Setiap tahun, sebagai rangkaian acara hari jadinya, Jung Foundation mengadakan acara amal yang secara khusus bertujuan untuk membantu masyarakat kurang mampu. Acara tersebut memiliki program utama yang tentunya ditunggu-tunggu oleh masyarakat, antara lain: pengecekan kesehatan, donor darah, dan konseling kejiwaan secara gratis --- dibawah pengawasan rumah sakit milik Jung Foundation.
Di tahun-tahun sebelumnya, Lisa maupun Rosé terlalu malas untuk mendaftarkan diri menjadi volunteer di acara ini, mengingat keduanya juga bukan tipe mahasiswa yang aktif di organisasi kampus. Namun tahun ini, keduanya sepakat untuk ikut; tahun depan keduanya sudah memasuki masa kuliah semester akhir, dan tidak lagi memiliki waktu untuk mengumpulkan satuan kredit pencapaian mahasiswa.
Layaknya, acara kerorganisasian pada umumnya, sehari sebelum acara diadakan rapat teknis terlebih dahulu yang diadakan langsung di rumah sakit. Beruntung bagi Lisa, dikarenakan sang ibu bekerja di rumah sakit tersebut, ia sudah sangat hapal dengan arah kesana sehingga tidak mengalami kesulitan apapun.
Sambil menunggu kedatangan Rosé dan Mingyu, Lisa memilih mampir ke kedai kopi yang berada di lantai dasar rumah sakit. Masih ada sekitar setengah jam sebelum rapat teknis dimulai, sehingga pikir Lisa ada baiknya ia menghabiskan waktu disana dan tidak menganggu pasien maupun petugas medis yang berlalu lalang.
Niat awalnya, Lisa ingin memesan latte kesukaannya. Namun mengingat kandungan kafein juga tidak baik untuk pertumbuhan janin, ia memutuskan untuk memesan smoothie pisang dan croissant sebagai cemilan. Ditemani musik jazz yang mengalun, dan sofa empuk, Lisa menikmati waktu sendirinya dengan baik.
"So, are you telling me that mother won't be there?"
Hanya saja sepertinya Lisa harus berhati-hati dengan ucapannya, karena baru selesai mengatakan bahwa ia sangat menyukai suasana café, suara yang cukup melengking dari meja belakangnya membuat si perempuan tersentak.
"But he's still her son, terlebih ini hari pentingnya." Lisa menyeruput smoothienya, bingung harus pura-pura tidak dengar atau membiarkan telinganya menguping. Dari yang ia dengar, sepertinya yang dikatakan si wanita yang berada di belakangnya ini merupakan informasi tentang keluarga dan cukup membuat si wanita emosi.
Setelah berpikir cukup lama, Lisa memutuskan untuk pura-pura tidak dengar. Meski si wanita tidak sadar ia menguping, rasanya tidak sopan ikut campur dalam urusan pribadi orang lain. Hanya saja, samar-samar nama yang ia dengar berikutnya membuat tubuh si perempuan Manoban itu membeku. "What? Mother masih tidak menerima Jaehyun? Setelah semua yang terjadi? That's ridiculous!"
Jaehyun? Ulang Lisa tanpa besuara. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Jung Jaehyun, namun mengingat ada ratusan bahkan ribuan manusia bernama Jaehyun di penjuru negeri ini membuat Lisa menepis pikirannya. Kalau tidak salah dengar, si wanita mengatakan bahwa 'Jaehyun' ini tidak diterima oleh 'mother', tapi Jaehyun yang ia kenal sangat dekat dengan sang ibu. Pasti Jaehyun yang lain.
"Lisa!" Pekikan kecil dari arah pintu café berhasil mengalihkan atensi Lisa, bersamaan dengan maniknya yang menangkap sosok Roseanne serta Mingyu yang masuk secara bersamaan. Kedatangan keduanya membuat raut ekspresi bosan, tergantikan sebuah senyuman lebar di wajah si perempuan Manoban.
Tidak mau menunggu lagi, Lisa menghabiskan pesanannya dan mendatangi kedua sahabatnya itu. Tak jauh dari depan pintu keduanya sempat berbincang, menentukan agar segera pergi ke ruang rapat atau tetap menunggu di café, dan pada akhirnya memilih untuk keluar dari sana agar tidak terlambat.
Kepergian ketiganya diikuti oleh sepasang manik hazel milik wanita bergaris wajah tajam, pemilik rumah sakit dan juga wanita yang sejak tadi berbicara cukup keras di belakang Lisa. "Is she the same Lisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[01] PREGNANCY (jjh.lmb)
FanfictionDua garis merah yang tertera di alat pendeteksi kehamilan, membuat Lisa tidak mempercayai penglihatannya. Pusat sarafnya menolak untuk percaya, namun fakta tetap tidak berubah: ia hamil. Seharusnya Lisa bahagia, namun hal itu tidak dapat ia rasakan...