Seusai pertemuan singkatnya dengan beberapa kolega bisnis, Krystal kembali ke resort pribadi miliknya saat malam sudah menjemput. Wanita itu kini tengah duduk di depan cermin, menatap pantulan wajah tirusnya yang sarat akan lelah.
Diambilnya botol berisi cairan penghapus make up, berikut dengan selembar kapas yang menjadi aplikatornya. Perlahan disapukannya ke seluruh wajah, dan satu persatu make up yang ia gunakan menghilang terganti oleh kulih pucat miliknya. Jemari Krystal terhenti, saat maniknya kembali menangkap bekas luka jahitan sepanjang empat senti yang menelusuri garis rahangnya; luka sekaligus bukti nyata akan kehancuran keluarganya secara penuh.
Krystal dapat merasakan bagaimana paru-parunya seolah kehabisan oksigen, mendorongnya untuk memukul rongga dadanya beberapa kali sampai erangan penuh kesakitan terdengar dari mulutnya. Dalam kurun waktu dua hari, seluruh pertahanan yang ia bangun hancur. Hari dimana ia harus berhadapan kembali dengan sang adik tiri akhirnya datang, mengingatkannya akan dosa besar yang ia lakukan di masa lalu.
Jika luka yang diterima Krystal membuatnya tidak bisa lepas dari topeng bernama make up, maka pikirnya bagaimana Jaehyun bisa menyembunyikan rasa sakit yang lelaki itu terima atas tragedi kecelakaan dua belas tahun silam?
"Semuanya sudah diatur dengan baik, Krys. Kamu hanya perlu membawanya kesana dan sisanya akan mama urus."
"Anak bodoh itu menyayangimu seperti kakak kandungnya, menjijikkan."
"Mengapa juga kamu harus peduli? Dia datang dan mengambil semuanya darimu, seharusnya kamu yang menjadi penerus perusahaan."
"Tidak akan, dia akan merenggut nyawa dengan mengenaskan dan kamu akan bersih dari ini semua. Lakukan saja yang mama katakan."
Malam itu, harusnya menjadi malam penuh cinta dan kasih diantara keluarganya. Setelah delapan tahun lamanya semenjak pernikahan ayah mereka untuk kedua kalinya, Krystal dan Jaehyun bisa menghabiskan liburan keluarga bersama. Terlepas hubungan kedua wanita yang melahirkan mereka tidak baik, Krystal selalu menganggap Jaehyun sebagai seorang adik yang sangat ia kasihi dan tidak ada persaingan diantara keduanya dulu.
Ngiing
Pandangan wanita berusia dua puluh empat itu mengabur, seiringan dengan suara bising yang memenuhi indera pendengarannya, membawa Krystal kembali ke saat-saat ia membiarkan Jaehyun terkunci di dalam mobil yang keduanya tumpangi. Krystal ingat dengan baik, wajah tampan sang adik yang sudah dipenuhi luka serta darah yang mengalir dari pelipis Jaehyun. Ia masih ingat dengan jelas rintigan penuh pilu Jaehyun yang saat itu memanggil namanya, meminta pertolongan saat maut sudah berada di depan mata.
Ngiiing
"Kakak!"
"Kakak jangan tinggalkan aku!"
"Kakak!"
Ngiing
Krystal mencengkram tangannya, menekan kuku-kuku panjangnya di atas permukaan kulit pucatnya saat rasa sakit yang menyesakkan kembali ia rasakan. Sepuluh tahun sejak kejadian yang hampir merenggut nyawa adiknya, namun Krystal masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri dan hidup dengan menyimpan begitu banyak penyesalan.
"Nona?!" Adalah kalimat terakhir yang Krystal dengar sebelum pandangannya mengabur, dan badannya yang terhempas ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[01] PREGNANCY (jjh.lmb)
FanfictionDua garis merah yang tertera di alat pendeteksi kehamilan, membuat Lisa tidak mempercayai penglihatannya. Pusat sarafnya menolak untuk percaya, namun fakta tetap tidak berubah: ia hamil. Seharusnya Lisa bahagia, namun hal itu tidak dapat ia rasakan...