Dua garis merah yang tertera di alat pendeteksi kehamilan, membuat Lisa tidak mempercayai penglihatannya. Pusat sarafnya menolak untuk percaya, namun fakta tetap tidak berubah: ia hamil.
Seharusnya Lisa bahagia, namun hal itu tidak dapat ia rasakan...
1800 words jadijangan lupa vote/dan komen. 350 vote aku double update wkwkwk
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Emangnya lo ga takut ketauan? Rekaman CCTV masih ada loh. Lo ga ngerasa harus ngehapus bukti?" Suasana di dalam kamar tidur yang semula didominasi oleh tawa perlahan berubah mencekam, pasal pertanyaan yang terlontar dari mulut lelaki bermata sipit.
Di dalam kamar tidur dengan desain minimalis tersebut, terdapat tiga laki-laki yang menghabiskan waktu santai mereka bersama. Satu diantaranya, ialah lelaki bermata sipit yang tengah memegang dua kartu uno terakhirnya. Perkataannya barusan dilontarkan untuk lelaki bersurai coklat yang berhadapan langsung dengannya.
"Gue masih cari cara untuk ngehapus rekaman tersebut tanpa sepengetahuan Johnny," Ucap si lelaki bersurai coklat setelah mengeluarkan kartu pilihannya. "Gimana pun, pacarnya itu sepupu Lisa, jadi Johnny ga boleh tau tentang hal ini."
Si lelaki bermata sipit mendengus, tidak habis pikir dengan cara kerja otak temannya yang satu ini. "Lo gila," Ujarnya dengan nada acuh.
Namun nampaknya si lelaki bersurai coklat juga tidak mempermasalahkan hinaan yang dilontarkan padanya, karena bukannya tersinggung ia malah menyunggingkan senyuman miringnya. "Lisa yang bikin gue gila."
Jijik dengan perkataan temannya, si lelaki bermata sipit bergidik. Ia memilih untuk mengeluarkan kartu terakhirnya, lalu menoleh pada lelaki satunya yang sejak tadi memilih untuk diam di atas tempat tidur.
"Kok lo mau aja disuruh-suruh si gila ini? Masih soal utang budi and some kind of shit? emang cocok lo berdua yang satu ga waras yang satu bego," Ucapnya tanpa rem. Meski ditatap tajam oleh si lelaki bersurai coklat, nyatanya ia sama sekali tidak merasa terintimidasi. Netranya masih betah menatap lelaki yang berada di atas kasur - menuntut jawaban.
Namun bukan jawaban atas pertanyaannya, yang keluar dari mulut si lelaki malah membuat dahinya semakin mengerut. "She deserves it, dia juga bukan cewek yang baik-baik. Anggep aja ini hukuman buat dia."
Si lelaki bertama sipit tertawa, bersamaan dengan itu ia menggelengkan kepalanya. "Hukuman? Kalian pikir kalian tuh siapa bisa mutusin siapa salah siapa bener, dan ngehukum dia sesuai kemauan kalian? Tuhan?"
Setelahnya ia menyeruput habis es americano miliknya, lalu menepuk pelan pundak lelaki bersurai coklat di hadapannya. "Do whatever you want, tapi kalau suatu saat nanti lo kena masalah karena ini, gue bakal jadi yang paling pertama dan paling kenceng ngetawain lo."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.