Part 14

3.6K 337 38
                                        

Rana membaca serius draft skripsi yang sudah aku revisi. Kini aku lagi bertandang ke  rumahnya yang dia tinggali bersama suaminya.

"Ckckk.. kamu tuh Liv.."

Rana berdecak sambil mencoret beberapa draft yang kutulis.

"Ini gak usah ditulis lagi, nanti melebar kemana mana bahasannya. Sudah cukup ini. Pakai referensi yang dosbing tentukan ya.."

Aku mengangguk kecil.

"Ini bimbingannya udah keren lho Liv, dia to the point banget sama masalah yang akan kamu paparkan. Udah bagus lho dia.."

"Ciyus Ran?"

Rana mengiyakan sambil kembali fokus.

"Intinya, bicara tentang masalah yang akan kamu angkat dan paparkan nanti. Jangan terlalu bertele tele, kesannya nanti kayak novel dong.."

Aku terkikik geli. Sa ae loe Ran!

"Coret yang aku coret coret barusan. Next bab kamu brangkat dari bahasan ini saja. Explore dan ambil petunjuk dari buku referensi yang sudah diinfo ya.. biar gak ditolak lagi.."

"Siaapp Mami Rana. Langsung gw kerjain nih.."

Rana tertawa kecil lalu menyerahkan berkasku untuk langsung aku revisi.

"Ngomong ngomong laki lu kemana? Koq sepi?"

"Ada didalam, biasa dia kerjanya depan laptop aja."

"Asek banget ya. Btw, gw belum dapat kabar nih kalau mau dapet ponakan. Hihii.."

Rana tergelak mendengar pertanyaanku. Mukanya merona seperti biasa.

"Doain aja.."

Aamiin.. gw doain loe cepet hamlet Ran, biar muka loe gak mendung aja tuh.

Sahabatku itu beneran susah buka kartu kalau soal rahasia pribadinya. Sifatnya yang tertutup itu tapi cocok cocok saja selama ini denganku.

Gimana gak cocok? Yang satu kayak kran bocor, yang satu nya lagi kalem kayak patung. Aku yang ceplas ceplos, bertandem dengan dia yang serba memaklumi dan lebih banyak diam. See? Cucok kan? Makanya aku asek asek aja sobatan sama dia selama ini.

Tapi aku tahu dia lagi menghadapi masalah gitu. Wajahnya lebih mendung dari biasanya. Belum lagi pipinya kayak agak tirus. Apa dia ada masalah ya?

Ah mungkin masalah rumah tangga dia. Mana ngerti aku soal gitu gitu? Punya pacar aja belum pernah seumur umur, cuma berani naksir naksir gak jelas doangan.

Sama kayak kondisiku sekarang, pakgan sudah harus dilepas dari kepalaku ini.

Ngapain mikirin cowok yang udah punya anak istri?

⚘⚘⚘

Beres mencetak draft skripsi di meja kerja Papi, aku meluruskan badanku di sofa ruangan ini. Ngantuk dan capek, koq jadi pengen selonjoran disini jadinya?

Enak banget ruang kerja Papi ini, dibuat sehommie mungkin.
Kata Mami sih sengaja, daripada Papi lembur dikantor, mendingan bawa kerjaan ke rumh.

Baru saja aku mulai menutup mata ketika pintu ruangan Papi terbuka.

"Oly, kamu tidur?"

Owala, Ternyata Papi yang masuk

Aku mengangguk kecil.

"Iya Pi.."

"Cckk. Tidur koq bisa jawab! Ayo bangun dulu. Papi mami mau ngomong nih.."

Aku yang sudah mulai asyik masuk dunia mimpi, dicubit pipinya oleh Papi dengan gemas.

Dosenku GebetankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang