Cahaya bulan memasuki kamar si kembar. Semua lampu sudah di matikan dan seharusnya ini sudah waktunya untuk beristirahat.
Tetapi mereka berdua justru duduk diatas kasur dan saling berhadap-hadapan sedang serius membahas sesuatu dengan suara bisikan.
"Bukankah itu aneh?" Tanya Quila sambil menatap Cisia dengan sedih.
"Benar, biasanya Dad kalau melihat kita berkumpul dia akan jauh lebih senang dan ikut bergabung bersama," Cisia menambahkan.
Saat tengah serius berbisik-bisik, pintu kamarnya pun terbuka. Si kembar itu langsung membaringkan tubuhnya dan berpura-pura tidur.
"It's me Scorpie," bisik Scorpius begitu memasuki kamar si kembar lalu mengunci pintunya.
"Kukira kau Mum!" Gerutu Quila dengan kedua tangannya mengangkat bantal seolah-olah ingin melemparnya kearah Scorpius.
Scorpius pun hanya mengeluarkan cengiran tanpa dosanya. Ia ikut bergabung diatas kasur bersama adik-adiknya.
"Kenapa kau kemari?" Tanya Cisia dengan cepat.
"Mari kita membahasnya bersama, tentang...tentang Dad," ucap Scorpius walaupun suaranya terdengar tegar, tetapi dia juga merasa sedih dengan perubahannya.
"Kita sedari tadi juga sedang membahasnya, Scorp." Kata Quila sambil menepuk pundak Scorpius pelan.
"Um, menurut kalian apa yang terjadi dengan Dad?" Tanya Cisia langsung memasuki topik.
Mereka bertiga pun bertatap-tatapan terlebih dahulu, menunggu salah satu untuk mengatakan sesuatu.
"Sepertinya dia melakukan sesuatu yang fatal?" Quila mengawalinya.
Lalu Scorpius menambahkan, "Dan ia dibenci rekan-rekannya karena sombong," Scorpius pun dihadiahi pukulan oleh kedua saudarinya itu.
"Kalian pikir Dad seperti itu ditempat kerjanya?" Tanya Cisia kesal.
"Maybe," jawab Scorpius singkat.
"Ugh! Lihatlah sikapnya, Scorp! Pikirkan baik-baik, kalau Dad melakukan hal seperti itu, Dad tidak akan berlaku buruk terhadap Mum ataupun Quila!" Jelas Cisia untuk membantu membuka pikiran para kakaknya itu.
Quila dan Scorpius pun mengangguk setuju.
"Kalau menurutku sih, dia terkena...mantra," tambah Cisia yang dihadiahi tatapan terkejut dari kakaknya itu.
"Ba-bagaimana bisa? Bukankah Dad bekerja di dunia muggle? Yang mungkin sulit untuk melakukan sihir," kata Quila sambil menjelaskan alasannya.
"Nope! Dunia muggle bukan hanya untuk muggle, bahkan penyihir pun sekarang banyak yang tinggal disana, contohnya Mrs.Rowling, dia penyihir terkenal bukan? Nah, berhubung akhir-akhir ini terjadi serangan di manor, jadi menurutku ini ada hubungannya." Ungkap Cisia dengan mantap.
"Bisa jadi bisa jadi, kupikir penyihir ini sangat pandai dalam strategi, bahkan Dad sendiri pun bisa terkena mantranya," tambah Quila.
"Tapi mengapa hanya keluarga pureblood? Ma-maksudku...apa kalian melihat berita penyerangan lainnya selain Malfoy, dan Nott mungkin, bahkan Nick memberitahuku kalau manornya terasa seperti diawasi oleh seseorang," Scorpius memberitahu beberapa informasi.
"Masuk akal jika pelakunya merupakan teman mereka sendiri," kata Cisia santai.
"Maksudmu?" Quila masih tidak paham dengan perkataan Cisia barusan.
"Bisa jadi yang melakukan semua penyerangan ini teman mereka sendiri, coba kalian pikirkan, Paman Blaise? Kupikir dia tidak mungkin menyerang sahabatnya sendiri, Paman Theo? Bahkan dia melihat katak terinjak saja sudah nangis tidak karuan, Bibi Pansy? Bibi Daphne? AH, BIBI DAPHNE!" Cisia memekik teringat sesuatu akan Bibi Daphne.
"Bibi Daphne dia sangat baik tau! Mana mungkin melakukan hal seperti itu pada keluarga kita," bela Scorpius tidak terima.
"Iya Scorp, aku tahu! Tetapi bagaimana dengan adiknya? Astoria Greengrass? Hm?" Tanya Cisia yang diakhiri dengan seringai andalannya.
Quila membelalakan matanya dan mulutnya terbuka lebar.
"D-dia bebas?" Tanyanya terbata-bata.
"Kau tahu dua penyerang itu? Tandanya dia memiliki banyak pengikut, Quil!" Jelas Cisia.
Mereka bertiga pun mulai merasa was-was akan serangan serangan yang baru.
Saking lamanya berdiskusi, mereka mulai kelelahan dan tidur bersama dikasur queen size itu.
•••
Sarapan kali ini suasananya berbeda jauh dari hari-hari sebelumnya.
Narcissa dan Lucius pun sudah mencoba beberapa mantra untuk mengetahui apa yang terjadi pada putra semata wayangnya, tetapi hasilnya nihil, tidak ada perubahan rasanya mantra itu terlalu kuat.
Hermione pun pernah terlihat menangis sesenggukan di perpustakaan, dan Cisia melihatnya.
Draco dengan jiwa palsunya memakan sarapannya dengan wajah datar dan pandangan kosong.
"Drake? Hari ini kau dirumah saja," kata Narcissa memutuskan.
Hermione pun menyetujui perkataannya.
Tetapi ternyata Draco memberi respon, menggelengkan kepalanya.
"No! Kau tetap di rumah!" Lucius menegaskannya. Setelah itu tidak ada yang berani berkata lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐨𝐮𝐫 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲. | malfoy [✓]
FanfictionKekuatan tak terduga dari si bungsu Malfoy yang juga si penyelamat keluarganya, darimana asalnya?