Lisa sampai terlebih dahulu diparkir mobil, ia langsung masuk ke kursi pengemudi. Rosé yang mengejar pun dengan cepat masuk ke mobil dan duduk disamping Lisa.
"Apa kau yang akan menyetir?"
"Pasang sabuk pengamanmu!"
"Jika kau yang menyetir, kau pasti cepat mengemudinya, dan dengan keadaanmu yang sedang emosi seperti ini, kita bisa kecelakaan Lisa!"
"Dan satu lagi, apa kau tega membuat traumaku datang lagi? Apa kau ingin traumaku semakin parah!?"
Lisa tak menghiraukan ucapan Rosé, ia langsung menghidupkan mobilnya dan langsung menginjak pedal gas dengan kencang.
Rosé ketakutan, seluruh tubuhnya bergetar sambil berpegangan erat.
Tidak butuh waktu lama, mereka sampai dirumah sakit. Rosé hanya diam dan menangis sambil menutup badannya dengan jaket dan memeluk erat tasnya. Rosé sangat takut jika ada yang membawa mobil dengan sangat kencang, ia akan menangis dan traumanya muncul kembali.
Sesampainya mereka didalam ruang inap Jennie, Jisoo langsung terkejut melihat Rosé yang menangis sambil memeluk erat tasnya, sedangkan Lisa langsung masuk ke kamar mandi.
"Chaeng? Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?"
"Unnie.... A-aku ta-takut"
Jisoo sedikit terhuyung karena Rosé memeluknya erat secara tiba-tiba.
"Kenapa kau seperti ini lagi? Kau- sebentar, apa traumamu.. datang lagi?
"Li-lisa, di-dia me-ngemudi dengan sa-sangat cepat.."
"Ya! Sudah kubilang jangan pernah mengijinkannya membawa mobil, kenapa kau mengijinkannya!"
"A-ku ti-tidak bisa mencegahnya, dia langsung duduk dikursi pengemudi, dia sangat emosi, aku tidak bi-bisa melarangnya"
"Kenapa? Pantas saja wajahnya terlihat dingin tadi, ada apa Chaeng?"
Rosé langsung menceritakan kejadian dikelas tadi pada Jisoo.
"Jenis manusia apa Kwon itu? Tentu saja dia marah, dia tidak akan bisa menahan emosinya jika ada hal yang berhubungan dengan orangtuanya"
Tidak lama setelah itu, Lisa keluar dari kamar mandi dan langsung duduk disamping Rosé.
"C-chaeyoung-ah, aku.. aku minta benar-benar maaf padamu, aku tidak bisa mengendalikan emosiku, maafkan aku"
Rosé hanya diam sambil mengalihkan pandangannya ke televisi.
"Maafkan aku Chaeng, aku benar-benar tidak sengaja. Maafkan aku, aku akan memberikan kartu kreditku dan beli makanan sebanyak yang kau mau, maafkan aku"
Rosé pun masih diam dengan tatapannya yang sendu, ia masih teringat kejadian itu.
"Chaeng, sudahlah. Apa Lisa benar-benar sengaja? Tidak, bukan? Kau tahu jika dia sedang emosi" Jisoo berucap.
"Tidak sengaja? Tidak sengaja kau bilang?"
"Chaeng, jangan seperti ini, kumohon maafkan aku"
"Apa kau ingin aku kembali seperti dulu lagi? Kau ingin traumaku kembali lagi!?"
"A-aku tahu Chaeng, tapi jangan seperti ini, hanya karena hal ini kita jadi bertengkar?"
"Dan hanya karena kau emosi, kau membuatku ketakutan dan tidak memikirkan bagaimana keadaanku jika kejadian itu menghantuiku kembali!?"
"Ch-chaeng a-aku-"
"Kau pikir semudah itu menghilangkan rasa traumaku!?"
Rosé meneteskan air matanya. Ia tidak bisa, ia tidak bisa melupakan kejadian itu.
"Chaeng jangan menangis, aku benar-benar minta maaf. Apa yang harus kulakukan agar kau memaafkanku?"
"Aku bisa saja bunuh diri karena kejadian itu terus ada dalam pikiranku!"
"Chaeng, berhenti! Jangan melakukan hal yang tidak-tidak!" Ucap Jisoo.
Lisa yang memegang tangan Rosé pun ia hempas dengan keras.
"Lepaskan aku! Biarkan aku pergi!"
"Aish! Sial! Apa yang telah kau lakukan Lalisa!"
Jisoo menarik Lisa, Lisa pun langsung terduduk dan menangis.
"Dia benar-benar marah padaku. Maafkan aku.. Chaeng"
**
"Eomma, disini hujan deras, jangan terlalu cepat, Appa tidak akan marah kalau kita terlambat ke kantornya"
"Tidak Rosé, Appa tidak bisa bekerja kalau berkas ini tertinggal"
Setelah menambah kecepatan mobil, ada mobil yang berhenti mendadak didepan mobil mereka.
"Eomma awas!!"
Ibunya langsung memutar setir agar tidak tertabrak mobil didepannya. Tapi justru mobil mereka menabrak sebuah minimarket dengan sangat kencang. Seluruh isi mini market hancur tidak tersisa, Rosé dan ibunya langsung tak sadarkan diri.
Ada rekan kerja ayahnya yang melihat kecelakaan itu, ia menghubungi ayah Rosé dan memanggil ambulan.
"Sayang? Kau tidak apa-apa, bertahanlah, aku disini"
"Rosé, kau pasti kuat, kau adalah anak Appa yang kuat nak, bertahanlah. Ambulan akan segera datang"
Tidak lama setelah itu, ambulan datang dan membawa Rosé dan ibunya kerumah sakit. Rosé sadar setelah cukup lama dirumah sakit itu.
"A-appa"
"Nak, kau baik-baik saja?"
"Di-dimana eo-eomma"
Melihat ayahnya hanya diam, Rosé merasa tidak nyaman ayahnya tidak menjawabnya.
"A-appa? Ke-kenapa diam saja, di-dimana eomma"
"Eo-eomma mu, dia.. meninggal Rosé"
Appa Rosé menunduk. Rosé yang mendengar pun terkejut bukan main.
"A-appa jangan bercanda! Eomma baik-baik saja kan?" Isak Rosé berharap Appa nya berbohong.
"Maafkan Appa Rosé, Appa benar-benar minta maaf"
"Aku ingin melihat eomma sekarang!"
Rosé langsung berdiri dan melepas infusnya, kemudian berlari tidak tahu kemana.
Sampai akhirnya, ia masuk kedalam ruangan dan melihat ada seseorang yang sudah tertutup dengan kain putih. Ia pun membuka perlahan kain itu, dan melihat ibunya yang sedang terbaring tak sadarkan diri dengan wajah yang sangat pucat.
"Eo-eomma bangun! Kau baik-baik saja kan? Kau tidak apa-apa kan? Eomma kumohon, jangan membohongiku. Ireona eomma ireona!"
Ayah Rosé menahan dirinya yang mengamuk disana. Ia mengguncang tubuh eommanya.
"Eomma! Jangan tinggalkan aku! Eomma pasti berbohong! Bangun! Ayo bangun! Eomma! Bukankah eomma sayang padaku? Bangunlah dan katakan benar jika kau menyayangiku dan tak akan meninggalkanku! Eommaaaa!!"
*
*
*
*
*
Hai Guys..
Up lagi :)
Lagi gabut ngerjain tugas sambil ngetik, hehe
Sampai sini dulu ya
Bye guys~
Love you more❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
A Problem [END]
Fanfic"Aku tidak pernah menganggapmu menjadi bagian dalam hidupku, jadi kau tidak berhak mengambil hartaku!" KJS "Aku tidak ingin kehilangan lagi, dan kau sengaja membuatku hampir saja kehilangan orang yang kusayangi?!" LSM "Tanpa rasa bersalah kau kabur...