CHAPTER 15

5.9K 940 148
                                    

"Lalu yang berikutnya adalah yang cukup susah susah gampang nih, yaitu saling mengendalikan emosi,"

"Nah kadang kala, di awal kehamilan kondisi ibu hamil itu biasanya suka lebih cepet capek. Kalo capek bawaannya jadi cepet sensitif dan berujung ke overthinking.

Disinilah peran suami atau pasangan dan juga komunikasi jadi sangat besar. Maka dari itu, penting untuk saling mendengarkan dan bertukar saran sehingga ibu hamil merasa lebih lega dan jauh lebih tenang."

Tok tok.

Ketukan yang terdengar dari arah pintu membuat Jaehyun yang semula tengah asik menonton video di laptopnya, berdeham dan menutup layar iTube yang ia buka. Lelaki itu menyalakan mode tidur pada laptopnya, sebelum berjalan ke pintu kamarnya dalam balutan piyama.

"Kenapa, ma?" Ucapnya begitu wajah tanpa make up sang ibu menyambut, begitu ia membuka pintu jati tersebut.

Seunghee tersenyum manis, lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah sang putera yang terlihat lelah. "Mama boleh masuk sebentar?" Tanyanya dengan sepasang manik mata bersinar.

Tentu, melihat manisnya sang ibu, Jaehyun tidak bisa menolak. Lagi pula ia tidak memiliki kesibukan lain, sehingga detik berikutnya Jaehyun sudah menggeser dirinya di balik pintu dan kembali menarik pintu tersebut - memberi akses masuk untuk sang ibu.

Meski di dalam rumah mereka memiliki sistem otomatis yang dikontrol oleh suara, nyatanya tidak semua ruangan bisa dibuka seenaknya saja oleh setiap anggota rumah. Salah satunya, kamar Jaehyun yang hanya bisa dibuka secara otomatis oleh suara Jaehyun saja. Selebihnya harus menggunakan kunci manual, begitu pula pada ruang pribadi lainnya.

Kondisi terakhir ini pun hanya bisa dilakukan oleh kepala pelayan rumah, dan sang pemilik tentunya. Sistem ini dibuat untuk tetap menjaga privasi setiap orang yang ada di rumah. Maka dari itu, tidak heran pula apabila Seunghee tidak bisa seenaknya memasuki kamar sang putera dan sebaliknya.

"Kamu membeli gitar baru," Ucapan Seunghee membuat Jaehyun menatap benda yang dimaksud. Tanpa perlu banyak berpikir, lelaki bermarga Jung itu dapat dengan mudah menyadari bahwa sang ibu tengah melakukan pengecekan di dalam kamarnya.

Jaehyun menarik kedua sudut bibirnya, lalu menduduki sofa kecil berbentuk bola baseball yang berhadapan langsung dengan sang ibu. "Ya," Tanggapnya sambil ikut memperhatikan satu persatu barang di kamarnya.

"Pendingin kamarmu masih baik?" Pertanyaan basa-basi yang dilontarkan Seunghee lagi-lagi diangguki oleh Jaehyun. Meski senang ditanyai seperti itu, nyatanya Jaehyun sedikit banyak tidak suka dengan suasana canggung yang melingkupi keduanya.

Sepasang anak dan ibu itu, sebenarnya, sama-sama tidak menyukai pertanyaan retoris. Terlalu konyol, terlebih saat Seunghee biasanya tidak pernah peduli dengan pendingin ruangan dan sebagainya. Bukan karena cuek, namun mereka memiliki pelayan rumah yang secara khusus bertanggung jawab atas itu. Jadi untuk apa pula sang nyonya rumah memusingkan hal tersebut?

"Is there anything you wanted to say, ma?" Tidak betah dengan suasana canggung diantara keduanya, Jaehyun berinisiatif memulai obrolan. Sementara Seunghee yang tersadar bahwa ia sudah tertangkap basah oleh sang putera, tertawa puas di bangku kayu yang ia duduki.

Namun tidak langsung menjawab, wanita bersahaja itu tampak larut dalam pikirannya terlebih dahulu. "Sabtu besok kamu bisa ke kediaman utama? Papamu meminta," Ucap Seunghee dengan jemari yang ia tautkan.

Jaehyun menyipitkan matanya, merasa cukup aneh dengan ekspresi sang ibu - seolah ada yang disembunyikan dari dirinya, mengingat ibunya menghabiskan waktu cukup lama hanya untuk menanyakan pertanyaan klise yang sebetulnya tidak sesulit itu untuk ditanyakan. Meski begitu, ia tidak banyak memikirkan hal tersebut. "Jaehyun kan ada kerja kelompok setiap sabtu, ma. Diganti ke hari lain ga bisa?"

[01] PREGNANCY (jjh.lmb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang