Bab 8

2 0 1
                                    

Bab 8

Kehidupan ini berawal dari bagaimana dia mengajarkan waktu yang berhenti. Atau bagaimana pertemanan kita berawal, aku hanya akan menceritakan tentang seorang pria bernama Nizan. Kalau kehidupannya tidak membawa perubahan mungkinkah pandangannya pada dunia akan membawa perubahan?

Sejujurnya aku tidak ingin berada terus dalam ketakutan yang sama, dengan keraguan yang masih belum aku tahu untuk siapa. Windi dan Naya, kedua sahabat baru yang menyukai satu pria. Jika saja waktu itu aku bisa memahami, apa yang Nizan lakukan, hanya saja dulu aku bukan orang istimewa.

Melihatnya menolak Windi saja aku susah marah, tetapi kemarahanku belum tentu di sukai banyak orang, tidak ada sisa untuk seseorang orang mengerti. Seharian ini aku hanya diam memandang Nizan, Sepulangnya aku memang hanya menghabiskan waktu dengan pekerjaan rumah. Tidak penting bagaimana rasa sakit cinta yang mereka rasakan.

Sebelum ke sini, aku sudah merasakan rasa sakit itu. Yang pasti aku tidak mau lagi berurusan dengan masalah itu, hatiku sakit jika harus mendengar tentang pria itu, pria yang dulu aku cintai.

Nizan bukan orang pertama, tetapi di sekolah ini. Sebagian orang akan bilang ini cinta monyet, tetapi aku adalah cinta manusia. Meski tidak selincah monyet kedua sahabat baruku sangat penting.

“Ini semua salahmu Nizan!” 

Sebentar lagi kalau semua berakhir aku tidak akan melepaskan dirimu. Walau sudah berteriak berkali-kali tetap saja tidak ada jawaban. Semua murid sudah masuk ke kelas masing-masing dan Cuma aku yang masih di sini. Diam membeku menahan sesak di antara barisan debu. Aku berusaha mencari udara segar di sela-sela celah yang masih ada.

Ketika kegelapan menyelimuti kesendirian, ada masa diriku akan merasakan takut yang sama. “Aku harus cari jalan untuk keluar,” ucapku.

Tetapi tubuhku tiba-tiba lemas, dan aku melihat pintu itu terbuka, meski sedikit lemas aku merasakan tubuhku di angkat dan di bawa ke tempat yang lebih segar dan empuk.

Aku harus istirahat itulah pikiranku, tidak banyak yang ingin aku tahu, selain beberapa alasan kecil yang sederhana, aku membutuhkan tempat untuk aku bercerita. Apa ada cara lain untuk aku berbicara selain menulis? Aku sudah ingin melukiskan perasaan ku.

Namun sekarang rasanya aku memang sudah banyak membuat masalah, tidak tahu seberapa buruk, aku juga ingin seperti seseorang yang berguna. Begitu sulit untuk aku jelaskan.

Nizan, bukan pria baik. Dari pandangan awalku, dia memang seperti itu. Keluarganya mungkin adalah cerminan dari kehidupannya. Sudah lama, semenjak kejadian itu. Kejadian sekarang juga tidak akan membuat perbedaan.

“Terimakasih,” ucapku pelan pada seorang wanita yang memberikan aku minuman hangat.

Sudah berapa kali semua ini berlalu, atau hanya aku saja yang merasakan suara ramai namun masih begitu sunyi? Suara air yang keluar dari kran sudah tidak lagi terdengar, hanya masih ada sepotong roti dengan selai strawberry di atas meja. Menjalani semuanya terasa begitu lelah, dengan pelan aku mulai mengambil roti dan memakannya. Masih dengan ragu aku tidak yakin akan mengingatnya.

Keadaan membawa perubahan alami, tetapi tidak semua perubahan itu alami. Perubahan karena paksaan tidak akan membuahkan perubahan yang bertahan lama. Kecuali jika mampu untuk bertahan. Aku memandang pria yang ada di sana, masih sibuk mengambilkan obat dan sedikit hangat. Ya, tangannya lumayan hangat bahkan masih terasa di hatiku.

Aku harus semangat tentunya untuk menyusul ujian IPS yang terlambat. Aku tidak ingin menceritakan apapun soal ini pada orang lain, tiba-tiba Nizan masuk dan menghapus sedikit keringatnya. Apa aku percaya dia kemari untuk sekedar berlari dan mengunjungi?
“Van, bagaimana keadaannya?”
“Dia baik Nizan, jangan di bahas.”
Nizan menoleh ke arahku yang sedang makan roti. “Kamu tidak apa-apa?”
“iya aku tidak apa-apa.”

“Siapa yang berbuat seperti ini?”

“Halah aku yakin itu pasti kamu, gak mungkin mereka melakukan itu tanpa perintah mu.”


Semakin lama aku mulai merasakan tubuhku yang sakit. Bekas jatuh tadi juga belum sembuh total. Bukan hari ini untuk aku menjelaskan semuanya secara lengkap. Ivan adalah teman Nizan, aku tahu setelah mereka banyak bercerita di hadapanku. Meski begitu aku memang ada janji untuk tidak tidur rugi, dengan rasa yang masih ada aku ingin mengeluarkan semua amarahku padanya.

Masih dengan sedikit bantuan orang lain aku akan bertahan aku hanya ingin sedikit lebih bertahan lama, kalau saja perasaan ini tidak membawa rasa sakit lebih buruk lagi daripada yang aku pikirkan sekarang tidak banyak yang harus aku lakukan, untuk berpikir atau menjalankan semuanya lebih sempurna. Dengan sedikit tersenyum  aku menatap Nizan sinis.

Aku masih belum mau meninggalkan area tempat kejadian. Jika aku benar-benar sadar berapa kali ini mesti harus aku alami. Tidak bisakah aku tenang dan kembali bangun di tempat yang tenang? Aku masih menunggu dengan setia terapi semuanya hanya membuatku merasakan trauma yang lebih parah. Sebaiknya aku bertahan dan masih harus berpikir sebelum orang lain menilaiku dengan salah.
Di luar semua udara akan terasa segar, namun udara yang di lepaskan juga mengalami waktu di mana mereka tidak lagi menjadi udara bersih. Hari ini mungkin aku akan telat bangun, setidaknya aku susah pikirkan bagaimana caranya untuk bertahan. Masih berpikir jika dia adalah roti dan mereka adalah selai strawberry.

Melihat seseorang bermain dengan lincah tanpa adanya diriku. Mungkin hari ini aku telah di absen, seorang pria seperti Ivan datang dengan banyak pertanyaan aku hanya bisa berdiam. Cerita ini hanya akan membuatnya bosan, pikirku. Aku ingin berdiri dan meninggalkan semua ini. Kalau saja aku masih punya banyak waktu untuk tertawa dan merasakan rasa kebebasan.
Tidak ada perasaanku yang baik-baik saja, jika sudah di perlakukan buruk. Aku tidak akan tinggal diam dalam gua yang penuh lumut. Orang-orang yang berkelahi atau orang yang menipu dengan sadis apa bedanya? Dengan kumpulan orang yang saling menyalahkan? Dengan pria itu peduli padaku, mungkin aku akan ber terima kasih Aku masih ingin mendengarkan banyak nasihat tetapi aku sudah terlambat untuk banyak hal.

“Apa kau akan menjadi sangat sibuk?” tanya Ivan.

“Oh iya, banyak kegiatan yang mesti aku lakukan aku sudah bosan dengan banyak hal, Ivan, bisa bantu akan mencari cara untuk lebih belajar lebih baik?” Aku sedikit bertanya padanya. Jangan berpikir buruk, dengan berkata kasar tidak akan membereskan masalah karena aku tidak memiliki bukti ataupun alasan yang cocok. Ini sudah hampir bertindak seperti kriminal. Padahal ini adalah hari kedua sebagai murid baru.

Sudah berapa banyak masalah yang aku ciptakan? Jawabannya lebih banyak daripada aku harus mengulangi semua yang terjadi. Aku benar-benar ingin kabur sekarang, kalau salah aku bisa mengingat apa yang lebih baik dari ini. Tetapi sekarang mungkin aku masih kanibal dengan ingatan jika Nizan Homoseksual.







Our Story is PausedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang