13. Eye Contact. 02

35 2 0
                                    

Senja, Nadhiva dan Azzahra belum pulang. Mereka masih setia berada di sekolah setelah finger print.

Setelah membeli makanan dan minuman, mereka kembali masuk ke dalam sekolah dan duduk di kantin untuk sekedar berbincang.

Padahal jam sudah menunjukkan pukul 4 lewat 30 menit kala itu, tapi berbincang tanpa memainkan ponsel sebegitu seru nya.

"Eh Met, menurut gue si Aidan tuh suka sama elo tau." Celetuk Azzahra membuat Senja dan Nadhiva tertawa mendengarnya.

"He, gue serius loh!" Tambah Azzahra.

Senja menghapus air mata tawa nya, "ya Allah Ra, lo tuh liat darimana sih? Cowok, kalo udah kenal sama gue pasti anggep gue tuh dah bukan perempuan lagi. Kenapa? Karena gue tuh orangnya gak jelas, receh, aneh, gak normal, dan semacamnya. Jangankan berpikir untuk suka, deketin sebagai perempuan dan laki-laki pada umumnya aja dah ogah, karena mereka anggep gue sebagai cowok." Jelas Senja.

Nadhiva mengangguk setuju, namun juga menyangkal. "Tapi ya Met, menurut gue dia emang suka sama lo. Jelas-jelas pandangan dia ke elo tuh beda Met," ucap Nadhiva membuat Azzahra mengangguk setuju sembari meminum Nutrisari jeruk nipis miliknya.

"Heem betul! Dari cara dia nge chat ke elu juga beda, Met. Masa lo masalah gituan doang gak peka sih Met?" Tanya Azzahra membuat Senja menggidikkan bahu, acuh tak acuh.

"Gue bukan cewek polos yang gak pernah ngerasain di pdkt-in sama cowok ya walaupun gue belom pernah pacaran. Gue peka kalo cara dia nge-chat gue tuh beda, tapi pandangan gue disini positif aja. Lo tau lah, anak kelas tuh suka menel-menel gitu, jadi gue anggep semuanya cuma bercanda, dan lagi gue udah punya komitmen buat gak baper sama anak kelas walaupun itu se-ganteng Zaky ataupun Jordan." Jelas Senja.

"Tunggu waktu aja," ucap Azzahra yang setelahnya menggigit crepes.

"Ih sumpah gue pengen pacaran," ucap Nadhiva sembari menghabiskan Nutrisari jeruk nipisnya dan melanjutkan, "siapapun yang nembak gue, gue terima beneran." Sambungnya.

Mendengar hal itu, Senja dan Azzahra tertawa keras membuat Nadhiva yang mengucapkannya juga ikut tertawa.

"Gila gila, sama Mas Item aja sana." Ucap Senja sembari tertawa keras.

"Iya tuh bener! Sama Pahmi aja," ujar Azzahra yang kemudian ikut tertawa lagi.

Nadhiva tertawa, "enggak he! Gue mah becandaan aja sama Pahmi, cuma gue emang beneran pengen becandain aja gitu, asik." Ucap Nadhiva membuat Senja terkekeh pelan.

"Eaks! Positif jadi nih sama Mas Item!" Ucap Senja.

"He, enggak! Ya Allah," ujar Nadhiva.

"Gak papa, Pahmi lagi kosong kok." Ucap Azzahra ikut meledek.

"Dah, dah sore ayo pulang. Rumah gue jauh," ucap Senja membuat mereka bertiga bangkit dari kursi dan membuang sampah bekas makanan dan minuman mereka.

Nadhiva menuju ke kost nya, dan Azzahra bersama Senja menuju parkiran motor untuk mengambil motor Azzahra lalu pulang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, sudah terlihat matahari yang hendak tenggelam di sana.

Setelah di atas motor, Azzahra mengajak Senja berbincang hangat seputar mas crush.

"Met, gue follow IG nya jangan pake IG gue yang pertama?" Tanya Azzahra membuat Senja mengangguk pelan.

"Follow aja biar di kenal elo nya sama si Herbivora," jawab Senja.

"Gue masih takut, Met." Ucap Azzahra.

"Ra, masa lalu sama masa depan elo tuh beda partisipan, lo cuma butuh percaya diri aja buat ngedeketinnya." Ujar Senja.

"Iya sih ya, gue takut malah diginiin sama Herbivora 'ih orang ini kenapa si sokap amat nge dm minta follback', kan gak lucu anjir kalo gue di anggep gitu."

Mendengar itu, Senja tertawa. "Ya Allah Ra, kagak begitu dia orangnya." Ucapnya sembari tertawa.

Setelah motor Azzahra keluar dari gang sekolah yang sudah sepi lantaran sudah sore, itu membuatnya gampang menyebrang jalan menuju arah pulang.

Ketika sudah berbelok, Senja tak sengaja menoleh ke arah halte yang memperlihatkan seorang laki-laki yang tengah duduk diam sendiri disana.

Lelaki itu ternyata yang sedari tadi memperhatikannya, bukan kepada Azzahra atau dua kakak kelas di depan motor Azzahra.

Namun tatapan lelaki itu tertuju pada Senja dan tepat terkunci pada mata Senja.

Senja mengalihkan pandangannya, karena ia tidak ingin berlama-lama yang akan membuatnya salting dan jantungnya berdegup tak karuan.

Motor Azzahra berhenti di persimpangan karena ada mobil yang hendak ke arah bawah, simpangan itu ditandai dengan adanya menara yang bertuliskan 99 Asmaul Husna.

Senja menoleh ke belakang, tepat ketika lelaki itu mengalihkan pandangannya setelah memperhatikannya.

Wajah Senja memerah, "TADI ADA SINAN LIATIN GUE SAMPE SINI!" Ucap Senja sembari menutup wajahnya di punggung Azzahra lantaran malu.

"Hah? Dimana? Kok gue gak liat?" Tanya Azzahra yang langsung menoleh ke belakang.

"Ya Allah Ra, gue di notice Ra!" Ucap Senja dengan wajah yang sudah merah, dan rasanya ingin menangis dan tenggelam saja.

"Balik lagi, tah yuk?" Tanya Azzahra sembari tertawa keras melihat wajah Senja yang sudah memiliki blush alami, jadi merah semuanya.

"GILA MUKA LO MERAH!" Ucap Azzahra sembari tertawa keras dan kembali menjalankan motornya.

"Sumpah anjir gue deg-degan!" Ucap Senja sembari memegang dada bagian kirinya, tepat di bagian jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Subhanallah Met, gue ikut seneng! Gue tau rasanya gimana Met, i know!" Ucap Azzahra yang masih tertawa. "Akhirnya ya, di notice lagi!" Sambungnya.

"Ra gue ambyar." Ucap Senja yang jantungnya masih berdetak kencang, dengan tubuh yang lemas.

"Ayo kita berjuang! Demi masa depan yang indah!" Ucap Azzahra dengan semangat.

Senja mengangguk, "yok! Berjuang!" Ujarnya.

Kemudian mereka melanjutkan obrolan tentang Sang Herbivora, mas crush nya Azzahra yang sudah menjadi mahasiswa.

Senja turun dari motor Azzahra, "Met, jangan lupa berjuang. Jangan kayak gue yang baru mulai berjuang pas Herbivora nya udah gak se-lingkungan lagi sama gue." Ucap Azzahra membuat Senja tertawa kecil.

"Siap kapten!" Ucapnya yang kemudian ikut tertawa.

Azzahra pamit pergi menuju ke rumahnya, dan Senja bergeser agar tidak terkena cahaya matahari sore, menunggu datangnya angkutan umum menuju ke rumahnya.

+×÷

Euphoria; | END ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang