Kring...
Kring...
Kring...Ponsel Rey berbunyi didalam saku celananya, ia segera mematikan mesin motornya lalu mengambil ponsel miliknya yang terus berbunyi. Rey melihat tidak ada nama seseorang disana, melainkan nomor tidak dikenal yang saat ini menghubunginya. tidak ambil pusing, Rey segera menjawab sambungan telepon tersebut
"Rey... ini aku Ziva"
Rey membuka mulutnya lebar lebar, ia tidak percaya kalau nomor asing itu adalah Ziva. Rey sangat terkejut sekaligus senang mendengar kabar dari Ziva.
"Ziva..."
"Rey... aku kangen banget sama kamu, kamu baik baik aja kan?"
"Harusnya aku yang nanya gitu, kamu baik kan Ziv? Sekarang kamu dimana, semua orang panik nyariin kamu"
"Rey, aku baik disini. Jangan bilang sama mama atau papa aku ya kalau aku telepon kamu"
"Iya Ziv. Tapi sekarang kamu dimana? Aku khawatir banget, aku sama yang lain sekarang lagi nyari kamu"
"Aku dirumah kak Jihan, Rey. Aku bakal kasih alamatnya nanti disms, asal kamu janji gak bakal kasih tau siapa siapa. Cukup kamu aja"
"Aku janji, Yaudah sekarang kamu SMSin alamatnya, dan aku bakal nyusul sekarang"
"Kalo gitu aku matiin ya telponnya, sampai ketemu Rey"
"Sampai ketemu..."
Dan sambungan telepon pun berakhir. Rey tersenyum lebar setelah mendengar suara Ziva. Ia sangat bahagia mendengar Ziva baik baik saja. Tak lama ponsel Rey bergetar menandakan ada pesan, Rey segera membukanya lalu membaca isi pesan yang dikirim oleh Ziva.
"Tunggu aku Ziva"gumam Rey, dan ia segera melajukan motornya dengan kecepatan maksimal.
[...]
Dona terus mundar mandir didepan Akbar, perasaannya cemas karena Rey belum juga pulang sampai malam begini. Akbar yang sedari tadi memperhatikan Dona tentu saja risih, ia risih pada keberadaan Rey yang entah dimana dan sekarang Dona yang pusing tidak karuan.
"Ma, mau sampe kapan mundar mandir begitu?"tanya Akbar
"Mama cemas pa, Rey gak bisa dihubungi. Mama takut terjadi apa apa sama Rey"balas Dona dengan posisi tetapnya
"Papa juga sama ma, khawatir sama Rey"ucap Akbar
"Seharusnya Rey gak usah cari Ziva, biarin aja orangtuanya yang nyariin, bikin susah aja"sambung Akbar geram
Tuk
Tuk
Tuk...Ditengah perbincangan mereka, tiba tiba pintu depan ada yang mengetuk, Dona dan Akbar segera bergegas menuju pintu utama berharap itu adalah Reynal yang sedari tadi mereka tunggu.
"Kayaknya Rey pa"ucap Dona yang diangguki Akbar, lalu bergegas membuka pintu
"Selamat malam pak, bu"ucap seorang polisi didepan pintu usai Dona membuka pintunya
"Malam. Ada apa ini pak?"balas Dona terkejut
"Apa benar ini rumah Reynal Aditya?"tanya polisi bernama Sudrajat tersebut
"Ya benar, kami orangtuanya, maaf sebelumnya ini ada apa ya pak?"tanya Dona bingung
"Kami membawa surat tugas penangkapan saudara Reynal Aditya atas tuduhan penculikan saudari Ziva Arnita"jelasnya
Dona membuka mulutnya karena terkejut sambil menatap Akbar sang suami, seperti Dona Akbar juga terkejut atas ucapan polisi dihadapan mereka.
