Di pagi hari yang cerah, Cisia menikmati pagi nya dengan bermain pisau yang ia lempar-lempar menuju sasaran. Dia sering melatih ketepatannya dengan cara bermain lempar pisau.
Bahkan Draco sendiri heran, mengapa putrinya itu suka sekali bermain pisau. Tiba-tiba ia teringat seseorang, Bellatrix. Setaunya Bibi Bella juga suka menyimpan pisau, tetapi tidak seperti Cisia yang malah mengoleksi benda tajam tersebut.
"Lemparan yang bagus, Cis. Kau harus mengajari Scorpie seperti itu," Draco menyandarkan dirinya di dinding kaca ruangan milik Cisia.
Cisia memiliki ruangannya sendiri, karena Draco pikir dia butuh ruangan untuk mengoleksi pisau-pisaunya itu. Lucius sendiri menyuruh Draco untuk menjauhkan pisau-pisau dari tempat tidur Cisia.
"Scorpius tidak butuh pisau, dad. Dia hanya perlu ilmu yang mencukupi otaknya saja," Draco yang mendengarkan kata-kata anaknya itu pun terkikik sampai memegangi perutnya.
"HEH APA-APAAN ITU!! KAU PIKIR AKU BODOH HAH?! AKU MENDENGARMU LIL SISTER!!" Cisia hanya menyeringai mendengar teriakan Scorpius dari sebelah ruangannya.
"Itu tandanya kau tolol dalam segala hal, Scorp. Yakan, Sisy?" Quila yang sedang bermain iPad pun ikut-ikutan mengomentari. Scorpius langsung melempar bantal sofa kearah Quila.
"Of course." Jawab Cisia dengan tawa kecilnya.
Draco yang mengamati ketiga anaknya itu pun hanya menggelengkan kepalanya.
•••
"Kalian besok sudah kembali ke Hogwarts ya?" Ketiga anak itu pun langsung menoleh kearah ibunya dengan sedih.
"Iya, cepat sekali. Aku tidak bisa berpisah dengan Mum," tutur Quila dengan wajah sedihnya.
"Aku tidak bisa bermain quidditch dengan dad lagi," Tambah Scorpius. Draco pun hanya tertawa kecil melihat tingkah putra sulungnya itu.
"Aku akan merindukan pisauku." tambah Cisia. Semua mata pun langsung memandang Cisia dengan tatapan ngeri. Yang ditatap pun melanjutkan menyantap makanannya.
Akhirnya keadaan canggung itu diselesaikan oleh Scorpius dengan menceritakan kisahnya saat terkena bludger dan membuat semua orang tertawa.
"Baik, setelah ini kalian harus menyiapkan pakaian dan buku-buku kalian, ok?" Hermione memastikan semua barang yang dibutuhkan harus disiapkan dari sekarang.
"Okay, Mum." Jawab mereka bertiga serempak.
•••
"Hei," sapa Hermione lembut begitu memasuki kamar Cisia.
"Ada apa, Mum?" Tanya Cisia yang tidak berpaling dari buku yang dibacanya.
Hermione pun mendekat kearah Cisia, dan duduk ditepi kasur yang sedang ditiduri Cisia.
"Apa kau tidak merindukan, Mum? Mum rasa kau lebih menyayangi pisau mu, eh?" Cisia langsung menutup bukunya dan duduk berhadapan dengan ibunya.
"Tentu saja aku lebih menyayangimu, Mum, dan juga Dad, dan saudara-saudara ku tentu saja."
Hermione mengangguk sambil mengelus surai coklat milik anaknya.
Dia menatap putrinya dengan intens, seperti putri nya itu merahasiakan sesuatu.
"Mum? Are u okay? Dad menunggumu diluar,"
Hermione langsung berpaling dan menatap seseorang yang sedang bersandar di pintu kamar milik Cisia.
Saat Hermione mulai beranjak, Draco pun ikut masuk ke dalam kamar Cisia.
"Apa kau merahasiakan sesuatu, sayang?" Tanya Draco dengan nada halus kepada putri bungsunya itu.
Cisia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Hei, kau tidak harus berbohong bukan? We are family, right? Masalahmu masalah kita semua," Cisia masih tetap teguh dengan pendiriannya. Dia masih enggan mengatakan sesuatu.
Sampai Hermione mencium ujung kepala Cisia, dengan mata yang berkaca-kaca.
"Mum? Apa aku melakukan suatu kesalahan? Ma-"
"Tidak, mum hanya tidak ingin terlalu jauh denganmu, mum tau kau sudah beranjak dewasa sekarang, tetapi apabila ada suatu masalah yang mengganggumu, ingatlah orang tuamu, Sisy. Mereka selalu ada bersamamu, ok?" Cisia pun langsung memeluk Hermione sangat erat.
"Tenang saja, mum. Ini bukan sesuatu yang menggangguku, hanya saja-"
"Hanya saja?" Draco menyela dan masih menunggu lanjutan dari Cisia.
"Ah, tidak apa-apa," jawab Cisia yang diakhiri dengan senyuman manisnya.
Lalu Hermione dan Draco memberikan kecupan selamat malam kepada Cisia dan meninggalkan kamar Cisia.
"Aku rasa ini ada hubungannya dengan pisau pisau itu," ucap Draco saat mulai memasuki kamar mereka.
"Sudahlah, beri dia waktu, ok? aku tidak menyangka dia sudah sebesar ini sampai-sampai punya rahasia kepada kita," kata Hermione yang diakhiri dengan tawa lemahnya.
Draco langsung berbaring di kasurnya, sedangkan Hermione melakukan sesuatu perawatan rutin dengan wajahnya.
"Hahaha benar sekali, aku masih ingat saat ulang tahun Cisia ke 7 itu, dia bahkan mengatakannya dengan jujur saat memergoki si Potter itu," Draco tertawa keras sembari mengingat kejadian memalukan itu.
Bahkan Hermione sampai meneteskan air matanya karena tertawa cukup lama. Sungguh terhibur dengan kenangan memalukan itu.
•••
"Baiklah anak-anak, kalian jangan lupa kirim surat untuk Mum dan Dad, ok?" Pesan Hermione kepada anak-anaknya itu.
Mereka bertiga pun mengangguk dan mengucapkan kata-kata perpisahan kepada orang tua mereka.
"Mum, jawablah suratku dengan tepat waktu, ya! Mum jaga kesehatan, jangan biarkan Dad bermain quidditch di malam hari," Quila ikut-ikutan memberi pesan kepada Hermione.
Draco mendekati Cisia, "Hei princess, kalau ada yang mengganggumu katakan saja pada Dad, ok? Dad akan cepat menuju Hogwarts untuk membantumu," Cisia pun tersenyum sambil mengerutkan hidungnya yang sedang dicubit oleh ayahnya itu.
Setelah melakukan adegan peluk-pelukan, mereka bertiga langsung memasuki kereta Hogwarts Express yang seakan-akan menunggu untuk dimasuki para Malfoy muda itu.
Didalam kereta, Quila dan Scorpius melambai kearah orang tuanya, sedangkan Cisia hanya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐨𝐮𝐫 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲. | malfoy [✓]
FanfictionKekuatan tak terduga dari si bungsu Malfoy yang juga si penyelamat keluarganya, darimana asalnya?