Part 19

3.5K 336 43
                                        

Bebs.. aku gak begitu concern cari cast para pemeran cerita ini.

Tapi beklah, silakan dianggap ini tuh Si Mbot Oliva ya. Anggap aja dia itu itu mbot ya.. 😁😁😁

Mbot Oliva itu tinggi 165, BB 87 kg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mbot Oliva itu tinggi 165, BB 87 kg.

⚘⚘⚘

Aku membuang muka lalu menarik selimutku. Perlahan aku mengubah posisiku dari terlentang menjadi berbaring miring memunggungi mereka.

"Mboot.. ishh ngambekk yaa.." suara Dewo menyapaku.

Bodo amat. Aku begini juga salah siapa? Pelan pelan aku teringat kembali kenapa aku jadi jatuh sakit begini.

Paska peristiwa kupas tuntas group WGB ku tempo hari, aku merasakan amarah yang amat kuat ditertawakan 3 orang cowok sok kece sekaligus walau pakgan emang beneran kece.

Tapi namanya hati kan emang siapa yang tahu? Sepulang diantar Dewo, aku nangis dikamarku dan bertekad mengubah penampilanku saat ini.

Emang kalau bombom itu masalah buat loe loe pade? Gemuk urusanku, kurus urusanku juga. Kalau gak suka ya minggir. Gak usah deket deket apalagi sok sok kegantengan depan aku!

Brengsek semuanya!!! Termasuk pakgan juga yang ikutan ketawa mendengar masa laluku.

Efek aku bertekad melangsingkan diri, aku memfokuskan diri menyelesaikan koreksi didalam kamar tak keluar keluar. Ke kampus juga aku enggak.

Kebiasaan Makanku pun diubah hanya sehari sekali dan aku memperbanyak minumku saja dan jus buah buahan. Nyemil nyemil kudapan buatan teteh yang lezat itu, aku lupakan sama sekali. Pokoknya diet, biar langsing!

Aku juga mencari obat obat kurus instan yang banyak dijual online. Aku agak berhati hati memilih obatnya kuatir palsu dan membahayakan. Biar gimana juga aku malas sakit.

Seminggu sudah aku menjalani pola makan baruku dengan bombardir obat yang baru ku beli. Revisiku sudah dikirim ke email pakgan, lagi males ketemu dia sementara waktu.

Untungnya Rana sudah lebih cepat merespon telefonku sekarang dan membantu memberi saran untuk menyelesaikan koreksi revisiku. Semoga saja bisa di setujui.

Oh iya, ada peristiwa yang membuatku ikut sedih 2 hari lalu. Ibu Rana meninggal di hari yang sama dengan wisudanya. Teriris iris hatiku melihat kesedihan Rana dan Villa yang ditinggal oleh Ibu mereka, orang tua satu satunya.

Aku tak menyangka momen makan siang hari itu adalah kebersamaan kami terakhir kali. Kematian memang tidak bisa di maju mundurkan kalau sudah waktunya.

Aku bersaksi sepenuh hati. Bahwa Ibu adalah ibu keduaku setelah Mami yang selama kenal dengan Rana begitu baik dan sama sama menyayangiku seperti anaknya. Semoga Ibu tenang di alam sana. Aamin ..

Dosenku GebetankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang