Aku tidak pernah menyalahkan mawar merah yang tumbuh didalam hatiku.
Aku hanya mengutuk mawar putih yang selalu bersinar dan memikat hatimu.
Aku diam. Tapi bukan berarti aku tuli.
Dan kau terus berbicara tentangnya.
Meski kau hanya mengkhayalkan dirimu dengannya. Namun hal itu sangat cukup untuk membuat dadaku begitu sesak.
Kau tersenyum dan aku hanya bisa mengagumi senyummu beriringan dengan hatiku yang semangkin terkikis.
Bisakah merah menjadi putih?
Bolehkah aku menjadi egois dengan ingin menjadi putih?
Atau menjadi bintang yang selalu kau umpamakan untuknya?
Atau takdirku begini.
Menjadi pemuja dibalik bayangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
RandomBila seisi dunia ku tumpahkan dalam tulisan. Maka seluas samudra pun aku takkan mampu memenuhinya. Karsaku Aksaraku.