Bab 36

0 0 0
                                    

Sasa adikku selalu menemani diriku di saat sedih. Namun hari ini Fathin sudah memberikan yang terbaik dan ikut minta maaf atas kesalahan kakaknya. Aku sendiri tidak tahu apa alasannya. Sampai beberapa bulan kemudian aku menemukan sebuah alasan, di suatu surat yang mengatakan bahwa Naya tidak memiliki umur yang panjang lagi. Hal ini aku dapatkan setelah sempat bertengkar hebat dengan Nizan.

"Waktu itu ibu Naya datang ke aku, dia minta aku jagain Naya, aku gak bisa nolak permintaan seorang ibu."

Meski diriku sendiri adalah calon ibu. Belum tentu aku akan menjadi sederajat dengan para ibu. Ibu Nizan tidak selalu menyayangi dirinya, tetapi Fathin ataupun Nizan tetap tumbuh dengan kepercayaan yang begitu kuat. Di dalam hati mereka hanya ada mimpi yang tak bisa di hancurkan, berbeda denganku yang kadang suka menyerah. Mereka adalah panutan utama ku yang juga pernah melukai hatiku.  Hal yang paling berat setelah banyak hal yang terjadi aku juga mengatakan hal ini.

Aku tahu setelah sekian lama berlalu. Cinta ku akan kalah kepada kasih sayang seorang ibu. Ibuku juga selalu menguatkan diriku jika hal ini merupakan suatu jalan pintas. Pada akhirnya aku tidak menyesalinya, pilihan ini ada benarnya. Mengikhlaskan akan menjadi bekal untuk pemberian yang lebih besar. Naya sedang tidur di kamarnya dan aku berbicara dengan Nizan di depan rumah, meski ini adalah hubungan pertemanan. Aku baru tahu Naya ternyata punya penyakit separah itu, jika saja Windi tahu mungkin dia akan minta maaf.

Beberapa hari setelahnya aku berbicara dengan Windi setelah susah payah mendapatkan nomornya dari Rina. Mereka berdua ikut bersalah dan ku rasa kebencian Windi sedikit berkurang, mungkin karena Nizan sudah tidak mementingkan diriku lagi. Hal yang sama sekali tidak bisa aku tolak adalah merelakan. Namun jika ini baik untuk menjaga keutuhan persahabatan kita, maka ya sudahlah. Jika kita tetap di takdir kan sebagian kekasih, kita juga akan selalu menemukan jalannya. Jangan sampai kita terpisahkan itu saja yang aku ucapkan di dalam hati. Meski canda dan adegan drama yang kita buat dalam bungkusan ide dan cerita. Ini saja sudah jadi kumpulan kupu-kupu biru yang datang ikut menari.

Tidak ada yang tidak mungkin, ibu selalu mengatakan hal itu padaku. Ibu mengusap kepalaku, meski rambutnya telah memutih dan umurku yang sudah menginjak masa dewasa. Harusnya masalah cinta bisa di kesampingkan dulu, biarlah nanti semua punya jawabannya. Pengorbanan apa lagi yang mesti di lakukan kadang banyak hal yang terjadi membuatku bingung harus mengeluarkan kata-kata seperti apa.

Dalam hidup aku tidak menjumpai hal mudah, semuanya sulit. Hanya saja pandangannya itu terlihat mudah setiap tujuan punya jalan dan seberapa lama jalan yang di tempuh juga mempengaruhi seberapa cepat  itu tercapai dan ini semua bukan masalah salah atau tidak.

"Margena, maafkan aku yah?" ucapnya pelan.

"Iya aku tidak apa, selama kita tetap berteman dan bersama seperti ini."

Permusuhan ini berakhir karena keluluhan hati yang mengetuk perasaan. Ini bukan karena alasan, meski begitu semua pasti ada jalan, Nizan pun juga akan punya jalan untuk ku ataupun untuk Naya. Bagaimanapun sebagai teman, mungkin aku menganggap pertemanan ini hal yang susah untuk aku dapatkan. Dan sekali dapat, aku akan bersyukur jika mendapatkan teman yang memiliki hati baik di perasaan mereka yang paling dalam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Story is PausedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang