"Ada yang ingin daddy bicarakan dengan kamu, mari bicara di ruangan kamu!" Ajak daddy Johan yang bernama ROY BLAKE.
"Apa yang ingin daddy bicarakan?" Tanya Johan sambil berjalan di sebelah Roy.
"Sudahlah nanti kamu juga akan tahu," ucapnya misterius dan berjalan mendahului Johan.
.
.
."Jadi apa yang ingin daddy bicarakan?" Ucap Johan to the point setelah masuk ke ruangan Roy.
"Seperti biasa tidak mau basa-basi."
"Daddy dan mommy setuju untuk menjodohkan kamu!" Tegas Roy.
"Apa-apaan ini dad? Daddy nggak bisa gitu aja mutusin perihal ini!" Marah Johan yang seketika memukul meja di depannya.
"Apa kamu nggak memikirkan Barnes?"ujar tenang Roy.
"Masalah Barnes aku bisa urus sendiri!" Tekan Johan di kata terakhir.
"Memang, tetapi bagaimana saat kamu bekerja?" Roy masih coba menghasut putranya.
"Barnes sekolah dan lagipula aku udah punya calon sendiri," elak Johan.
"Kalau memang benar apa kamu bisa perlihatkan?" tantang Roy.
"Bisa aj tetapi beri aku waktu calonku sedang ada di rumah sakit," entah apa yang kini Johan pikirkan yang pasti dalam pikirannya saat mengucapkan calon yang ada di pikirannya hanya 'Maria'.
"Baiklah daddy kasih waktu seminggu bagaimana? Apakah daddy bisa liat wajahnya?"
Johan mengeluarkan handphonenya, syukurnya ia menyimpan foto Maria, "ini dad!" Tunjuk Johan.
"Gadis panti," gumam Roy. Sebenarnya Roy tidak mempermasalahkan status yang terpenting mereka saling mencintai iti cukup baginya.
"Apa? Daddy bilang sesuatu?" Bingung Johan.
Ternyata Johan belum sadar bahwa gadis di foto adalah gadis yang sama 19 tahun yang lalu, batin Roy.
"Apa daddy tadi mengucapkan sesuatu?"
"Ah- tidak," elak Roy.
Sepertinya akan ku biarkan agar Johan sadar sendiri bahwa dia first lovenya, batin Roy. Bagaiman ia tidak tau Johan sendiri dengan polosnya mengatakan bahwa ia suka pada gadis itu. Rasanya mengingat dulu Roy ingin tertawa mengingat Johan dengan polosnya mengatakan perasaanya sendiri.
"Daddy kenapa? Apa daddy sudah..," ucap gantung Johan. Mendengar hal itu Roy membulatkan matanya jangan-jangan tadi dia tersenyum tanpa sadar belum lagi putra mengatakan ia sudah.
"Apa kamu bilang daddy sudah tidak waras?" Geram Roy.
"Aku nggak bilang daddy yang mengatakan," ucap santai Johan tanpa rasa bersalah.
"Kamu yah!" Geram marah Roy.
Saat Roy akan berbicara, suara ponsel Johan membuatnya berhenti.
"Hallo!"
"Begini pak, nona Inka tidak mau pulang dengan saya," Kata sopirnya. Secara bersamaan Johan ingat bahwa ia berjanji menjemput mereka.
"Nanti saya kesana, bapak tunggu saya! Bilang sama Barnes dan Inka bahwa saya akan kesana!"
Tut tut
Setelah itu Johan memutuskan secara sepihak, "siapa Inka Johan?"
"Nanti aku jelaskan dad, sepertinya Inka sudah menangis, bye dad!" Setelahnya ia langsung berlari ke parkiran dan menjalankan mobilnya dengan cepat.
🍃🍃🍃
"Inka!!" Seru Johan melihat Barnes yang sedang menengkan Inka.
"Ayah!!" Teriak Inka dan berlari ke arah Johan diikuti Barnes dan sopir.
"Pak saya pulang dulu!" Johan hanya mengangguk sedangkan Inka sudah dalam gendongannya dan Barnes sudah masuk ke mobil. Saat masuk Barnes sudah memejamkan matanya, melihat ia Johan pun membuat Kursi menjadi memanjang agar Barnes nyaman. Inka masih dalam gendongannya ia menyetir sambil memangku Inka.
Johan menjalankan mobilnya menuju rumah sakit, ia sudah berjanji akan kesana, "loh Dania!!"
"Em Dan bisa menggendong Inka?" Dania pun mendekat setelah mengunci mobilnya dan menggendong Inka yang sudah terlelap pulas. Setelah itu Johan menggendong Barnes yang masig terlelap sepertinya mereka kelelahan.
Dania dan Johan pun berjalan menuju lamar Maria. Hari ini Maria sudah di perbolehkan pulang dengan syarat ia tidak boleh kecapean dulu selama beberapa hari kedepan.
Akhirnya bisa up juga. Arissa colong-colongan sama pelajaran nih😭.
Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.
👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Is My Daddy, Mom? (COMPLETED) [TERBIT]
ChickLit(TELAH TERBIT DI CANDRAMAWA PUBLISHER) Kenapa aku harus melewati ini sendirian di saat gadis seumuranku butuh pembimbing sedangkan aku berjalan berjuang sendiri?. Aku tidak iri tetapi kenapa aku yang harus menerima ini semua. Yang aku inginkan hanya...