Yerin masih tertidur pagi ini. Demamnya baru turun tengah malam tadi. Papah Suho bahkan mondar-mandir ingin segera membawa Yerin ke rumah sakit. Namun gadis itu tidak mau.
Pagi ini setelah sholat subuh. Papah Suho sudah berada disamping Yerin yang terlelap damai. Hidung gadis itu memerah. Matanya membengkak. Ia tahu gadis nya hujan hujanan sambil menangis.
Namun ia tidak bisa melakukan apapun. Dia tidak tau siapa yang menyakiti putri kesayangannya.
***
Yerin terbangun pukul 09.17 pagi. Matahari sudah masuk melalui jendela kamarnya yang terbuka lebar.
Tenggorokannya terasa kering. Perlahan ia duduk dan meraih air putih yang ada di gelas.
Gadis itu meminumnya hingga setengah.Kepalanya masih sedikit pusing karna kehujanan dan juga kebanyakan menangis.
Gadis itu menyibak selimut dan bantalnya ketika Eunha masuk."Nyari apa mbak?" Tanya Eunha membawa semangkok bubur yang masih panas serta segelas susu.
"Hp mbak? Liat gak? Kmaren mati" ucap Yerin masih mencari. Kini mencari di laci samping nakasnya.
Eunha menaruh nampan berisi bubur dan segelas susu diatas nakas. Kemudian ikut mencari hp milik Yerin.
Gadis itu mencari di tas milik Yerin dan menemukannya disana. Segera gadis itu memberikannya ke Yerin.
"Mati dek. Boleh ambilin charger di meja belajar" ucap Yerin lalu diangguki gadis dengan potongan rambut mirip dora itu.
Eunha segera menyerahkan charger itu.kemudian Yerin langsung mencharger hpnya terlebih dahulu dengan colokan listrik diantara tempat tidur dan nakasnya.
"Itu mbak buburnya. Mau Una suapin apa makan sendiri?" Tanya Eunha kemudian.
"Makan sendiri aja deh nanti" jawab Yerin masih menghidupkan handphonenya.
"Oke deh. Unna keluar ya" pamit Eunha yang dibalas anggukan oleh Yerin.
"Oh iya dek. Nanti kalo mbak kebawah jangan bahas apapun dan jangan tanya apapun oke?" Pinta Yerin yang diangguki oleh Eunha, kemudian gadis itu benar-benar keluar dari kamar Yerin dan menghampiri kedua orang tuanya yang asik berduaan nonton acara tv pagi.
Eunha dateng dateng langsung duduk diantara mamah Irene dan papah Suho. Memberi jarak antara merek berdua. Lalu dengan santainya ia mengganti channel menjadi sinetron azab pagi.
Mamah dan papah pandang-pandangan. Saling menatap kemudian bergantian menatap Eunha. Gagal sudah acara berduannya.
"Mbaknya kok ditinggal dek? Udah disuapin?" tanya mamah Irene akhirnya.
"Mau makan sendiri katanya" kata Eunha masih fokus ketelevisi.
"Oh iya nanti kalo mbak keluar jangan bahas dan tanya apapun. Itu pesannya" sambung Eunha dan di angguki oleh mamah dan papah.
Tak lama terdengar bell rumah bunyi. Sebagai anak yang berbakti, Eunha mau gak mau menuruti perintah buat buka gerbang depan.
"Siapa ya?" Tanya Eunha dari balik gerbang yang belum dibuka sepenuhnya. Terlihat seorang cowok yang lumayan kekar cuma rada pendek aja. Tapi ganteng.
"Yerin nya ada?" tanya cowok itu.
"Ada lagi sakit dia" jawab Eunha cuek.
"Loh Yerin sakit? Boleh ketemu bentaran ga?" tanya cowok itu lagi dan di angguki Eunha. Kemudian Eunha menyuruh temen Yerin masuk dan duduk di teras. Lalu gadis yang masih kelas 3 smp itu menemui kakaknya dikamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taruhan [Taerin]✔️
De Todo"Gimana perasaan lu, saat lu tau kalo lu itu cuma bahan taruhan doang?" [SELESAI]