Chaemin sambil sesekali ngeledek Jaehwan Yeri.
.
.
.
.
.
.
.Aireon keluar dari kamar mandi setelah selesai buang air dan cuci tangan. Aireon berjalan keluar, namun langkahnya tidak menuju ballroom.
Aireon berjalan kearah taman sekolah dan menatap bintang dilangit yang menurut ya indah karena banyak bintang dilangit yang bersinar malam itu.
Aireon duduk di bangku taman sambil terus mendongak menatap ke langit. Matanya terus menatap sambil tersenyum tipis memuji keindahan bintang dilangit.
Namun dirinya langsung menoleh kala merasakan seseorang duduk di sampingnya.
"Mini? kok kesini? Cemin gimana?" tanya Aireon kala melihat Minhee yang tiba tiba duduk disebelahnya.
"Chaemin? dia baik, cantik juga humoris" jawab Minhee malah memuji Chaemin yang membuat Aireon menurunkan senyuman sambil kembali menatap langit.
"Bintangnya indah ya? bersinar terang" kata Minhee.
"Iya bintangnya indah" jawab Aireon tanpa melirik pada Minhee.
"Tapi sebaiknya Aireon jangan tatap bintangnya" kata Minhee.
"Kenapa? apa Aireon gak pantas buat tatap bintang?" tanya Aireon yang dijawab gelengan oleh Minhee.
"Takut nanti bintangnya minder, soalnya Aireon lebih indah dan bersinar terang dari bintang" jawab Minhee yang akhirnya membuat Aireon menoleh menatap Minhee.
"Minhee salah! Bintang itu sangat indah, bahkan orang orang suka sama bintang. Kata papa mama, bintang itu melambangkan keindahan, dan orang orang suka sama bintang" kata Aireon menatap Minhee.
"Kata papa mama Minhee juga gitu, bintang itu indah dan disukai orang orang. Tapi Minhee suka kalau bintang itu lebih disukai orang orang dari pada Aireon" kata Minhee menatap Aireon.
"Kenapa? karena Minhee suka bintang?" tanya Aireon.
"Karena orang orang suka bintang dari pada Aireon, jadi Mini tau kalau Aireon hanya untuk Mini. Aireon tidak perlu orang lain, karena Mini akan selalu ada buat Aireon..." jawab Minhee tersenyum ganteng pada Aireon.
Aireon tersenyum memerah pada Minhee, dan saat ini Aireon benar benar mirip dengan ibunya, Kim Yireon.
Dan taulah Minhee saat ini mirip sapa😽
"Apa Mini tidak bilang itu pada Cemin? bukannya Mini bilang dia cantik?" tanya Aireon pada Minhee yang buat Minhee tersenyum lalu menjawab...
"Apa..."
"...Aireon cemburu?"
To be continued...
Vomments and happy reading!
😸😸😸
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Tuyul Chibi (END)
FanficNako bukan tuyulmu~ Bisa kau suruh suruh~ Dengan seenak maumu~ Azegg~