Please, menjauh.

355 82 17
                                    

Siapa yang tidak khawatir, melihat tubuh Gia terbaring lemah diatas kasur rumah sakit. Gadis yang biasanya heboh, sok, dan menyebalkan itu, kini berubah total, wajahnya sendu dengan kedua mata yang mengatup sempurna. Infus yang menusuk nadi, dan juga alat bantu bernafas, sempat membuat Jimmy semakin merasa bersalah.

"Ohh, my queen, noo!!." seru seseorang dari balik pintu dengan langkah tergesa gesa.

Jujur, Jimmy, Vian dan Julian saling menatap satu sama lain, karena kehadiran seorang wanita paruh baya dengan gaya fashion nyentrik masa kini. Cantik, berkelas, dan memiliki tubuh semampai ideal. Tak hanya wanita itu saja, ada seorang pria paruh baya juga, tampan, lalu ada pula beberapa pria bertubuh kekar memakai setelan jas hitam, kacamata hitam, serta memakai airpods dirungu masing masing.

"FBI?." lirih Vian pada Jimmy dan Julian disisinya.

Karena Diandra dan Jasmine mengenal mereka, maka keduanya tak sungkan memberi salam. Rupanya, mereka adalah orangtua Gia, yaitu Nyonya Berliana dan Tuan Albert Goldy.

"Oh, hai tante, hai om.. " sapa Jasmine dan Diandra bersamaan. Lalu, karena Jasmine sadar jika Jimmy cs hanya melongo bingung,ia pun menyiku lengan Jimmy dan memberi arahan untuknya memberi salam.

"T-tante, Om.." sapa Jimmy Vian dan Julian canggung.

"Hai anak anak manis, yaampun.. tante sih kenal sama Jasmine Diandra, tapi kalo kalian, tante baru lihat. Iya kan sayang?." seru Berliana pada sang suami.

Albert menganggukkan kepalanya cepat. "Tunggu, kayaknya mereka ini pacar Jasmine dan Diandra, benar?."

"Noo honey, mereka bertiga, tidak mungkin pria tampan ini milik mereka semua. Yang satu nganggur dong,sama tante aja mau?." canda Berliana.

Seketika satu ruangan terkekeh. "Maafkan istri om ya, memang ganjen. Jadi, yang satu ini, siapa? pacarnya Gia ya?." tanya Alber.

"E-eh? engg--"

"Calon om! hehee." sahut Vian sebelum Jimmy melanjutkan ucapannya, mendengar sahutan Vian yang sungguh ngawur, Jimmy sampai melotot dan mengumpat lirih.

"Waaah, manis sekali. Om harap, kamu bisa bertahan ya sama Gia, dia emang nyebelin, tapi dia ngga fake kok. Walaupun manja dan egois, Gia itu punya hati yang tulus, sama kayak Om."

Julian tersenyum sembari menyiku lengan Jimmy. Malu sekali.

"Tante sama om gabisa lama, harus ke perancis 3 jam lagi, tante titip Gia ya? kalo bisa, jangan sampe Gia punya pikiran, dia ngga boleh banyak beban, Gia kan sak--"

Tuan Albert langsung mendekap lengan sang istri, seolah sengaja menghentikkan ucapannya. Tak ada yang sadar akan ucapan Berliana, kecuali Jimmy, entahlah pria itu benar benar memperhatikan hal hal kecil sekalipun. Dia yakin, ibu Gia menyembunyikan sesuatu.

"Tenang aja om, tante..kita bakal jagain Gia kok, iya kan guys?." ucap Jasmine pada keempat temannya, yang juga disanggupi anggukan oleh ketiganya.

"Yasudah, tolong kabarin om sama tante ya kalo Gia berulah, dia emang gitu anaknya, suka semaunya sendiri. Tante sama om pamit dulu."

.

.

.

.

.

.

.

Jimmy masih betah duduk disofa kamar inap Gia, rasanya aneh setelah terbiasa dengan Gia yang selalu ramai dan heboh sendiri kini ia harus memperhatikan gadis itu terkulai lemah seperti orang mati. Karena teman temannya harus pulang lebih dahulu, akhirnya Jimmy lah yang harus menemani Gia, sebenarnya bergantian, tetapi sepertinya mereka semua sengaja meninggalkan Jimmy seorang diri disini.

GIA ✔ [[ SeulMin Lokal ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang