38. Live IG. 02

48 5 0
                                    

Tak kerasa ternyata sudah terhitung beberapa hari saling menghubungi dan memberi kabar tanpa jeda.

Tapi tetap saja, bertemu langsing di sekolah masih terasa canggung dan bingung harus memulai seperti apa.

Hari itu hari sabtu, tepat menjelang maghrib Sinan melakukan siaran langsung di Instagram pribadinya.

Senja sedikit memekik kaget saat melihat notifikasi ponselnya bahwa Sinan melakukan siaran langsung.

Ia segera membuka aplikasi Instagram nya namun masih ragu untuk menonton siaran langsung milik Sinan, dan lagi ia memegang akun milik Nadhiva di ponselnya.

Sempat terbesit ide jahat untuk menonton siaran langsing lewat akun pribadi Nadhiva, namun ia urungkan niat jahatnya itu.

Bukan karena tidak enak, namun saja ia sudah pernah memberi Sinan pesan lewat Instagram pribadi milik Nadhiva dan ia tidak ingin lagi di amuk oleh Nadhiva.

Senja menarik napas panjang kemudian menghembuskannya dan memberanikan diri untuk menonton siaran langsung tersebut.

Ah ia tidak sendirian, melainkan bersama teman rumahannya. Tetapi, yang muncul di siaran langsung hanya dirinya dan terdengar obrolan mereka semua.

Ah, baru saja ia bergabung sudah terdengar obrolan rencana tentang futsal disana, sedangkan Sinan berada di depan ponselnya sembari memainkan rambutnya, seakan acuh terhadap obrolan teman temannya.

Terlihat jumlah yang menonton ternyata ada 3 orang, sampai satu komen dari Sena –anggota perempuan kelasnya– yang menarik perhatian Senja sampai ia menjadi senang dan geer sendiri.

“beh sinan di tonton capatuuu

Kira kira seperti itulah komen dari Sena. Memang, Senja tidak tahu kapan Sena bergabung, yang pasti Sena terlebih dulu bergabung dibandingkan dengan Senja kan? Karena Sena dapat tahu bahwa Senja telah bergabung.

Ketika membaca komen milik Sena, Sinan langsung tertawa dan mengambil ponselnya hingga terlihat langit langit rumah.

Pipi Senja panas, sudah di pastikan ia bersemu sekarang.

Tiba tiba saja ada lelaki yang komen di siaran langsung milik Sinan dengan bahasa vulgar membuat Senja mengernyit dan bergidik lalu segera keluar dari siaran langsung lelaki itu.

Senja menghela napas berat dan kemudian memerhatikan profile picture milik Sinan yang tengah melakukan siaran langsung itu.

Ia segera membanting ponselnya ke kasurnya dan menutup wajahnya dengan bantal lantaran ia sangat malu.

"YA ALLAH ITU KOK TADI KOMEN BEGITU?!" Ucap Senja yang jadi uring-uringan sendiri.

"Ya Allah maksudnya apaan? Lemah hati ini lemahhhhhh." Ucap Senja, entah sebagai keluhan atau sebagai bentuk rasa syukur.

Senja pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu siap melaksanakan shalat maghrib.

+×÷

Senja masuk ke dalam kamarnya setelah makan malam bersama keluarga nya tadi.

Ia membuka layar ponselnya dan melihat ada notifikasi dari Sinan disana.

Sinan izin kepada Senja untuk pergi futsal. Hal itu membuat Senja tersenyum-senyum sendiri membaca nya lewat pop-up.

Senja menghela napas pelan kemudian membuka roomchat nya dan mengiyakan hal itu.

Senja kembali mengunci layar ponselnya dan menaruh ponselnya di dadanya.

Sungguh, jantungnya berdetak lebih cepat kali ini. Senja menggeleng pelan ketika bayangan wajah Sinan setelah futsal setahun lalu kembali lewat di ingatannya.

Senja menolehkan kepalanya ke arah cermin kamarnya, melihat bagaimana kondisi wajahnya sekarang.

Dan benar saja, wajahnya sudaha merah padam bahkan panasnya terasa sampai telinganya.

Senja merebahkan dirinya di kasur miliknya dengan senyum yang terus mengembang sembari kembali mengingat betapa manisnya perilaku Sinan.

"Bahkan bukan cuma mukanya aja yang manis, perilaku nya juga. He's not romantic, but sweet. And i love it." Ujar Senja sembari kembali membuka ponselnya saat ada notifikasi khusus Sinan dari ponselnya.

Senja menghela napas berat kemudian bangkit untuk mengecek tugas apa yang bisa ia lakukan agar tidak terlalu nambah beban pada deadline, ketambah situasinya Sinan tengah main futsal membuatnya bisa leluasa mengerjakan tugas tanpa harus merasa tidak enak.

Senja mengerjakan tugas merangkum sejarah sehingga ia tidak membuka ponselnya sama sekali selama 2 jam.

Tepat sudah setengah 10 malam, ia selesai merangkum sejarah.

Tangannya terasa kaku dan bahunya terasa pegal. Ia melakukan peregangan sedikit kemudian mengambil ponselnya yang terletak begitu saja di kasurnya.

Ia melihat Sinan yang mengiriminya foto membuat ia mengernyit dan penasaran untuk membukanya.

Senja terkejut sampai ia hampir membanting ponselnya, bayangkan saja ia diberi pap oleh Sinan dengan rambut acak acakan dan wajah yang terlihat lelah serta senyum kecilnya yang bahkan berhasil membuat jantung Senja berdetak dua kali lebih cepat.

(roomchat – Sinan)

Senja: minum duluu

Sinan: udah dong, seger banget pocari malem malem gini

Senja: futsalnya malem amat sih

Sinan: nggak papa, seger tau

Sinan: pulang ke rumah langsung mandi

Senja: ih kalo keringetan jangan dulu mandi

Sinan: enggak senja, sinan di sini sampe jam 10 sekalian biar keringetnya ilang, baru pulang

Senja: okey mangtap

Sinan: senja mau tidur kapan?

Senja: sebentar lagi, kenapa?

Sinan: besok libur, jangan tidur awal

Senja: hah? Sesat ya anda

Sinan: ih, kali kali rasain tidur di atas jam 12

Senja: nggak baek buat jantung

Sinan: sekali kali ajaa

Senja: ntar nya malah keterusan kayak sinan

Sinan: nggak, tar sinan omelin kalo keterusan

Sinan: jangan tidur awal yaa :”

Senja: emangnya kenapasi :( da gabut tarnya

Sinan: sinan temenin,

Sinan: yayayaaa jangan tidur awal

Senja: ya mau ngapain sinan? Main hago?

Sinan: jangan, pengen vc

Senja: haish, bilang langsung gosah berbelit belit ahaha

Sinan: takutnya nggak mau atau nolak, kan gak kane

Senja: aih ahaha

Senja: ia deh iaa

Sinan: yauda sinan balik dulu, jangan dulu tidur

Senja: ia sinannnnnn, iaaaa

Sinan: okeyyy <3

+×÷

Euphoria; | END ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang