Bab 22

3.2K 148 1
                                    

"Belum sih, tapi mommy yakin dia akan menerima Barnes," tegas Shintia lalu mengubah posisinya menjadi tidur di kasurnya. Saat mencoba memejamkan matanya ucapan Darwin lagi-lagi membuat dirinya spot jantung.

"Gimana kalau anak dari dia adalah anak Johan?"

.
.
.

"Ini kenapa kak Barnes sama ayah?" bingung Inka melihat Barnes dan Johan yang saling menatap seakan berhadapan dengan musuhnya.

"Nggak," jawab keduanya ketus.

"Kok ketus sama Inka," parau Inka membuat Johan dan Barnes saling tatap lalu menoleh kepada Inka yang mata sudah memerah.

"Ini ada apa?" tanya Maria yang baru saja dari dapur.

"HUAAAAAAA!!" tangis Inka pecah seketika membuat Johan dan Barnes panik sedangkan Maria langsung menggendong putrinya yang sudah mengenakan seragam.

"Ini ada apa sih?"

"Itu bun tadikan Inka tanya...

"Bun tadi itu Inka tanya ke mereka kenapa pada musuhan tapi malah di jawab ketus," ucapan Barnes terpotong oleh Inka, walau begitu ia menjawabnya dengan nada masih sesenggukan.

"Udah yah sekarang makan dulu, kalian makan sendiri aja," ucap Maria lalu mengambil makanan untuknya dan Inka.

"Loh kita," ucap mereka bersamaan.

"Kalian ambil sendiri, nggak liat bunda lagi ngapain?" sinis Maria membuat Barnes maupun Johan ciut dan mengambil makanan masing-masing atau lebih tepatnya di ambilkan oleh Johan.

🍃🍃🍃

"Bun udah di bawain bekal?" tanya Barnes.

"Udah tenang aja," mereka sekarang sudah ada di depan sekolah Barnes dan Inka.

"Kita berangkat yah!" pamit keduanya.

Maria dan Johan pun meninggalkan sekolah dan berjalan ke arah kantor.

"Mas nanti turunin di halte yah?" Johan tak menjawab hanya diam memperhatikan jalan sedangkan Maria mengartikan diamnya Johan sebagai jawabannya. Tapi kenyataannya setelah sampai di halte bukannya turun malah tetap melajukan mobilnya.

"Mas kok nggak berenti?" panik Maria.

"Diam!"

"Tapi..

Tanpa sadar dia telah sampai di depan lobi kantor. "Ayok turun dan sekarang aku mau kamu adalah pegawai kantor!" titah tak terbantahkan dari Johan.

"Aku kan memang pegawai kantor."

"Bukan sebagai OB," lanjut Johan membuat Maria terkejut.

"Mas aku bahkan SMA nggak lulus mas," bantah Maria.

"Tapi aku tahu kamu itu sebenarnya pintar Mar," yakin Johan.

"Ayok ikut aku ke HRD aku udah siapin CV," lanjut Johan yang lagi-lagi membuat Maria terkejut.

Johan keluar terlebih dahulu dari mobil dan berjalan cepat ke arah sisi lainnya laku membukakan pintu untuk Maria. Setelah Maria keluar dari mobil itu karyawan yang nelihat dan mengenal Maria terkejut bukan main.

"Mas jalan dulu," pinta Maria yang tidak dihiraukan oleh Johan yang setia menggandeng Maria. Dia sama sekali tidak menghiraukan para karyawannya yang terlihat terkejut.

Setelah sampai di depan ruang HRD ia langsung masuk. "Ferdi dia akan wawancara," ucap Johan setelah mengatakan hal itu langsung pergi keluar meninggalkan Maria dan Ferdi yang cengo.

"Maaf silahkan duduk!" setelah itu Maria melakukan wawancara untuk pertama kalinya.

🍃🍃🍃

"Loh mommy mau kemana?" tanya Darwin kepada istrinya. Memang ia tidak berangkat bekerja sebab tak ada meeting penting.

"Mau ke kantor Johan," ucap Shintia.

"Mau apa mom?"

"Jelas mau melihat janda itu lah dad," ketus Shintia.

"Dia belum janda mom," bantah Darwin.

"Dan mommy akan membawa calon mommy itu," antusias Shintia.

"Sudahlah mom kalau memang Johan nyaman dan cintacsama dia memangnya kenapa sih?"

"Mommy nggak akan pernah setuju," tolak tegas Shintia.

"Bagaimana kalau kejadian ini terjadi sama mommy? bagaimana kalau dulu mommy di jodohkan? orang tua mommy nggak setuju mommy nikah sama daddy? gimana perasaan mommy tentang hal itu?" tanya bertubi-tubi Darwin.

"Jelas mommy nggak akan terima, karena mommy hanya cinta sana daddy bukan yang lain, belum lagi mommy nggak kenal sama orang yang di jodohin," ketus Shintia.

"Dan hal itu yang sedang di rasakan oleh Johan sekarang mom, perasaan itu yang sedang di alami olehnya," ucapan Darwin membuat Shintia mematung.

"Tetep mommy nggak akan pernah setuju, mommy berangkat!"

"Semoga tidak terjadi apa-apa," harap Darwin. Dering ponsel Darwin memecahkan lamunannya.

"Halo!"

"....."

"Benarkah?"

"......."

"Jadi hasilnya?"

"......"

"Segera kirimkan sekarang!"

Tut tut

Darwin segera membukan email yang masuk. Ia terkejut melihat apa yang barusan ia baca.






















Makasih yang udah mau baca😊
Jangan lupa Vote n komen dan baca cerita Arissa yang lainnya.
👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Where Is My Daddy, Mom? (COMPLETED) [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang