34. Payung Biru

31 2 0
                                    

Hari itu mendung dan sudah gerimis kecil, alam seperti menandakan akan turunnya hujan lebat.

Senja mendongak ke samping kiri, menatap ke jendela kelasnya.

Dan benar saja, hujan turun semakin deras membuatnya malas keluar kelas karena akan membuat tubuh semakin dingin, terlebih lagi ia tidak membawa jaketnya.

Azzahra yang tengah bermain Home Scapes itu membuka suara pelan membuat Senja yang tengah bermain cacing jadi menoleh sebentar dengan pandangan mengernyit.

"Nape?" Tanya Senja yang kembali memfokuskan dirinya dengan ponselnya.

"Lo beneran mau udahan sama Sinan?" Tanya Azzahra pelan di dalam kelas yang berisik itu.

Senja terdiam sebentar lalu menggidikkan bahunya, "gak tau dah, capek gue. Let it flow aja keknya." Ucap Senja.

Azzahra menghela napas pelan, sedikit susah memang memberi nasihat kepada Senja.

Karena apa? Karena Senja merupakan tempat curhat hampir semua anak kelas, jadi ia bisa memahami semua masalah mereka dan berusaha memberikan solusi terbaiknya.

"Met, jangan dulu begitu, nyesel datengnya di akhir. Dan lagi ni ya, gue pernah baca artikel katanya cowok yang lagi pdkt tu kadang sengaja masukin atau bahkan menghubungi mantannya, cuma pengen liat reaksi cewek yang lagi deket sama dia. Apa dia beneran sayang atau enggak." Jelas Azzahra yang kemudian memekik pelan karena level yang salat sulit sudah dapat terselesaikan.

Senja mengernyit kan dahinya dengan berpikir keras, "masalahnya disini gue cuma sepihak Ra, bukan dua." Ucap Senja, berusaha menyangkal.

"Tapi Met, kita bahkan lo belom tau pasti dianya kek gimana. Lo sendiri belom tau kan hatinya kayak gimana?" Tanya Azzahra yang berusaha membuat Senja kembali bangkit.

"Iya Ra, gue gak tau apa-apa. Cuma kek udah jelas banget gak sih? Lagian dia nya juga ke gue biasa aja, jadi gue harus gimana lagi? Lagian selama ini gue yang ngejar, bukan dia." Jelas Senja kembali berusaha untuk menyangkal setelah otaknya terisi penuh oleh memori nya saat usaha mendekat kepada Sinan.

"Met, laki-laki itu kadang bingung. Mereka tau tapi masih abu. Jadi, lo kalo mau maju ya bener-bener maju Met. Lo sendiri yang bilang ke gue kalau maju dan berhenti di tengah jalan sebelum tau apa-apa itu omong kosong." Jelas Azzahra yang masih berkutat dengan ponselnya.

Senja terdiam, seakan tertampar oleh perkataannya sendiri kala itu.

Terlebih, di hatinya yang paling dalam memang ia belum benar-benar mau melupakan lelaki manis itu.

Senja berucap ingin bergerak mundur hanya karena ia tidak ingin di pandang kasihan oleh teman-temannya, ia hanya tidak ingin tatapan kasihan tertuju padanya.

Senja mengangguk pelan, "let it flow aja..." Ucap Senja pelan.

Azzahra mendengus malas, "let it flow ndasmu! Lo mah stuck!" Ucap Azzahra yang misuh-misuh sendiri.

Senja menghela napas pelan, "iya Ra, iyaaaaa. Liat situasi dan kondisi ya, tapi tetep ni gue serius sama kata-kata gue mau mundur." Ucap Senja yang kemudian membanting ponselnya ke atas meja lantaran cacingnya yang sudah besar malah kalah dengan cacing kecil

"ALLAH!" Latah Azzahra membuat Senja tertawa lepas.

Azzahra mendengus pelan, lalu bangkit dari duduknya dan menuju keluar kelas meninggalkan Senja yang masih tertawa di kursinya.

Azzahra berhenti di depan pintu kelas yang sudah terbuka, "ayo ih gue laper!" Ucap Azzahra kepada Senja membuat perempuan itu bangkit dari kursinya dan kemudian berjalan keluar kelas dengan memegang perut yang sakit akibat tertawa dan mengusap air mata yang keluar karena terbahak.

Mengingat bahwa Nadhiva dan April sudah berada di kantin sejak tadi, membuat mereka berdua segera mencari keberadaan dua orang itu.

"Eh anjir Met sini!" Ucap April dengan heboh yang tertahan karena di kantin sudah banyak orang.

Senja mendekat dan duduk di samping April, "apaan?" Tanya Senja dengan kening berkerut.

"Itu anjir doi lo bawa payung biru," ucap April yang langsung mengarahkan wajah Senja ke arah Sinan yang tengah berjalan menuju kelasnya dengan membawa payung polos berwarna baby blue.

Pandangan mata Senja meneduh begitu saja melihat tingkah Sinan yang semakin hari semakin aneh.

Senja langsung mengalihkan pandangannya kala Sinan yang tengah berada di depan pintu kelasnya itu jadi berbalik kembali dengan payung birunya menuju ke kantin.

Senja sudah terdiam menunduk dengan ponsel di lengannya, seolah ia menyibukkan dirinya sendiri seperti Nadhiva yang tengah kobam dengan permainan cacing.

April menyikut lengan Senja sembari berbisik, "tuh anaknya lagi beli es." Bisik April membuat Senja melirik sebentar dan kembali fokus pada ponselnya.

"Lucu banget bawa-bawa payung biru segala." Bisik Senja kepada April.

Azzahra yang baru saja dari koperasi siswa itu, langsung menoleh ke arah Senja.

"Met, lo liat gak tadi?!" Tanya Azzahra dengan rusuh yang tertahan akibat sadar akan kondisi kantin yang ramai.

Senja mengernyit, "apaan?" Tanya Senja.

"Anjir lo, si Sinan nge lirik lo anjir tadiii." Ucap Azzahra seolah itu merupakan hal langka, padahal sudah biasa saling lirik melirik.

Senja mendengus pelan, "kirain apa, ngelirik ke laen kali." Ucap Senja yang kemudian menyedotkan es teh milik April ke dalam mulutnya.

Azzahra mendelik malas, "et dah dikasih taunya." Ucap nya.

"Apasih kenapa?" Tanya Nadhiva yang baru selesai bermain cacing.

"Dah lo diem, cacingan!" Ucap April membuat Nadhiva mendengus pelan dan kemudian menopang pipinya dengan lengannya.

+×÷

Euphoria; | END ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang