Part 15

3.7K 320 30
                                    

Aku berdehem sesekali dengan memasang wajah secantik dan seayu mungkin. Ya eyalaah, sapa juga yang gak bahagia mendapati kenyataan kalau sosok didepanku ini pria single? Boleh dong aku berharap kalau dia pelabuhan terakhirku? Jadi jangkar hatiku selamanya? Uhuks uhuks..

Itu wajah kenapa sih ya gantengnya kebangetan? Dulu orang tuanya bikin adonan pake apaan sampe jadi anak perfecto to the max?

Alisnya itu yang gak nahan. Tebal dan menggoda pengen aku elusin. Belum lagi matanya yang tajam dan suka bikin aku meleleh. Sesekali aku menangkap juga ada belahan didagunya yang  ada janggut mininya. hahahahaa..

"Udah puas?"

Kontan aku tergagap dengan sorot matanya yang bak laser ke arahku.

"Hah? Apa pak?"

"Puas mandangin saya?"

Duuuaar!! Lah ketauan.

Aku terkikik kecil lalu berdehem sebentar.

"Belum Pak. Hihi.."

Terdengar dengusan kesal dari bapak ganteng didepanku itu.

"Tumben kamu pintar.."

"Maksudnya?"

Brak. Draft skripsiku sukses meluncur didepanku dengan keras. Maksudnya pinter apa?

Oh jangan jangan pinter skripsiku gak perli direvisi lagi? Lha ya Iya dong, kan dibantu Rana. Hihi..

Eh apa tadi dia bilang, tumben aku pinter? Maksudnya dia aku dianggap ogeb gitu?

"Pakgan ngatain saya ogeb?"

Alisnya langsung berkerut tak paham.

"Ogeb?"

"Cckk.. bapak juga ogeb ternyata.. hihii.."

Wajah pakgan mengetat seketika.

"Kamu pikir saya bego? Saya tunggu 3 hari lagi untuk bab 2 kamu! Kerjakan yang betul!"

Hah?? 3 hari lagi? Hadeuh.. Rana mana Rana?

"Ok siap. Jadi yang ini udah acc ya? Sipp.. makasih pakgankuh.."

Ku dengar dengusan kasarnya ke arahku. Tak lama ku lihat dia mengibaskan tangannya menyuruhku keluar. Baru bentar ketemu, Koq maen usir aja?

"Pakgan gak kangen sama Oly? Koq maen usir aja? Lunch bareng yuk Pak.. laper nih.."

Mata itu membulat tajam ke arahku. Bukannya takut, aku malah menyangga wajahku dengan tangan diatas meja lalu menatapnya balik.

"Ya elah, jangan galak galak napa. Kan seyem ish.. eh tapi koq  makin keliatan cakepnya ding."

"KAMUU?? KELUAR!!"

"Ckk.. Marah marah mulu sih Pak. Mau itu kerutannya cepet keluar? Nti gak jadi pakgan lagi dong.."

Bergegas aku membereskan berkasku dan berdiri.

"Makan siang yuk Pak. Dah waktunya makan lho ini.."

"Saya tidak lapar. Keluar!"

"Masa?"

Kriyuk kriyuk

Sontak aku bengong lalu tertawa kecil mendengar suara dangdutan dari perut sosok didepanku itu

"Elah jaim jaim segala. Perut gak bisa bohong juga. Hahahaha.."

Muka itu memerah dan menatapku kesal.

"Eh Pak, Adam kemana? Kangen nih sama bocah ganteng itu.."

Tak ada jawaban. Hanya netranya saja yang menatapku malas.

Dosenku GebetankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang