Ziva berjalan melewati koridor sekolah, disepanjang jalan siswa siswa terus memperhatikannya sambil membicarakan Ziva. Terdengar beberapa siswa yang bicara soal kehamilan Ziva. Mereka juga memandang Ziva dengan tatapan sinis dan benci. Tentu hal itu membuat Ziva tertekan.
"Gak nyangka sih, anak yang berlaga polos bisa hamil diluar nikah"
"Pergaulannya terlalu bebas haha"
"Kalo gue jadi dia. Jangankan mau sekolah keluar kamar aja ogah saking malunya"
"Kan muka tembok!"
Airmata Ziva sudah tidak tertahan lagi. Hatinya perih mendengar celaan dari mereka. Ia mempercepat langkahnya agar tidak mendengar ucapan menyakitkan lagi dari mereka.
Diarah lain, ada Imey dan yang lainnya sedang mengobrol. Imey yang pertama melihat Ziva langsung teriak dan berlari menghampiri Ziva.
"Ziva..."
"Ziva Lo sekolah?" tanya Imey sesampainya dihadapan Ziva
"Lo nangis Ziv?" Tanya Oliv sambil menengadahkan wajah Ziva
Ziva langsung memeluk tubuh Imey dan menangis dibahunya. Hari pertama masuk sekolah saja Ziva sudah kena ocehan dari siswa lain apalagi kalau ia terus sekolah dengan perut buncitnya nanti. Mungkin tidak akan ada lagi yang menganggapnya disekolah itu, ya termasuk Imey Oliv Iyan dan juga putra.
"Lo kenapa Ziv?"tanya Imey sambil mengusap bahu Ziva
"Yang lain udah pada tau kalau gue hamil. Siapa yang ngasih tau mereka. Pasti diantara kalian" tuduh Ziva sambil terisak
"Apa? Lo serius?"ucap Iyan terkejut
"Jadi mereka tau kalau Lo ha___
"Oliv!"bentak Imey sambil melotot pada Oliv agar ucapannya tidak dilanjutkan karena suaranya yang begitu nyaring
"Sumpah Ziv. Kami gak pernah ngasih tau soal kehamilan Lo" ucap Putra
"Iya Ziv. Kami aja baru tau kalau mereka tau Lo hamil"tambah Iyan
Ziva terus menangis karena menahan malu dan sakit. Ia butuh Reynal untuk berlindung, ia butuh sosok kekasihnya itu untuk menenangkan dirinya.
"Rey udah datang?" Tanya Ziva sambil menghapus airmatanya
"Daritadi kami gak liat dia" ucap Oliv
"Yaudah sambil tunggu Rey datang kita ke kantin dulu yuk" ajak Imey
"Gue gak mau. Gue tunggu ditaman aja ya"ucap Ziva
"Yaudah kita ikut"ucap Imey memutuskan
Dan akhirnya kelima remaja itu bergegas menuju taman sekolah yang berada dibelakang. Ya setidaknya disana lebih tenang daripada dikantin ataupun dikelas.
[...]
Disepanjang jalan Rey hanya diam membisu sambil memperhatikan pemandangan dibalik kaca mobil, tidak begitu indah tetapi mungkin hanya itu yang bisa membuat Rey sedikit tenang.
Tetapi ketenangannya hanya sedikit. Pikiran Rey terus kepada Ziva ia tidak mengabari Ziva kalau dirinya ke Surabaya, ia meninggalkan wanita yang ia cintai dan juga bayi yang ada diperut Ziva. Rey merasa dirinya tidak berguna, dirinya tidak memiliki harga disaat masalah melilit hidupnya ia malah pergi dari masalah itu tanpa menyelesaikannya terlebih dahulu. Rey benar benar tidak berguna.
"Sayang apa kamu gak bosan liat keluar terus?"tanya Dona sambil melirik kearah Rey
Rey hanya menggelengkan kepalanya. Rey benar benar tidak mood berbicara semua moodnya telah tertinggal dirumahnya, tidak ada lagi selera dan mood baik yang menghampiri Rey. Rey sudah hancur dan tidak akan bisa pulih kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
dibawah umur [✓, belum Direvisi]
Conto[jadilah pembaca yang bijak] dia perusak, penghancur dan malapetaka bagi orang yang ceroboh. dia menghancurkan masa depanku, dia menghancurkan impianku, dia membuat orangtuaku kecewa, dia membuatku dibenci dan dihindari banyak orang! hinaan, cemooha...