"Anak kami tidak bersalah pak atas kasus ini, dan sekarang Reynal juga hilang entah kemana"ucap Akbar sedikit geram
"Apa benar Reynal juga hilang?"tanya Polisi meyakinkan
"Benar pak, dia bilang tadi siang dia mau mencari Ziva tapi sampai sekarang dia belum pulang"jelas Dona
"Mereka bohong pak, pasti mereka sembunyiin Rey didalam rumahnya, iyakan"ucap Bagas, yang entah sejak kapan sampai disana
"Jangan asal tuduh ya pak Bagas! Kami tidak menyembunyikan Reynal, malah seharusnya kami yang menuntut kalian, karena hilangnya anak saya!"ucap Akbar terbawa emosi
"Jangan asal bicara anda!"tegas Bagas
"Sudah, sebaiknya jika keduanya hilang mari kita mencari sama²"apih polisi
"Iya pah kita cari Ziva sekarang"ucap Mira
"Mari pak, bu"ajak polisi
[...]
Bintang bertaburan dilangit yang gelap, angin hilir mudik menerjang tubuh kedua makhluk insan yang tengah menyaksikan pemandangan bintang diatas langit.
Mereka saling beradu pandang, tersenyum, mengisyaratkan bahwa keduanya bahagia.
"Aku seneng kamu ada disini"ucap Ziva dengan senyum manisnya
"Aku juga seneng akhirnya bisa liat kamu lagi"ucap Rey lalu menggenggam tangan Ziva
"Aku pengen disini terus Rey, besarin bayi ini tanpa diganggu sama kedua orangtua kita"ucap Ziva sambil mengusap perut ratanya
"Jangan Ziv, kita masih kecil kita masih butuh orangtua"ucap Rey menolak
"Tapi aku gak mau digugurin Rey, aku takut aku bukan pembunuh"ucap Ziva sambil menangis
Rey mendorong kepalanya Ziva agar berada dibahunya, lalu tangannya mengusap lembut rambut Ziva.
"Kita omongin ini baik baik, aku yakin pasti ada jalan keluarnya buat kita"ucap Rey
"Aku takut..."lirih Ziva
"Kamu harus percaya sama aku Ziv"
Jihan dan Yoga, mereka tengah berdiri diteras rumahnya, menatap pemandangan dua sejoli tengah beradu argumen dibawah langit hitam.
"Kasian ya mereka"gumam Jihan
"Iya, mereka masih kecil bahkan lebih kecil dari kejadian yang menimpa kita dulu"balas Yoga
"Kita harus bawa Ziva pulang, kita harus bantu dia supaya papa mau buang niatnya buat gugurin kandungan Ziva"ucap Jihan
"Lusa aku libur, kita anter Ziva kerumah papa"ucap Yoga yang diangguki Jihan
[...]
Pagi hari, cahaya matahari sudah menyelinap masuk kedalam celah jendela kamar yang ditiduri oleh Rey. Ia menggeliat karena merasa terganggu lalu Rey beranjak dari ranjang untuk melihat pemandangan sekitar lagi.
Saat Rey keluar dari kamar, ia tersenyum ketika melihat Ziva sedang asik bermain dengan Lisa, dan hal itu membuat Rey berhalusinasi ketika ia menikah dan memiliki bayi nanti.
"Hey... pagi pagi udah melamun"ucap Ziva membuyarkan lamunan Rey
Rey segera menghampiri Ziva, dan ikut bermain bersama Lisa.
"Kalau bayi ini udah lahir pasti kita bakalan kaya gini, setiap hari ngurusin bayi"ucap Rey yang mengusap perut Ziva
Ziva terkekeh "kamu tadi bayangin itu ya?" Selidik Ziva yang dibalas tawaan oleh Rey
[...]
"Kalau sampe siang Rey belum juga pulang membawa Ziva, papa bakalan kasih pelajaran buat dia"geram Bagas
"Udah dong pa jangan marah² terus nanti papa sakit, semua bukan salah Rey, pa."ucap Mira menahan emosi Bagas
"Ma! Kalau si Rey gak hamilin Ziva, ini gak bakalan terjadi!"bentak Bagas
"Kalau papa gak bicara soal gugurin kehamilan Ziva, ini gak bakalan terjadi!"tegas Mira, lalu berjalan meninggalkan suaminya itu
"Malah nyalahin papa"gerutu Bagas
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
dibawah umur [✓, belum Direvisi]
Short Story[jadilah pembaca yang bijak] dia perusak, penghancur dan malapetaka bagi orang yang ceroboh. dia menghancurkan masa depanku, dia menghancurkan impianku, dia membuat orangtuaku kecewa, dia membuatku dibenci dan dihindari banyak orang! hinaan, cemooha...