"Iya." Memang Maria pulang jam 6 dan berlanjut bekerja di tempatku. Karena toko bungaku tutup jam 10 malam. Ya cukup malam untuk sebuah toko bunga. Umumnya toko bunga tutup jam 6 sore. Tapi karena di daerah sini masih ramai jadi aku tutup agak malam.
Nia pov end
.
.
.Maria pov
Aku baru saja selesai bekerja dan sekarang aku sedang beres-beres untuk pulang dan menuju toko bunga sahabatku.
Tetapi saat aku dalam perjalanan ada sebuah mobil yang oleng dengan kecepatan tinggi. Aku tak sempat menghindar akhirnya aku tertabrak mobil dengan posisi berguling ke trotoar. Orang-orang yang melihat itu pun langsung menghampiri aku dan si mobil yang sepertinya menabrak trotoar tapi, setelahnya yang aku lihat hanya kegelapan.Maria pov end.
🍃🍃🍃
Johan pov
Saat ini aku dalam perjalanan untuk kembali ke kantor, memang ini sudah jam pulang tetapi masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Tetapi, saat diperjalanan mendekati kantor aku terjebak macet dan perkiraanku ada kecelakaan. Aku pun berhenti, entah kenapa aku memberhentikan mobilku tapi yang pasti aku saat ingin melihat si korban dan sepertinya mobil ambulance belum sampai.
"Permisi, ini kecelakaannya kenapa ya mbak?" tanyaku pada salah seorang disitu.
"Itu mas ada mbak-mbak yang ketabrak sama mobil, " terangnya dan aku hanya menjawab 'ohh', lalu mengucapkan terima kasih. Tapi rasa penasaranku semakin menjadi, aku pun memutuskan untuk melihat korban. Betapa terkejutnya aku melihat korban tersebut adalah OG di perusahaanku. Kenapa aku kenal? ia pernah mengantarkan kopi untukku dan aku adalah orang yang tak mudah lupa wajah seseorang. Entah kenapa aku menggerakkan kakiku dan mulai menggendongnya ala bridal style.
"Pak, tolong buka pintu mobil saya. Dia adalah karyawan saya, pak," ucapku agar orang itu tak berfikir macam-macam.
"Ya; sudah mas."
"Terima kasih, pak." Diangguki olehnya dengan panik aku mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata.
"SUSTER!!! TOLONG ADA PASIEN KORBAN KECELAKAAN!!" teriakku dengan sigap suster itu mendorong bankar untuk OG itu karena memang aku tak mengetahui namanya.
Oh, iya, aku harus hubungi keluarganya. Aku pun muali membuka tas sederhana milik OG itu. Aku menemukan KTP-nya dan disitu tertera nama MARIA ALDISYA. "Oh, jadi ini namanya," gumamku. Lalu aku menemukan handphone jadul dan ada nama teratas, nomor yang terakhir ia hubungi aku pun menekan nomor itu.
"Hallo?"
"Iya, ini siapa?"
"Saya adalah atasan dari ibu bernama MARIA dan sekarang ia sedang berada di ruang IGD atau tepatnya di rumah sakit HARAPAN. "
"APAA!! memangnya teman saya kenapa, ya, pak?"
"Teman kamu kecelakaan dan apa kamu bisa ke sini?"
"Baik, saya akan ke sana."
Tut tut
Dia memutuskan sepihak telfonnya dan aku tak masalah karena aku tau ia sedang panik. Tak berselang lama ada seorang wanita sedang berjalan cepat bersama seorang anak yang digandengnya dan sepertinya aku kenal dia loh.
"Dania ngapain kamu di sini?" tanyaku bingung.
"Loh, kok kamu di sini Han, tadi aku dapat telfon katanya temenku ada di IGD di RS. Ini, coba aku telfon dulu." Dia pun mencoba telpon tapi handphone yang aku pegang berbunyi dengan nomor yang sama dengan yang tadi aku telpon, aku pun mengangkatnya.
"Halo."
"Halo," ucap Dania dan aku bersamaan.
"Loh, jadi kamu yang telfon aku," ucap Dania.
"Jadi, kamu temennya MARIA, ya?"
"Iya, kami bertiga udah berteman sejak SMP" ucap Dania. Apa tadi bilangnya Bertiga batinku.
"Bertiga?" bingungku.
"Oh, iya aku, Maria, dan Vanka," jawab Dania.
"Ah, iya, Vanka!!" lanjutnya sambil menjentikkan jarinya.
"Halo Vanka!!"
"....."
"Cepet ke RS. Harapan!!"
"....."
"Cepet kesini dulu elah, banyak bacot, lo."
"....."
"Udah ah ,ngomong sama lo nggak ada akhirnya."
Tut tut
Dania memutuskan telponnya dan raut wajah kesal sedangkan aku terfokuskan pada anak yang di bawa Dania sepertinya ia mengantuk karena sedari tadi hanya duduk dan diam aku pun mencoba duduk di sampingnya.
"Hay sayang, siapa nama kamu?"
"Em ... Inka, om," jawab malu-malunya, tapi menurutku cukup berani untuk anak seusianya.
"Oh Inka. Inka umurnya berapa?"
"4 tahun om tahun ini," jawabnya lagi sepertinya ia sudah tak malu-malu lagi.
"Oh, Inka ngantuk nggak? mau om pangku nggak?" untuk anak usia 4 tahun Inka ini termasuk anak yang tak cadel mengucapkan beberapa huruf seperti kebanyakan anak seusianya.
"Mau om," angguknya antusias.
"Inka rasa kaya dipeluk sama ayah," gumam Inka yang masih bisa didengar aku dan Dania. Aku hanya tersenyum kecil dan mempererat pelukanku entah kenapa aku pun merasa nyaman tapi aku juga bingung sedangkan Dania hanya diam dengan pandangan sulit diartikan.
Arissa up lagi, siapa yang nunggu?.
Jangan lupa Vote N komen dan baca cerita Arissa yang lain.
Semoga nggak ngebosenin Arissa juga masih belajar, ini aja Arisaa ubah dari rencana awal yang udah Arissa bikin. Jadi mohon dukungannya🙏.
Gimana?
👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Is My Daddy, Mom? (COMPLETED) [TERBIT]
ChickLit(TELAH TERBIT DI CANDRAMAWA PUBLISHER) Kenapa aku harus melewati ini sendirian di saat gadis seumuranku butuh pembimbing sedangkan aku berjalan berjuang sendiri?. Aku tidak iri tetapi kenapa aku yang harus menerima ini semua. Yang aku inginkan hanya...