eps 3

1K 24 6
                                    

1 bulan kemudian...

Ziva baru terbangun dari tidurnya, ia meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal dan ngilu. Saat Ziva hendak menuruni ranjangnya tiba tiba kepalanya terasa pusing, ia juga merasa mual. Segera Ziva berlari kekamar mandi pribadinya untuk memuntahkan isi perutnya karena begitu mual.

"Kok gue mual sama pusing banget ya"gumam Ziva sambil menatap wajah pucatnya dicermin

Ziva segera keluar dari kamar mandi, ia berjalan menuju kalender yang berdiri diatas meja belajarnya, Ziva terus memperhatikan deretan tanggal didalam kalender tsb.

"Harusnya gue udah dapet dari minggu kemarin"ucap Ziva cemas

"Apa jangan jangan.___

"Good morning sayang, kok belum siap-siap"ucap Mira diambang pintu, lalu berjalan menghampiri Ziva yang terkejut bukan main

Mama...."lirih Ziva lalu meletakkan kalender kembali keatas meja

Mira tersenyum sambil mengusap rambut Ziva "kok liatin kalender, ada apa?"tanya Mira

"Mmm... itu Ma, Ziva ada ulangan Matik tanggal 12, Ziva kira ini udah tanggal 12"ucap Ziva berbohong

"Yaudah sekarang kamu siap siap ya, papa udah nunggu dibawah kita sarapan bareng"ucap Mira yang diangguki Ziva

"Ziva mandi dulu ya Ma"ucap Ziva

"Iyah. Mama kebawah ya"ucap Mira,lalu berjalan meninggalkan Ziva

"Iya ma..."

[...]

"Rey, perempuan yang pernah datang kesini itu pacar kamu"tanya Dona disela sela kunyahannya

Akbar, papah Rey langsung melirik kearah Rey dengan sinis. Ia selalu melarang putranya untuk berpacaran dengan alasan masih kecil, Akbar juga tidak mau sekolah Rey terganggu karena cinta. Akbar ingin Rey terus fokus pada sekolahnya agar masa depannya cerah, agar Rey bisa menjadi penerus Akbar kelak nanti.

"Ingat ya Rey, papa gak akan izinin kamu pacaran diusia dini. Kamu fokus sama sekolah kamu dan fokus sama masa depan kamu, cuma itu yang papa mau dari kamu"ucap Akbar mengingatkan

Rey hanya diam. Lalu berpamitan untuk segera berangkat kesekolah.

"Rey pamit dulu, Assalamualaikum"ucap Rey segera melenggang dari ruang makan

"Waalaikumsalam..."ucap kedua orangtuanya

"Pa, jangan terlalu mengekang Rey, dia juga udah besar"ucap Dona

"Udah besar gimana Ma, dia baru masuk SMA, papa gak mau dia kenal sama yang namanya pacaran. Itu aja"ucap Akbar tegas

"Mama tau, tapi___

"Mama pengen yang terbaik'kan buat Rey, jadi jangan bantah papa"potong Akbar, lalu bergegas meninggalkan ruang makan

[...]

"Zivaaaaaa..."teriak Imey dan Oliv sambil berlari menghampiri Ziva

"Ih apaan sih kalian"ucap Ziva sambil terkekeh

"Eh tunggu tunggu, muka lo kok pucat sih Ziv"ucap Oliv sambil memperhatikan wajah Ziva

"Masa sih?"tanya Ziva

"Serius Ziv, iyakan mey"ucap Oliv sambil menyenggol Imey

"Iya sih. Lo sakit?"tanya Imey serius

"Ngga ah. Mungkin gue lupa pake bedak sama lipbalm aja, makanya pucat"ucap Ziva ngeles

"Yaudah deh. Ayo kekelas..."ajak Imey sambil menarik lengan kedua sahabatnya

[...]

Ziva melirik kearah meja Rey, Rey pun sama, Rey mengulum senyumnya, sementara Ziva kembali memalingkan wajahnya. Namun ia mengambil ponselnya disaku baju, lalu mengetikkan sebuah pesan kepada Rey.

dibawah umur [✓, belum Direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang