Chapter 28

8 2 0
                                    

"Saya akan pergi. Tapi tidak untuk saat ini"
~Vera

"Non Vera, ini saya Bi Deni non, pintunya dibukak ya non?" Bu Deni mencoba mengetuk beberapa kali pintu kamar Vera

'pyarr'

Bantingan benda terdengar keras sampai Bi Deni terlonjak kaget, karena posisinya yang dekat pintu

"PERGI" Teriak Vera. Bi Deni yang ketakutan akhirnya mengalah dan segera meninggalkan kamar Vera

"Hiks.. hiks.. gue ga bisa hidup kayak gini terus, gue harus cari orang tua kandung gue. Kenapa mereka ninggalin gue gitu aja di panti asuhan" Vera mulai menenangkan dirinya. Dia mengamati dirinya di depan cermin yang memperlihatkan dirinya tampil acak acakan, dengan mata sembab karena menangis

"Nyonya maaf nyonya, non Vera dari kemaren belum keluar kamar, saya takut terjadi apa-apa sama non Vera nyonya." Kata maid pribadi Vera yang tak lain adalah Bi Deni

Mendengar ucapan Bi Deni, membuat Rani memijat pelipis nya. Bagaimanapun ini semua juga salah Rani sendiri. Kenapa dia tidak memberitahu hal yang sebenarnya pada anak semata wayangnya itu

"Saya juga pusing Bi. Yasudah nanti saya yang akan berbicara pada Vera"

Bi Deni segera menuju ke dapur lagi bersama beberapa maid.

"Bunda liat sendiri kan, jika bunda mengungkit ungkit masa lalu itu" Rani marah kepada bundanya

"Seharusnya kamu itu minta cerai sama si Doni itu yang gak bisa kasih kamu keturunan. Bukan malah mengadopsi anak orang lain" Cibir Oma nya Vera

Rani segera beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke kamar yang bernuansa pink itu

"Kamu sendiri saja mengabaikan bunda gara-gara anak itu" Perkataan Oma tak dihiraukan oleh Rani

'tok tok'

"Vera sayang, ini mama nak, kamu keluar ya. Papa juga udah mama hubungi. Nanti kita jelasin ini bersama-sama" Ujar Mama Vera yang masih mengetuk pintu Vera.

'laper juga gue, dari kemaren belum makan' batin Vera.
Tak lama kemudian Vera membuka pintu kamarnya

"Astaghfirullah nak, kamu pucet banget. Kita makan dulu ya sekarang, papa bentar lagi sampai kok" Ujar Mama Vera sambil mengelus punggung anaknya dan mengintip sedikit kamar Vera

"Bii, tolong bersihin kamar Vera" Rani memerintah salah satu maid yang lewat

"Baik nyonya" Maid itu menganggukkan kepalanya

Rani pun membawa anaknya ke kamarnya untuk menjelaskan semuanya

"Kamu duduk dulu disini, nih minum dulu biar tenang" Rani menyodorkan air putih yang ada di meja dan Vera menerimanya

"Vera" Ujar pria paruh baya yang baru saja datang. Vera memandang pria paruh baya yang sangat disayanginya dengan mata berkaca kaca

"Veraa, maafin papa nak" Pria paruh baya itu mengelus tangan Vera

"Biar papa yang menjelaskan semuanya" Ujar Rani sambil mengambil sesuatu dari lemari dan menyerahkan map kepada Vera. Vera mulai membuka map itu, yang ternyata isinya adalah surat perjanjian (adopsi anak)

"Hiks.. hiks.." Vera menangis dalam pelukan papa angkatnya itu

"Maafin saya hiks.. hiks.. yang sudah hiks.. merepotkan kalian hiks... Hiks.." Isak Vera

"Maafin kami juga vera, yang sudah menutupi semuanya dari kamu" Rani mulai menangis

"Meskipun kamu bukan anak kandung kami, kami sangat menyayangi kamu nak. Tolong jangan benci kami yang telah membohongimu selama ini" Tanpa sadar air mata mengalir di pipi Doni

"Makasi hiks.. atas semua hiks... Kebaikan kalian hiks..maafin Vera yang sudah buat kalian kecewa hiks.."

"Enggak sayang, bahkan kami bangga sama kamu. Jangan nangis lagi ya" Rani mengusap air mata di pipi Vera

"Ta-tapi dimana orang tua kandung aku?" Tanya Vera dengan suara parau

"Saya sudah menyuruh banyak mata-mata untuk mencari tau dimana keberadaan orang tua kamu. Tapi semua gabisa nemuin, karena semenjak dia menaruh mu di panti asuhan. Dia mengganti identitasnya. Kamu bisa menanyakan di panti asuhan Aisyah Jakarta" Jelas papa Vera

"Kita sering pindah hiks... Pindah tempat, tapi ga pernah ke Jakarta sejak Vera kecil. Jadi hiks..ini alasan mama papa ga memperbolehkan Vera ikut kalian saat mengurus cabang perusahaan di Jakarta?" Tanya Vera

"Iya, mama takut kamu ninggalin mama. Dan soal kamu yang sekarang sekolah di Jakarta, itu semua gara-gara dulu papa sama Mama berantem terus.. mama takut kamu terkena gangguan mental gara-gara sering liat kita berantem" Rani menundukkan kepalanya dengan air mata yang masih mengalir

"Sekarang, semua terserah kamu Ver.. papa percaya sama kamu" Ujar Papa Vera

"Mama sama papa jangan nangis lagi" Vera menghapus air mata di pipi mama dan papanya

"Kamu pucet banget, kita makan bentar yuk" Ajak Papa Vera

Merekapun segera menuju ruang makan

"Ma, jangan di ruang makan" Suara Vera parau

"Gapapa, disini ada mama. Omongan Oma gausah didengerin aja"

Kini mereka sudah berada diruang makan. Saat Vera hendak memasukkan makanan ke dalam mulut, sebuah suara menghentikan aktivitasnya

"Dasar manja. Gitu aja sok sokan" Ujar wanita tua yang duduk dipojokan

Vera meletakkan sendoknya dan hendak pergi meninggalkan ruangan itu.

"Vera, kamu mau kemana?" Rani mencekal tangan anaknya yang hendak pergi dari ruang makan

"Atas ma" Ujar Vera lembut

"Sana pergi, bikin nafsu makan saya hilang aja" Sarkas Omanya Vera

Doni yang sedari tadi tidak tahan jika anak kesayangannya terus saja dikomentari, akhirnya Doni bersuara

"Yang bikin ga nafsu makan itu bukan Vera, tapi anda" Ujar Doni datar yang membuat Omanya Vera marah

"Apalagi kamu, dasar menantu gajelas"

"Ver, ini makan yang banyak ya" Rani menyiapkan banyak makanan di piring Vera. Kini mereka melanjutkan makan yang tertunda tadi. Saat Vera sudah memakan beberapa sendok dengan lahap. Si nenek kembali berujar

"Udah numpang hidup selama 17 tahun. Ngabisin duit anak saya lagi. Makan ga ada sop-"

"Anda bisa diam tidak sih. Daritadi ngomel mulu, ga capek apa" Ujar Vera santai, meskipun hatinya merasa sangat tersinggung dengan ucapan Oma nya

"Kamu berani motong pembicaraan saya! Pergi kamu dari sini" Sarkas Oma

"Saya juga akan pergi, tapi tidak untuk saat ini. Saya juga malas setiap hari melihat wajah tua anda itu. Saya tidak peduli kalau anda adalah bundanya mama saya. Saya --"

"Maaf nyonya, di depan ada tamu" Ucapan salah satu maid di mansion Vera

"Kenapa sih Lo malah motong pembicaraan gue" Vera kesal. Dia sudah muak dengan sopan santun.

"Siapa bi?" Tanya Papa Vera

"Saya kurang tau tuan. Saya tidak pernah melihat dia"

"Wajahnya sangat tampan tuan, bahkan saya hampir pingsan melihatnya" Ujar maid itu lagi

🌼🌼🌼🌼🌼

Jangan lupa vote and commen nya ya

-------------------
~hespritini~

Stuck Love At School (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang