Aku baru saja mendapatkan surat soal bimbingan skripsiku. Kontan aku mengerutkan dahi ketika didapati nama baru dalam daftar dosen pembimbingnya.
Danish Raviandra, S.E, S.Akt., M.BA
Bujug dah, aku mendecak sebal. Itu gelar apa ekor kereta api? Pasti keblinger nih orang.
"Loe bimbingan sama siapa Liv? Jangan bilang loe dapet pa Danish yaa.."
Aku yang dicolek Echa, menunjukkan kertas bimbinganku. Dan dalam sepersekian detik, anak itu langsung saja berteriak heboh.
Aku memandangnya tak mengerti
"Gustiii.. loe beruntung banget dapet cogan Liv.. hikss gw masa gak dapet dia yaa??"
Aku melongo dibuatnya
"Emang dia siapa?"
"Elaah Liv.. loe maennya kurang jauh yaa.. dia dosen baru dan langsung jadi asisten Dekan lho. Keren bin tajir you know.. duhh.. meleleh hati adekk baang.."
Aku kontan menggeplak bahu Echa yang merem melek gak karuan
"Haluu looo.. issh.. yang mana sih orangnya?"
"Loe buruan ke ruang dosen aja. Pura pura tanya pak Danish, bilang mau bimbingan. Ayo gw anter .."
Dengan semangat 45, Echa menarik tanganku melewati bukit dan lembah yang ada dikampus ini. Eh maksudnya kelas demi kelas yang ada.
Sepanjang jalan Echa tak henti hentinya memuji dosen yang dia anggap ganteng itu. Hello.. segitu dia dah punya pacar adik tingkat, tapi masih aja ngelaba. Ampunn deh..
Tiba di kantin yang dekat dengan ruang dosen, ku lihat banyak orang berkerumun di pintu ruangannya.
"Duh Liv, loe liat tuh antrian yang mau lihat dogan itu? Persis kek mo pada dibagi sembako"
Aku melotot melihat antriannya yang memang gak umum itu. Mataku lalu berkeliling melihat suasana kantin yang tumben penuh. Biasanya orang agak males makan disini, karena dekat dengan ruangan dosen itu. Tapi ini aneh..
"Loe jangan heran gitu. Semua pembeli dikantin lagi pada ngantri mo lihat penampakan tuh dogan. Ati ati loe ikutan naksir entaran Liv.. bentar bentar gw mo touch up dikit.."
Ku lihat Echa merogoh tas sling bagnya dan mengeluarkan compact powder dari sana. Gilee.. mi apa dia gak ada malu malunya touch up dijalanan gini?
"Ishh najis.." cetusku melihat tingkah Echa yang gak biasanya.
"Buruan kesono yuk Oliv. Loe ada alasan buat tanya tanya soal bimbingan. Nanti gw temeni pasti"
Belum juga menjawab, Echa sudah langsung aja menarik tanganku memasuki pintu ruang dosen yang tampak padat itu.
"Permisii woii permisi.. ini gw mau bimbingan. Tolong minggir.."
Gw mendecak sebal dengan kelakukan Echa. Cewek ganjen itu benar benar maksimal kalau udah ada niat.
"Cha.. gw bisa sendiri keleus. Loe ahh maksa gini. Gw lom siap.." aku menolak ditarik masuk ke dalam ruangan dosen. Malu karena jujur aja masih belum siap buat berargumen apapun.
"Alesan doang Liv. Ah elaah.. loe bantuin gw napa.."
Hadeuh .. gini dah anak anak ekonomi. Gasrek semua kalau liat yang bening dikit.
Makanya gw lebih nyaman jalan sama si Rana Granada. Tu anak kalem jadi bisa bikin nularin gw kalemnya.
Sayangnya dia kepinteran banhet jadi orang, skripsinya dah kelar duluan dan tinggal wisuda. Jadi deh gw harus berjuang sendirian gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosenku Gebetanku
Chick-LitApakah salah jika Oliva jatuh hati pada Dosen Pembimbing Skripsi sendiri ? Dia begitu sempurna dimatanya. Tapi kenapa dia selalu memandang Oliva sebelah mata dan tak menganggap ucapan ucapan manisnya yang menggoda. Apa karena fisik Oliva yang berleb...