Bab 8

4.2K 228 21
                                    

"Tanyanya lanjut nanti yah, sekarang Inka makan dulu, habis itu mandi oh iya, tadi om sudah belikan baju buat Inka, yah," jelas Johan yang diangguki Inka paham.

"Om tinggal dulu, disini juga ada Barnes jadi kalo ada apa-apa ngomong aja, yah." Lagi-lagi hanya diangguki oleh Inka.

.
.
.

"Inka!!" panggil Barnes yang sekarang sudah duduk di samping Inka sedangkan Inka sendiri sudah selesai makan dan mandi.

"Kenapa?"

"Kamu kalo mau anggep papah kamu ayah aku nggak papa kok," ucap polos Barnes.

"Hah?" bingung Inka.

"Em, aku pernah denger kamu sering diledekin nggak punya ayah kan? jadi aku mau kamu anggep papah aku ayah kamu biar kamu bisa punya ayah sama kaya yang lain dan bia nggak diledekin lagi" ucapnya dengan penuh kepolosan seorang anak berusia 5 tahun.

"Emang boleh?" cicit Inka dengan mata yang sudah memerah. Tanpa keduanya sadari Johan mendengar perbincangan mereka berdua, entah kenapa hati Johan serasa ditusuk oleh beribu jarum saat mendengar ucapan Barnes tentang Inka.

Apa kejadian saat ia sadar di dekat halte itu ada hubungannya dengan Maria? Kenapa semakin lama aku kenal pada Inka aku semakin melihat kemiripan diantara kami. Apa benar Inka anakku saat aku mabuk 5 tahun yang lalu?. Semua ini membuat kepalaku pening.

"Barnes, Inka sudah selesai?"

Yang diangguki keduanya kompak.

"Baiklah, sekarang ayo kita berangkat!!"

"Ayo!!" Balas Inka dan Barnes barengan.

Barnes dan Inka menuruni tangga dengan berpegangan sedangkan Johan memperhatikan mereka dari belakang.

🍃🍃🍃

Perjalanan menuju rumah sakit sangat ramai karena obrolan ringan dari Barnes dan Inka yang membuat suasana menjadi ramai.

"Pah!!" panggil Barnes.

"Kenapa?"

"Gini pah, tadi aku bilang ke Inka kalau Inka boleh anggep papah seperti ayahnya sendiri, bolehkan pah?" ucap ragu Barnes.

"Boleh dong, kenapa nggak," ringan Johan membuat Inka yang tadinya merunduk menjadi mendongak melihat kearah Johan dengan binar mata.

Karena sekarang posisinya Inka berada di jok belakang jadi ia melihat Johan dari kaca saja.

"Bener?" ucap memastikan Inka yang dijawab anggukan antusias dari Johan.

"Ayah!!" panggil Inka dan langsung memeluk Johan dari belakang.

"Duduk dulu, ya!!" nasihat Johan yang dituruti oleh Inka.

Suasana dalam mobil pun semakin ramai dengan Johan yang sesekali membalas ucapan Barnes dan Inka.

"Sampai deh, yuk keluar," ajak Johan. Mereka bertiga berjalan menuju ruang rawat inap Maria.

🍃🍃🍃

Tok tok tok

Johan pun membuka pintu perlahan dan melihat Dania dan Vanka sedang sarapan.

"Tante Nia, tante Vanva!!" seru Inka gembira dan berlari kearah Vanka.

"Hai ponakan tante yang cantik." Dengan Vanka yang memeluk erat Inka.

"Hai boy, siapa namanya?" sapa Dania pada Barnes tetapi Barnes malah menyembunyikan badannya di belakang Johan.

"B-Barnes" cicit Barnes dari belakag Johan.

"Hai Barnes, nama tante Dania tapi kamu bisa manggil seperti Inka." Yang diangguki kecil oleh Barnes.

Barnes pun sudah tidak bersembunyi di balik Johan dan duduk di sofa di samping Dania.

"Jadi bagaimana kondisi Maria Dan?"

"Kata dokter kondisi Maria sudah stabil tinggal menunggu Maria sadar dari komanya," kata Dania.

"Gitu ya" gumam Johan.

"Tante Vanva" panggil Inka.

"Kenapa?"

"Inka mau eskrim beli yuk!!"

"Baiklah ayok, ajak juga Barnes"

"Ayo Barnes" yang diangguki antusias oleh Barnes.

"Dah pah"
"Dah ayah" ucap keduanya berbarengan. Menimbulkan kebingungan untuk Dania dan Vanka, tetapi Vanka tetap berjalan keluar.

"Ayah?" bingung Dania.

"Owh itu, Barnes yang minta ke Inka suruh panggil aku dengan ayah dan aku nggak merasa keberatan, kok," ucap ringan Johan yang masih meninggalkan kebingungan di wajah Dania sedangkan Johan seolah tidak perduli dengan itu.





























































Up lagi nih.
Jangan lupa vote N komennya dan baca cerita Arissa yang lain.
Gimana?
👇👇👇👇👇👇

Where Is My Daddy, Mom? (COMPLETED) [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang