✧ 0:7 ✧

747 86 2
                                    

"Aku sudah diberitahu mantra untuk membukanya," kata Draco dengan antusias. Hermione pun menyuruh Draco untuk cepat melakukannya.

"Shirzie, tolong bawakan piring ini kedapur," Shirzie si peri rumah milik Hermione itu langsung menuruti perintahnya.

"Nah sekarang lakukan sesuatu, Drake,"

Draco langsung menggumamkan mantra pembuka ruangan itu.

"Erragora," seketika kaca yang semula menjadi dinding, kini kaca tersebut turun layaknya tenggelam kedalam tanah.

Sekarang tampilan ruangan milik Cisia seperti ruangan terbuka, kecuali dibagian pojoknya yang terdapat dinding kayu untuk menggantungkan pisau-pisau miliknya.

"Saat aku melangkah memasuki ruangannya, disini rasanya sangat tenang," gumam Hermione.

Hermione belum pernah memasuki ruangan milik Cisia, semenjak diruangan tersebut dipenuhi oleh pisau-pisau.

"Ruangan ini terasa sunyi dan tenang, aku tidak merasakan apa-apa disini," ucap Draco sambil mengamati setiap sudut ruangan itu.

Mereka berdua menghabiskan waktu hampir dua jam diruangan milik Cisia, dan tidak menemukan keanehan lainnya.

"Benar-benar seperti ruangan hampa disini, kita pergi saja, lebih baik tanyakan saat dia pulang, Drake! Ingatlah kita telah melakukan kesalahan karena telah melanggar privasi nya bukan?" Draco pun menuruti perkataan istrinya itu. Lalu mengembalikan ruangan itu seperti semula.

•••

Beberapa jam sebelumnya...

"Cisia, kau mau kemana?" Tanya Professor Longbottom disela-sela pelajaran herbology nya.

"Maaf, Prof! Aku meninggalkan catatan tugasku di asrama, akan kuambil." Professor Longbottom belum menjawab apa-apa, tetapi Cisia sudah tak terlihat diluar ruangannya.

'Sial! Mum dan Dad membuka ruanganku' batin Cisia cemas.

Cisia segera berlari menuju toilet terdekat, setelah itu ia memasuki toilet itu dan menguncinya.

"Aku harus menghilangkan barang-barang yang berisi eksperimenku," gumam Cisia sambil menetralkan napasnya.

Cisia menarik napas dan menggenggam tangannya kuat-kuat, "etlosorum,"

Mantra non-verba yang diucapkan Cisia adalah mantra buatannya sendiri. Dengan mantra tersebut, benda apapun yang ingin kau sembunyikan bisa hilang sesuai keinginanmu.

Cisia disini menggumamkannya sambil menggenggam erat-erat tangannya seolah-olah dia sedang menggenggam barang-barang miliknya.

Dia juga dapat mendengar apapun yang diucapkan seseorang di area miliknya.

"Oh, mereka mencurigaiku, Mum, Dad, kenapa kau lakukan ini, hh," Cisia mengakhiri gumamannya dengan helaan napas kasar.

Cisia melakukan hal ini sambil menahan tangannya untuk tetap terkepal, hingga kedua orang tuanya keluar dari ruangannya dan membuat ruangan itu seperti semula.

Cisia menghela napas lega dan melemaskan genggaman tangannya dan mulai mengembalikan barang-barang miliknya, "vrategeto,"

Barang-barang eksperimennya sudah kembali semula di tempatnya. Maka dari itu, Draco dan Hermione tidak dapat merasakan sihir apapun didalamnya.

Cisia melihat kearah arloji ditangannya, sudah memakan waktu hampir dua jam, lalu dia kembali menuju kelas herbology, dengan beralasan buku tugasnya sulit dicari dan dia memutuskan untuk kembali kekelas dan memberikan buku itu setelah semua mata pelajaran hari ini selesai.

•••

"Albus! Boleh kupinjam catatanmu tadi?" Cisia berjalan cepat kearah Albus.

"Tentu, nih! Kau dari mana sih, lama sekali! Jangan jangan kau buang air besar ya?" Cisia langsung menjitak kepala Albus hingga sang pemilik kepala pun kesakitan.

Untuk menghindari balasan dari Albus, Cisia berlari kencang menjauhi kelas herbology yang sekarang sudah diisi oleh murid-murid Hufflepuff tahun ke-4.

Albus pun ikut mengejar Cisia, hingga diujung lorong ada sekelompok gadis yang ditengahnya ada Eve.

Cisia seketika merubah mimik wajahnya menjadi datar dan dia berhenti berlari begitu juga dengan Albus.

"Eh ada yang lagi pacaran nih!" Eve memulai perlawanan dengan Cisia.

'mana sudi aku berhubungan dengan Albus' batin Cisia sambil melirik tajam kearah Albus.

Albus yang merasa dilirik tajam oleh Cisia pun memutar bola matanya malas.

"Kalian bisa minggir sebentar? Kita mau pergi ke kelas ramalan," kata Albus dengan suara sopannya.

"Oh begitu? Ya coba lewat saja, anggap saja kami tidak ada," jawab Tarine teman sekamar Eve.

Karena dia mengatakan hal seperti itu, Cisia memundurkan langkahnya sejauh 3 meter.

"Kenapa? takut Cis?" Tanya Eve diujung lorong itu.

"Albus anggap saja mereka tidak ada, ingat itu!" Teriak Cisia dari tempatnya. Albus pun yang awalnya menatap Cisia bingung, sekarang dia paham maksud dari gadis itu.

Albus tersenyum bahkan hampir tertawa melihat tingkah Cisia, karena dia tahu apa yang akan terjadi.

Cisia sudah merenggangkan ototnya, dan menatap tajam lorong yang dipenuhi kelompok Eve itu.

Cisia menghitung dalam hati, hingga hitungan ketiga, Cisia berlari kencang kearah lorong tersebut dan tidak sengaja menginjak beberapa kaki dan menendangnya. Albus pun mengikuti Cisia dari belakang dan mengabaikan rintihan orang-orang dibelakangnya.

"Jangan macam-macam denganku lagi, Eve! Kuperingatkan kau!" Tegas Cisia yang akhirnya memutuskan naik ke kelas ramalan.

Albus dan Cisia pun terkikik saat memasuki kelas ramalan itu.

"Mereka bodoh sekali, salah sendiri mengatakan hal seperti itu 'inggip siji kimi tidik idi' pfftt, tau rasa dia," Albus kembali menertawakan para gadis dilorong itu sambil mengikuti perkataan Tarine.

𝐨𝐮𝐫 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲. | malfoy [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang