Hari yang panjang itu berakhir dengan Lisa mengantarkan Jaehyun kembali ke club milik Johnny, mengambil kembali mobil SVR milik si lelaki dari sana karena Lisa bersikeras menolak mengantar Jaehyun ke kediaman si lelaki. Setelah informasi yang diberikan Jaehyun mengenai keluarganya, Lisa seketika tidak punya nyali untuk kembali ke kediaman yang lebih mirip dengan istana itu.
Hanya saja, setelah setengah jam lebih mobil Lisa berhenti di parkiran belakang club, Jaehyun masih betah duduk di bangku penumpang bagian depan tanpa berniat untuk keluar dari sana. Jahyun sengaja melakukannya, tidak turun sampai Lisa membuka mulut untuk sekedar mengusirnya.
Namun yang diharapkan Jahyun tidak juga kunjung menjadi kenyataan, sehingga yang dilakukan si lelaki berikutnya ialah memastikan bahwa dugaannya benar. "Are you mad at me?" Suara serak Jaehyun yang memecah keheningan, berhasil membuat Lisa menoleh. Ekspresi si perempuan tidak dapat terbaca, seolah Lisa sendiri tidak mengetahui perasaannya.
"Lo boleh mukul gue if that's going to make you feel better," Tawar Jaehyun yang membuat Lisa tampak ragu untuk beberapa saat, namun amarah yang sejak tadi ditahan Lisa membuatnya memustuskan untuk menggunakan kesempatan tersebut dengan baik.
Pukulan pertama yang Lisa berikan di lengan atas membuat Jaehyun cukup terkejut, namun sesuai perkataan si pemuda Jung, ia sama sekali tidak berkomentar dan membiarkan Lisa melakukan apapun yang diinginkan si perempuan.
Pukulan kedua yang Lisa berikan disusul dengan isak tangis si perempuan. Setelah itu Jaehyun ingin memeluk Lisa erat, namun tangannya yang ditepis Lisa membuat si lelaki mengurungkan niatnya. "Can't you just stop giving me false hope, Jaehyun?" Ekspresi Lisa yang sarat akan luka membuat Jaehyun merasa dua kali lipat lebih bersalah.
Pukulan ketiga yang Jaehyun terima jauh lebih dari sakit dari dua pukulan sebelumnya, namun hal tersebut tidak berarti apapun dibandingkan rasa sakit yang ia rasakan di dada kirinya saat melihat Lisa berusaha menahan tangisnya. "Lo sendiri yang berkali-kali bilang gamau ngurus anak ini, dan gue udah berusaha nerima itu..." Lisa menarik nafasnya, berusaha mengatur emosinya agar tidak meledak begitu saja.
"Tapi lo selalu buat gue bingung, Jae. Setelah lo nolak anak ini, you treat me well. Terlalu baik sampai lo bikin gue berharap kalau suatu saat lo bakal berubah pikiran." Jaehyun memilih untuk diam, menunggu pukulan yang akan Lisa berikan berikutnya. Namun yang terjadi selanjutnya malahan Lisa yang menyandarkan diri pada kursi pengemudi, terlalu lelah untuk kembali melanjutkan pembicaraan -- membiarkan keduanya kembali ternggelam dalam keheningan.
"Turun," Intonasi suara Lisa yang berubah dingin membuat Jaehyun menuruti permintaan si perempuan. Selama dua belas jam belakangan, ia sudah banyak menambah masalah untuk Lisa jadi tanpa kembali berdebat, Jaehyun turun dari mobil Lisa dan membiarkannya pergi.
Helaan nafas Jaehyun terdengar, bersamaan dengan tangannya yang megacak frustasi surai legamnya. Niatnya mendekatkan diri dengan keluarga Lisa sepertinya malah semakin membuat Lisa tidak nyaman, dan menyebabkan situasi diantara mereka berdua menjadi lebih kacau.
Berjalan ke tempat mobilnya terparkir, Jaehyun berusaha untuk kembali menjernihkan pikirannya. Perkataan Lisa di mobil tadi membuatnya kembali berpikir, mencari solusi yang sekiranya lebih baik dari menggugurkan janin yang Lisa kandung. Berhadapan dengan ayah Lisa tadi membuatnya menyadari hal-hal yang selama ini berusaha ia tepis, ia memiliki latar belakang keluarga yang bisa menolongnya melewati masa sulit ini.
lo bikin gue berharap kalau suatu saat lo bakal berubah pikiran. Perkataan Lisa yang kembali memenuhi pikirannya membuat Jaehyun mengeratkan kedua tangannya diatas kemudi, memantapkan diri untuk melakukan hal tergila yang bisa ia lakukan. Hari ini ia menyadari, bahwa Jaehyun tidak ingin kehilangan Lisa dan anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[01] PREGNANCY (jjh.lmb)
أدب الهواةDua garis merah yang tertera di alat pendeteksi kehamilan, membuat Lisa tidak mempercayai penglihatannya. Pusat sarafnya menolak untuk percaya, namun fakta tetap tidak berubah: ia hamil. Seharusnya Lisa bahagia, namun hal itu tidak dapat ia rasakan...