Rey duduk didepan rumahnya, seharian penuh ia mencari pekerjaan namun tidak ada yang mau mempekerjakan bocah seusianya. Rey memandang langit gelap yang penuh taburan bintang, pikirannya tertuju pada Ziva, Rey ingin sekali menelepon Ziva untuk menanyakan kabarnya tapi niat terurung karena hp Ziva ada ditangan papanya. Terlebih lagi Rey memikirkan bayi yang ada diperut Ziva yang akan dilenyapkan oleh papanya Ziva, Rey takut itu terjadi, Rey takut itu berujung pada Ziva.
"Rey..."lirih Dona didepan pintu yang terbuka
"Mama"balas Rey, lalu berdiri mensejajarkan tubuhnya
"Kemana aja kamu baru pulang?"tanya Akbar sinis
"Aku cari kerja pa, seperti yang papa bilang aku harus tanggung jawab dengan usahaku sendiri"ucap Rey tegas
"Sudah pa"Dona mengusap punggung suaminya, "ayo Rey kita masuk, kamu pasti belum makan"ajak Dona, sambil menarik tangan Rey
"Terus kamu dapat kerjaan apa?"tanya Akbar dibelakang Rey
Rey menggeleng, dan melanjutkan langkahnya lagi ke meja makan, karena perutnya terasa perih setelah seharian mencari pekerjaan.
Akbar menggeser kursi makan didepan Rey, lalu ia duduk sambil memperhatikan wajah lusuh putra semata wayangnya itu. Sebenarnya Akbar tidak tega, namun Rey harus tau bahwa perbuatannya bukan hanya akan mempermalukan dirinya tetapi mempermalukan orangtuanya juga. Dan perbuatan Rey adalah kesalahan besar yang harus Rey selesaikan dengan caranya sendiri. Anggap saja itu sebuah pelajaran untuk Rey.
"Kenapa kamu bisa sampai lakuin itu Rey?"tanya Akbar kecewa
"Kami hilaf, karena sama sama kedinginan. Maaf"lirih Rey menyesal
"Nak, apa yang udah kamu lakuin itu bikin papa sama mama kecewa dan sedih. Kamu adalah harapan terbesar papa untuk melanjutkan semua bisnis papa, tapi kamu malah hancurin harapan papa. Kamu hancurin masa depan kamu, papa kecewa sama kamu Rey"ucap akbar dengan lembut, serasa menuntaskan semua kekesalannya
"Maaf pa, ma. Tapi aku bener bener hilaf. Maaf aku udah bikin mama sama papa kecewa, aku juga nyesel, aku juga kecewa sama diri aku sendiri"ucap Rey dengan berlinang air mata
Dona mengusap rambut Rey dengan sayang. Ia paham ini sebuah kehilafan Rey. Ia juga paham bahwa Rey saat ini telah menyesali semua kesalahannya.
Rey menggenggam tangan Akbar kuat kuat, ia memohon bantuan pada papanya untuk memaafkan Rey dan membantu Rey bertanggung jawab pada Ziva.
"Pa, bantu aku tolong nikahi aku sama Ziva, aku mohon cuma papa sekarang yang bisa bantu aku"mohon Rey
Akbar menatap mata Rey yang berkaca kaca, lalu mengalihkan pandangannya kearah Dona. Dona mengangguk memberi isyarat untuk mengiyakan permintaan Rey.
"Aku gak mau Ziva kenapa napa. Katanya om Bagas bakal gugurin kandungan Ziva, aku gak mau itu terjadi"tambah Rey
"Papa bakal bantu kamu"ucap Akbar akhirnya
Rey melotot tak percaya, ia pikir permintaannya ini akan ditolak lagi oleh Akbar, tapi ternyata tidak, malahan Akbar mau membantunya.
Rey beranjak dari kursinya menghampiri Akbar, lalu memeluknya dengan penuh rasa bahagia dan rasa berterimakasih.
"Makasih pa"ucap Rey didalam pelukan Akbar
"Sama sama"balas Akbar sambil tersenyum
[...]
"Taksi..."ucap Ziva sambil melambaikan tangannya kearah taksi yang lewat
"Mau kemana non?"tanya supir taksi tersebut
![](https://img.wattpad.com/cover/231268315-288-k350772.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
dibawah umur [✓, belum Direvisi]
Short Story[jadilah pembaca yang bijak] dia perusak, penghancur dan malapetaka bagi orang yang ceroboh. dia menghancurkan masa depanku, dia menghancurkan impianku, dia membuat orangtuaku kecewa, dia membuatku dibenci dan dihindari banyak orang! hinaan, cemooha...