"Lalisa,"
Panggilan dosen yang memenuhi kelas, berhasil membuat atensi Lisa teralihkan. Awalnya, ia tengah asik memperhatikan rintik hujan yang mengalir di kaca jendela. Lisa suka hujan. "Saya minta kamu jadi ketua kelompok, ya?"
Matanya mengerjap, refleks menyetujui permintaan sang dosen pengempu. Yang Lisa tahu, untuk ujian akhir semester nanti, kelasnya akan dibagi ke dalam beberapa kelompok yang masing-masing ketuanya dipilih oleh lelaki yang berdiri di samping papan tulis kelas. Kemudian ketua tersebut akan memilih anggota kelompok mereka masing-masing, dan juga mengambil undian topik dari seluruh materi yang telah mereka pelajari.
Lisa tidak suka bekerja dalam kelompok, namun ia lebih tidak menyukai terjebak dengan mahasiswa-mahasiswa nitip nama dan absen alias tidak berkontribusi apapun. Sehingga pikirnya, dengan privilege yang dimiliki oleh ketua kelompok, ia bisa memilih anggota yang dapat diajak kerja sama.
Begitu dosennya selesai menunjuk setiap ketua kelompok, Rosé yang memang duduk di samping Lisa mendekatkan wajah mereka. Perempuan bermarga Park itu tersenyum manis, membentuk pipi tembamnya. "Gue sama lo ya, Lis? Pretty pleaseee?
Kekehan Lisa mengudara, dan dengan cepat ia menyubit pipi sahabatnya itu. "No worries," Ujarnya pada si perempuan Park. Dan begitu pembagian anggota dimulai, Lisa dengan penuh percaya diri menyebutkan satu persatu anggota yang ia inginkan. Dimulai dari, "Roseanne Park."
Agar adil, peraturan yang diberikan dosen dalam proses pemilihan anggota adalah setiap ketua akan bergiliran memilih satu anggota.
"Lee Dokyeom," Ucap Lisa untuk anggota keduanya. Lelaki bermarga Lee yang duduk di depannya itu dengan cepat membalikkan badan, dan melakukan tos dengan Lisa. Sejak semester pertama, keduanya memang acapkali berada di kelompok yang sama.
Setelah pemilihan kembali bergilir, Lisa merasakan lengannya yang dicolek dari belakang. Ia menoleh, dan mendapati Kim Mingyu yang tengah mengedipkan mata padanya dengan cepat. Lisa terkekeh, paham dengan maksud si lelaki. Maka dari itu, saat gilirannya ia dengan lantang mengatakan nama si lelaki Kim, "Kim Mingyu."
Beda Mingyu, beda lagi Jihyo. Perempuan yang duduk cukup jauh dengan Lisa itu memakai cara paling aman dan efektif, yaitu menghujani Lisa dengan pesan singkat yang intinya meminta agar dirinya dimasukkan ke dalam kelompok Lisa. "Park Jihyo," Ucapnya setelah bertukar tawa dengan si perempuan.
Dari semuanya, yang paling tidak ia duga adalah sapaan lelaki di samping Roseanne. "Lisa aku ikut kelompok kamu, boleh?" Winwin tersenyum manis dari tempatnya duduk, membuat Roseanne yang berada di tengah keduanya kini menahan gemas.
"Winwin mau sama aku?" Roseanne mengernyit pada Lisa, tidak menyangka dengan panggilan aku-kamu yang dilayangkan temannya itu. Namun ia kembali menatap Winwin yang mengangguk pelan, dengan muka paling polos yang pernah mereka lihat. "Okay," Balas Lisa.
Dengan demikian, pada giliran selanjutnya Lisa menyebutkan nama Winwin sebagai anggota kelompoknya.
"Hari ini yang tidak masuk ada Kim Yugyeom, Park Chaeyeon, Koo Junhoe, Kim Yoohyeon, dan Jeong Jaehyun. Benar?" Pertanyaan dosen tersebut dibalas oleh ketua angkatan mereka dengan sigap. Lisa yang baru menyadari hal tersebut, menaikkan sebelah alisnya. Seharusnya ia tidak peduli dengan Jaehyun yang absen, namun hati kecilnya cukup tersentil.
"Kalau begitu saya minta untuk Lalisa, Mina, Donghyuk, Taeyang, Hyunbin, dan Saerom memilih satu anggota lagi dari teman-teman kalian yang absen hari ini." Kalimat lanjutan si lelaki paruh baya membuat suasana di kelas kembali ribut. Rosé memberi beberapa masukan pada Lisa, sementara si perempuan tampak sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Kebiasaan Lisa saat tengah berpikir adalah ia akan mengacuhkan sekitarnya, dan mengetukkan telunjuknya pada permukaan apapun yang ada di dekatnya. "Lalisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[01] PREGNANCY (jjh.lmb)
FanficDua garis merah yang tertera di alat pendeteksi kehamilan, membuat Lisa tidak mempercayai penglihatannya. Pusat sarafnya menolak untuk percaya, namun fakta tetap tidak berubah: ia hamil. Seharusnya Lisa bahagia, namun hal itu tidak dapat ia rasakan...