Ratusan jam dan ribuan langkah kaki sejak badai berlalu, dan aku menepati janjiku pada Rai untuk membeli rumah, serta tinggal di Finlandia.
Rai benar; di sini nyaman, dan kotanya indah. Bahkan ketika hanya ada langit kelabu sehabis hujan, Finlandia tetap tak kehilangan pesonanya
Pantas saja disebut kota dengan penduduk paling bahagia.
Namun selian itu, tetap dingin di sini; selalu ada yang kurang meski aku nerusaha melengkapi apa saja, membangun hidupku lagi dan merencanakan kehidupan seperti apa yang Rai inginkan.
Tetap saja, aku masih kesulitan tidur dan memaksa diri untuk memikirkan hal lain. Semua itu aku lakukan atas dasar alasan yang sama, dan tak pernah berubah; sampai saat ini, duniaku masih nerpusat pada Rai. Dia ingin aku melanjutkan hidup, maka aku melakukannya.
Perkataannya selalu aku percaya, begitu juga ketika dia bilang bahwa aku tidak cocok untuk mengenakan stelan jas formal, dan lalu bekerja dibalik meja kantor ...
Maka, di sini aku sekarang; memantau anak-anak remaja bergelut dengan not lagu dan biola mereka. Ya, sekarang aku guru musik di sekolah menengah.
Sementara ayah, mama dan Riki tetap tinggal di Chicago.
Ngomong-ngomong tentang mereka, aku juga jadi agak merindukan Riki; dia sekarang tumbuh jadi anak remaja yang cerewet dan sedikit bandel, tapi aku maklum saja. Barang kali dia sedang mencari jati dirinya, walau kadang mama bilang yang suka kewalahan.
Mungkin liburan musim dingin nanti, aku akan pergi ke Chicago sekalian mengunjungi Rai.
Jauh dari hari dimana kami merelakan Rai sampai saat ini, rasanya begitu banyak hal terjadi; mulai dari hal menyenangkan sekalian hal menyebalkan.
Seperti penghujung sore ini, ketika aku hanya berharap akan pulang ke apartement, mandi lalu menikmati secangkir kopi; tiba-tiba saja aku dipanggil ke ruang guru dan berhadapan dengan kepala sekolah.
Aku pikir, tidak ada masalah dengan pekerjaanku selama ini. Jadi, aku hanya masuk dengan sejuta pertanyaan di kepala dan mendengar dengan seksama apa yang menjadi penyebab aku berdiri kaku di sini, sebelum sesaat kemudian aku dipersilahkan duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRITION
FanfictionDitulis Oleh Jevian Alexander dari beberapa catatan acak yang pernah sempat diabadikan kepada adiknya, Raiga Alexander. ©HimawariNa | CONTRITION 2020