Kesimpulan

344 76 35
                                    

NOTE : Buat para readers kesayangan, jangan takut ya sama part yang berbau sedih atau bawang. I mean like, ini cuma fiktif, jadi jangan terlalu takut buat ngebaca. Jangankan FF, dalam hidup kita aja, ngga semuanya selalu berjalan lancar kan? santai aja, aku sendiri sbg author juga sebel bikin ceritanya kalo bagian Gia sama Jimmy berantem, cuma kalo dibuat HAPPYYYYYY TERUS LEMPEENGG TERUS..ya ga asik dong :(

Jadi, jangan takut buat baca sad part yaah..💜💜💜 .

- Monica -

Aku tau, aku udah bodoh karena sia siain kamu Jim, tapi percaya sama aku..aku serius aku sayang banget sama kamu, setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, sama halnya aku. Aku nyesel, kasih satu kesempatan..

Soal Gia, lupain aja..lagi pula kalian nggak ada hubungan apa apa kan? kenapa kamu harus takut sama Gia? dia ngga ada hak apa apa atas kamu.

Jimmy menggenggam ponselnya seerat mungkin, seperti melampiaskan kekesalan setelah membaca pesan dari Mika. Ia sempat mengingat kembali semua momennya bersama gadis itu, kisah yang panjang, romantis, dan penuh suka duka. Jimmy ingat, ia harus berpikir panjang sebelum memutuskan untuk 'berpacaran' dengan seorang gadis.

Tas yang ia bawa tiba tiba merosot dari pundaknya, lalu seseorang menahan tas itu agar tidak terjatuh.

"Jimmy? lo kenapa?." ternyata Gia, gadis itu kembali meletakkan tali tas Jimmy tepat dipundaknya. Sambil terus memperhatikan raut wajah Jimmy yang terlihat bingung, Gia malah penasaran, tumben Jimmy diam seperti ini.

Gia mengayunkan tangannya didepan wajah Jimmy, berhasil, pria itu sadar dari lamunannya. "Gia, sorry..lo ngajak gue ngomong tadi?." tanyanya sungkan.

"Engga, engga kok." ia menggelengkan kepalanya.

Sepertinya dugaan Gia benar, tidak biasanya Jimmy diam seribu bahasa. Dan pikiran Gia tertuju pada Mika, sudah pasti Jimmy memikirkan Mika, entah dalam konteks 'rindu' atau memang keduanya sedang dalam suatu 'masalah'. Mungkin, hari ini Gia harus berhenti berulah, kondisi Jimmy tidak memungkinkan untuk digoda.

"Kak Gia!!."

Gadis itu menoleh kebelakang,melihat Haikal berlari ke arahnya.

"Anjir, mampus gue." lirihnya. Meski lirih, Jimmy bisa mendengar gumamam Gia, lucu.

"Gue ke kelas ya, fans lo uda nyamperin." Jimmy mangkir.

"Jimmy! bangke lo."

Berakhir, Gia berjalan berdampingan bersama Haikal. Not bad, Gia suka sekali menjadi bahan obrolan oranglain, asal tidak yang buruk.

***

Namanya saja, sudah bertekad. Jangan kaget kalau tiba tiba Mika muncul, benar benar masuk kedalam kelas Jimmy. Sepertinya, Mika bukan hanya bertekad, tetapi serius dalam rencananya. Rencana membuat Jimmy kembali dan melupakan Gia, bilaperlu melupakan Jakarta.

Jimmy sendiri, masih berkutat dengan folionya, mengerjakan tugas yang sebenarnya dikumpulan minggu depan, bebas sih, orang rajin.

"Jimmy, butuh bantuan Mika ngga?." gadis itu langsung menarik kursi secara random, berjejer disisi Jimmy sambil memangku dagu.

Kedatangan Mika membuat Jimmy merasa tidak nyaman, sama sekali, bukan membenci, tetapi jika Mika terus saja egois seperti ini maka Jimmy semakin sulit menentukan pilihan hatinya. Maksud Jimmy, sekali Jimmy bilang tidak, itu artinya tidak. Bisakah Mika mengerti itu?

"Mika, gue serius.. gue lagi berusaha ngejar impian gue, gue kuliah bukan untuk seneng seneng." ucapnya sedikit ditekankan.

Senyuman Mika memudar,bersama dengan raut wajahnya yang muram. "Gitu? dan aku ngga peduli, aku udah bilang sama kamu,aku tetep disini, sampe kamu balik sama aku." kukuhnya.

GIA ✔ [[ SeulMin Lokal ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang