5. Semakin Parah

1.3K 97 31
                                    

Sesampai di dalam mobil, Rosé langsung mengemudikan mobilnya ke rumah sakit yang jaraknya cukup jauh dari hutan.  Mereka sangat khawatir dengan Jennie yang tidak sadarkan diri.

"Chaeng cepatlah! Unnie jebal, bertahanlah eoh? Kita akan sampai" Lisa tidak peduli dengan darah yang menempel di pakaiannya, yang dia pikirkan hanyalah keselamatan Jennie.

"Kau pikir ini tidak cepat Lalisa?, aku sedang fokus menyetir! Jangan menggangguku!" Ucap Rosé marah. Dia kesal sekarang, dia hanya memikirkan Jennie, beberapa kali dia ingin menabrak mobil di depannya.  Jisoo yang berada di samping Rosé hanya diam seperti orang gila memikirkan kondisi Jennie.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, mereka akhirnya sampai di rumah sakit dan langsung membawa Jennie masuk dan langsung dibawa ke IGD.  Mereka hanya berdiri bolak-balik dengan kacau.

Setelah menunggu lama, akhirnya dokter yang menangani Jennie keluar dari IGD,  ketiga gadis itu langsung pergi ke dokter.

"Bagaimana, Dokter?"  Jisoo bertanya cemas.

"Apakah dia baik baik saja?" ucap Rosé.

"Hm.. Begini, dia mengalami luka parah dikepalanya yang membuat kesadarannya hilang. Dan karena itu, ingatannya tentang masa lalu atau masa kini sedikit. Karena sebelumnya dia menderita asma, sekarang penyakitnya semakin parah. Dan sekarang  dia sedang menjalani masa kritis"

"Amnesia? Koma? Dia menderita asma sebelumnya?"  Ucap Lisa terkejut.

Ketiga yeoja itu baru tahu Jennie mengidap asma, mungkin Jennie tidak mau memberi tahu mereka.

"Baiklah, terima kasih banyak dokter. Bisakah kita masuk menemuinya sekarang?" ucap Jisoo.

"Baiklah, hanya keluarga pasien yang bisa melihatnya dulu sementara"

"Hm.. ya, ka-kami keluarganya, boleh kami melihat keadaannya sekarang?" Ucap Lisa .

"Baiklah, tetapi sebelum itu kami akan memindahkan pasien ke kamar"

Setelah Jennie dipindahkan, mereka memasuki kamar.  Mereka langsung membeku saat melihat Jennie yang kini dibalut perban di kepala, tangan, kaki, dan nebulizer yang menempel di wajahnya.

"Unnie, kami datang hm? Ayo bangunlah, kami sudah disampingmu sekarang" ucap Rosé.

"Semoga kau bisa melewati masa krititmu Jennie-ya, kami tidak bisa melihat kondisimu seperti ini" ucap Jisoo.

"Kuohon, tolong ingat kami saat kau telah bangun" ucap Lisa lalu memegang tangan Jennie yang terpasang infus.

"Aku akan menginap disini, kalian pulanglah" ucap Jisoo.

"Apa maksudmu? Bagaimana bisa aku meninggalkan Jennie unnie disini?" kesal Lisa.

"Ya! Kalian pikir aku bisa tidur tanpa mengetahui  kondisi Jennie unnie? Aku akan menginap!" ucap Rosé ikut kesal.

"Aish! Arraseo, kita bertiga akan menginap disini. Kita sudah lama tidak satu kamar berempat? Kali ini kita melakukannya" ucap Jisoo.

Tanpa disengaja, mereka melihat Jennie dengan tatapan terkejut, mereka melihat air mata mengalir dari mata Jennie.

"K-kau mendengar kami unnie?"

Rosé tergesa-gesa berlari keluar memanggil dokter.

"Dokter, saat kami berbicara, dia tiba-tiba meneteskan air matanya, apa dia mendengar kami?" Tanya Rosé.

"Seorang pasien yang dalam kondisi kritis memang bisa mendengar suara-suara di sekitarnya. Teruslah berbicara dengannya, mungkin sedikit lebih baik.. Baiklah, saya pergi dulu"

A Problem [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang