✧ 1:0 ✧

678 72 1
                                    

Seorang gadis berjalan ditengah hutan yang hanya disinari oleh cahaya bulan.

Tanpa alas kaki, ia tetap melanjutkan perjalanannya menuju dua pohon dimana ditengah-tengah pohon tersebut sangat gelap.

Lalu munculah seekor kucing liar, yang lumayan besar dari ukuran kucing biasanya.

Dibelakang kucing tersebut muncul lah seorang wanita cantik dengan pakaian seperti zaman dahulu kala, hanya menutupi bagian dada dan bagian intim lainnya, walaupun berpakaian seperti itu, ia tetaplah cantik.

Gadis itupun berjalan perlahan mendekatinya.

"Si-siapa kamu?" Tanyanya terbata-bata.

"Aku adalah wanita yang menolongmu," jawab wanita itu dengan suara anggunnya.

"Maksudmu?"

"Aku adalah Dewi Nyx, sang dewi malam, bayangan, dan..."

"Kegelapan," sela gadis itu.

Tidak merasa kesal, wanita itu justru tersenyum kearahnya.

"Ibuku yang memberitahuku, jadi siapa kau sebenarnya? Apa hubungannya denganku?"

"Apakah pernyataanku sebagai Dewi Nyx kurang jelas bagimu, sayang?" Tanyanya dengan lembut sambil berjalan mendekati gadis tersebut dan diikuti oleh kucing besarnya itu.

"Apa kucingmu memang sebesar itu?" Tanya gadis itu dengan wajah polosnya.

"Kucing ini merupakan kucing Lynx, kau juga memilikinya, sayang, dia selalu berada disekitarmu..." Bisiknya wanita itu tepat didepan wajah gadis tersebut.

"Ap-apa?! Untuk apa dia disekitarku??" Gadis itupun terlihat terkejut dengan pernyataan Dewi Malam itu.

"Tentu saja menemanimu..."

Tubuh wanita itu mulai memudar sebelum menyelesaikan kalimatnya.

"dan melindungimu..." Suaranya telah samar dan tidak begitu bisa didengar oleh gadis itu.

Gadis itu pun melihat sekelilingnya mencari wanita itu. Tetapi hasilnya nihil, hingga terdapat seseorang membawa tongkat sihir dan berusaha melemparnya sebuah kutukan.

"Hei!! Apa yang kau la- ARRGGH!!"

"Bangunlah! Sudah pagi, ayo sarapan, mereka menunggumu Cis," kata Quila sambil mengayunkan tubuh Cisia.

"Ah, ba-baiklah, akan kususul kesana," jawab Cisia sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing itu.

Quila pun mengangguk mendengar jawaban adiknya dan pergi menuju ruang makan.

"Dimana Cisia?" Tanya Hermione dengan nada khawatirnya.

"Dia akan menyusul, Mum, mungkin membasuh wajahnya terlebih dahulu," jawab Quila santai.

Didalam kamar mandi, Cisia memandangi dirinya di cermin.

"Apakah mimpi itu benar-benar nyata?" Cisia mulai bermonolog.

"Ah, hanya mimpi!" Gumamnya dan melanjutkan membasuh wajahnya.

•••

"Bagaimana tidurmu, sayang?" Tanya Draco begitu melihat Cisia memasuki ruang makan mewah tersebut.

"Mimpiku aneh, dad," jawab Cisia yang tetap menampilkan wajah tidak pedulinya.

Lalu ia duduk dikursi sebelah Quila.

"Apa yang kau mimpikan, Sis?" Tanya Quila yang sedari tadi memegangi pisau dan garpu dikedua tangannya.

"Tidak terlalu penting," Cisia tersenyum datar kearah Quila.

Scorpius pun yang berada di samping Quila mulai meledeknya, "Mimpimu menyeramkan pasti, dan kau mulai ketakutan lalu tidak bisa tidur, maka dari itu kau malu mengatakan mimpimu, bukan?" dan diakhiri dengan seringainya yang menyebalkan.

"Terserah kau, Scorp, aku hanya memimpikan seorang wanita cantik, bukankah seharusnya wanita itu masuk kedalam mimpimu, Scorp? Dan kau tidak akan bangun karena terlalu menikmati waktu bersamanya," jawab Cisia dengan enteng disetiap katanya.

Scorpius pun menatap adiknya dengan tatapan tajam.

"Hal itu berarti mimpimu sangat indah, kan?" Tanya Narcissa dengan lembut.

"Hal itu akan indah jika aku tidak dilempar mantra kutukan diakhir mimpi," jawab Cisia sambil meringis.

"Benar-benar buruk," tambah Hermione yang berada diseberang Cisia. Cisia pun menyetujui perkataan ibunya itu.

Lalu sarapan itu pun dimulai dengan damai. Tidak dengan keempat orang tua itu, mereka masih memikirkan tentang serangan yang terjadi di kediaman mereka.

•••

Ketiga remaja Malfoy itu terlihat bersenang-senang di halaman Malfoy manor.

"Cis tangkap!" Scorpius berteriak kearah Cisia sambil melemparkan bola kasti kearahnya.

"Lemparan yang bagus, Scorp," Balas Cisia setelah menangkap bola putih itu.

Quila sedari tadi memvideokan kedua saudaranya itu menggunakan iPad ditangannya.

Dia selalu menge-zoom wajah Scorpius dan Cisia yang menurutnya lucu.

Tetapi bagi Cisia wajah seperti itu sangat memalukan dan tidak akan pernah ia lihat lagi.

Mereka bertiga lalu berhenti beraktivitas dan berkumpul disalah satu kursi taman yang ada disitu.

"Sangat melelahkan sekali," kata Scorpius sambil menyandarkan tubuhnya.

Quila dan Cisia pun menonton video yang dibuat Quila tadi.

"Oiy Sis, aku sejak kemarin penasaran sekali dan ingin menanyakan langsung padamu," sela Scorpius dengan menatap Cisia.

"Uh-huh? Scorpius penasaran denganku ternyata," ejek Cisia yang dilanjutkan dengan kikikan dan Quila pun ikutan terkikik.

"Aku serius," gerutu Scorpius dengan wajah masamnya.

"Bagaimana bisa kau melakukannya?"

"Melakukan apa, Scorp?" Tanya Cisia dengan nada kesal.

"Saat kita berencana menyerang mereka, kau bisa tahu jumlah mereka dan apa yang mereka lakukan, ba-bagaimana kau melakukannya?" Tanya Scorpius disertai bukti yang ia ketahui.

Cisia dan Quila pun saling tatap-tatapan.

"Apa kita harus memberitahunya?" Tanya Quila sambil berbisik kepada Cisia.

Dengan berat hati, Cisia mengatakan, "Ini sangat rahasia, super super rahasia, hanya aku dan Quila yang tahu, kau harus merahasiakan ini, Scorp!" Jelas Cisia sambil berbisik.

"Apa yang harus kurahasiakan?" Tanyanya dengan nada polosnya.

Cisia pun memutar matanya malas. Quila dengan santai melemparkan sentilan di dahi Scorpius.

"Aw, ada apasih dengan kalian!" Bentak Scorpius sambil menyipitkan matanya.

"Tidak disini, Scorp. Bisa jadi Mum atau Dad mendengarnya," Quila memberitahu Scorpius, lalu mereka bertiga berjalan masuk ke manor.

𝐨𝐮𝐫 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲. | malfoy [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang