3. Doi

183 7 0
                                    

Jantung Senja berdebar tidak karuan, tantangan yang diberikan Puji sudah cukup parah menurutnya, hanya saja ia tidak ingin memberikan Puji sebuah album BTS karena tidak melaksanakan tantangan darinya.

Senja menghela napas pelan, kemudian mengetikkan sesuatu di sebuah roomchat kosong itu dengan jantung yang berdebar dan dengan tangan yang terasa dingin, dan sedikit bergetar.

Oh astaga Ja, ini bukan mau nembak cowok Ja, santai aja.

Ia terus bergelut dengan hatinya sendiri, banyak kata-kata yang ia pilih agar tepat, tidak alay dan terasa normal.

Akhirnya, ia memencet sent dan pesan pun terkirim.

Senja langsung menutup roomchat tersebut dan membuka roomchat lain, entah lah jantungnya masih berdebar tak karuan.

(roomchat – Puji)

Senja: lo emang sialan ji

Puji: kok jadi gue? Kan lo yang mau pdkt

Senja: gue deg deg an

Puji: lebay anj

Senja: dia on tapi belum dibaca

Puji: mampus kandas

Senja: belom apa2 jangan dulu doa kandas kenapa si

Puji: kalo berhasil, gue dapet peje gede2an ni

Senja: pala lo

Senja: DI BALES ANJIR HUAAAAAA

Puji: etdah capslock

Senja: im die, bye.

Senja menutup roomchat nya dengan Puji dan  kemudian membuka roomchat nya dengan Sinan untuk membalas pesan laki-laki itu.

(roomchat – Sinan)

Senja: ini senja, kelas 10 ipa 4, addback yaaa

Sinan: uhsheuppp

Senja: eh dia bangun haha:v

Sinan: wkwk:v

Senja menutup kembali roomchat tersebut, dan mulai merebahkan dirinya di atas kasur empuknya.

"Di awal humble, di ajak bercanda malah respon nya gitu. Mau nya apasih? Sial gue beneran demen sama tu anak," gerutu Senja sembari memukul-mukul udara.

"HUAAAAA BISA GAK SIH GAK USAH MANIS GITU?! GUE KAN JADI GAK KUAT!" Teriak Senja membuat ia tersadar dan menutup mulutnya.

"Senja jangan berisik!" Ucap Mama nya dari luar kamarnya membuat Senja menghela napas lega.

Ia meraih ponsel nya yang tadi tergeletak, lalu kemudian kembali membuka aplikasi WhatsApp nya.

Ia melihat bahwa Sinan tidak lagi membahas sesuatu, "bikin status ah, beneran di save apa kagak." Ucap Senja yang kemudian mulai membuka gallery ponselnya, mencari gambar apa yang akan ia upload nanti agar Sinan tidak ilfeel.

"Hm, poto kucing aja kali ya? Kan gak alay juga," gumam Senja ketika melihat foto kucing dan pemiliknya yang ia dapat dari Pinterest (di mulmed).

"Udah, caption nya stiker aja. Only share aja," ucap Senja kepada diri nya sendiri.

Setelah mengirim foto tersebut ke status nya, Senja kembali menaruh ponselnya dan menatap langit-langit kamarnya.

"Kenapa gue udah ngebayangin kalo pacaran sama Sinan sih? Ya Allah, sadarkan Senja kalau Sinan pantes dapet yang lebih baik dari Senja." Ucap Senja sembari menatap langit kamarnya dengan sendu.

Kemudian melanjutkan perkataan nya, "tapi Senja juga pengen ngerasain euforia saat Senja beneran bisa pacaran sama orang yang Senja suka. Senja pengen egois, ini harus ottoke?!" Tanya Senja, menatap langit kamarnya dengan ekspresi yang tidak dapat di artikan.

Senja menghela napas gusar, "Senja harap, Sinan bisa bahagia selalu, sehat selalu, dan lagi kalau memang jodoh, akan ada waktu dimana kita akan selalu bertemu dan menjalin hubungan yang lebih serius. Kamu pasti tahu bahwa Senja memang menginginkan Sinan untuk menjadi milik Senja, tapi Senja gak punya power apa-apa. Jadi Senja sadar diri," ucap Senja yang kemudian memejamkan matanya dengan perlahan.

Baru beberapa menit menutup matanya, dering ponsel membuat matanya terbuka kaget dan kemudian melengos keras saat melihat siapa yang menghubunginya malam-malam begini.

Siapa lagi kalau bukan Jingga, laki-laki yang kerjaan saat di kelas hanya mendengarkan guru sambil melamun, jadi tidak ada yang di catat dan masuk ke dalam otaknya yang katanya memiliki kapasitas rendah.

Senja menggeser tombol hijau, dan ketika sudah tersambung ia langsung memarahi lelaki itu begitu saja.

"APA? LO MAU MINTA CATETAN? INI UDAH MALEM SIALAN, COBA KALO MINTA DARI PULSEK ATAU GAK MENTOK TUH PAS MAGHRIB! GUE UDAH MAU TIDUR YA, BANGKE!" Omel Senja, terdengar ringisan kecil dari sana membuat Senja mendengus keras dan mematikan sambungan telfon secara sepihak.

Ia kembali membuka aplikasi WhatsApp nya dan membuka roomchat nya bersama dengan Jingga.

(roomchat – Jingga)

Jingga: met

Jingga: mettttt

Jingga: jamet woi

Jingga: elah met, gue tau lo belum tidur

Jingga: met, catetan mtk wajib yang tadi met

Jingga: met jangan dulu koit, gue belum ikhlas ini gak ada yang ngasih catetan mtk wajib nanti

Jingga: harus banget gue telfon biar tau ada chat dari gue?

Jingga: jamet sialan

Senja: elo yang sialan

Senja: makanya ji, lo kalo di sekolahin itu buat belajar materi, bukan ngelamun

Senja: (sent a pict)

Senja: (sent a pict)

Senja: (sent a pict)

Senja: (sent a pict)

Senja: (sent a pict)

Jingga: buset met, banyak amat

Senja: dah diem gue mau tidur

Jingga: makasi jamet ku sayanggggg

Jingga: mimpi indah, mimpiin gue ya biar gak kangen2 amat

Jingga: gak usah gely met, tidur aja sana hus hus

Senja: sialan

Senja mendengus sebal dan mulai men-charge ponselnya yang hampir mati itu.

Sebelum mematikan data selulernya, ia menyempatkan untuk melihat status nya.

Ia tersentak kecil sampai ponselnya hampir saja terjatuh, ternyata Sinan melihatnya cepat sekali.

Ia membuat status itu 20 menit yang lalu, sedangkan Sinan melihatnya 18 menit yang lalu. Terbilang cepat kan?

Senja mengurut dadanya pelan, "kuatkan hati hamba dari makhluk aneh ini ya Allah." Ucap Senja yang kemudian menghapus statusnya dan kembali melanjutkan tidurnya yang sempat terpotong.

+×÷

[a/n]: this is my bad day, but i can hope for you guys, enjoy your day and happy with this Euphoria :)

Euphoria; | END ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang