✧ 0:5 ✧

1K 104 10
                                    

"Bagaimama bisa penyihir berumur 16 tahun melakukan mantra seperti itu?"

'Professor tua menyebalkan!' dengus Cisia sambil memalingkan wajahnya dari Professor Martila.

"Tidak ingin menjawab, hm? Atau kupanggilkan orang tua mu?" Cisia langsung mendongakkan kepalanya menghadap Prof. Martila.

"Tidak perlu, prof. Akan saya katakan sekarang, saya menemukan mantra tersebut dari buku buku mantra dirumah saya," jawab Cisia dengan lancar.

"Uh huh? Dan kau mempelajari ilmu yang sangat hitam juga? Dan mempraktekannya?" Cisia memiringkan kepalanya bingung.

"Saya tidak mempraktekkan ilmu 'yang sangat' hitam apapun dan pada siapapun, karena saya tahu konsekuensi nya, prof." Cisia mulai menatap datar kepada professor Martila.

"Dan tentu saja, setiap akhir pekan ayah saya selalu mengajari kami untuk melakukan pertahanan diri, baik professor saya kira penjelasan saya sudah cukup, saya perlu melanjutkan pelajaran saya selanjutnya," Cisia langsung membalikan badan dan dihentikan oleh Professor Martila.

"Tetapi setelah ini makan siang terlebih dahulu, sayang," ucap Professor Martila dengan senyum menyebalkan yang terpampang diwajahnya.

"Benarkah? Anda melupakan sesuatu, prof. Apakah anda lupa saya adalah anak dari Hermione Malfoy, yang tentu saja memiliki izin darinya dan Professor McGonagall untuk menggunakan ini," Cisia memainkan time turner didepan wajahnya, dan membuat Professor Martila tersenyum kecut.

Kemudian Cisia memasukan time turner kedalam jubahnya dan langsung keluar dari ruangan menyesakkan itu.

"Sisy! Bagaimana?" Quila langsung menyambar tangan Cisia dan menatap tangan itu dengan intens.

"Oh my god! Kalian ada apa sih sampai datang kemari," Cisia menggerutu kesal dengan ketiga manusia kesayangannya itu.

"Kami khawatir denganmu, Sisy!" Balas Lily yang langsung menggandeng tangannya.

Albus pun mengikuti mereka berjalan menuju asrama Gryffindor.

Sebelumnya, masalah Cisia dengan mapel yang ingin ia ikuti menggunakan time turner sebenarnya bohong, dia tidak pernah mengikuti mata pelajaran menggunakan time turner itu, lagian time turner yang ia tunjukan tadi adalah palsu, entah mengapa fake time turner itu ada dijubahnya.

•••

"Cepat ceritakan apa yang kalian bicarakan?" Lily memaksa Cisia untuk menceritakan apa yang terjadi dengannya di ruangan Prof. Martila.

Cisia pun menceritakan semuanya dengan rinci. Ingat! Hanya menceritakan apa yang terjadi di ruangan tersebut.

Quila, Lily, dan Albus pun menganga mendengar penjelasan Cisia.

"Kau memiliki nyali yang besar, Sis! Bagaimana dengan time turner nya?" Albus bertanya kepada Cisia, Cisia pun merogoh-rogoh jubahnya.

Tetapi hasilnya nihil, didalam jubah tersebut time turner nya tidak ada sama sekali.

"Ti-tidak ada!" Ucap Cisia terbata-bata.

"KAU MENGHILANGKAN TIME TURNER MILIK MUM?! APA SIH ISI OTAK MU ITU SISY!!" Lily menenangkan Quila dengan mengelus-elus punggungnya.

Sedangkan Albus memantrai kamar milik Quila dan Lily menggunakan mantra mufliato, supaya yang lain tidak mendengarnya.

"Tenanglah, Aquilae Hera Malfoy! Aku yakin sekali time turner itu palsu! Lagian aku percaya kalau sampai sekarang aku tidak pernah menyentuhnya, barang itu masih berada dilemariku kok," cerita Cisia yang diakhiri dengan tangan membentuk huruf V.

"Bagaimana kau tau itu palsu?" Kini giliran Lily yang bertanya.

"Lingkaran yang mengelilingi jam pasir itu berwarna silver, sedangkan yang asli berwarna emas." Jawab Cisia dengan enteng.

Mereka bertiga akhirnya menghela napasnya dengan lega.

Albus dan Cisia memutuskan untuk kembali keasramanya, masih ada setengah jam sebelum makan siang dimulai.

Para gadis ravenclaw memandang Albus dengan kagum. Apalagi para laki-laki dari Hufflepuff itu juga memandangi Cisia tidak berkedip.

"Berhenti menatap adikku seperti itu, dasar!" Scorpius tiba-tiba muncul dari belakang Cisia dan merangkul pundaknya.

"Darimana kalian?" Tanya Scorpius dengan posesif terhadap adiknya itu.

"Gryffindor, pirang! Kau ini peduli apa sih?" Sinis Albus yang merasa diabaikan oleh Scorpius.

"Tentu saja! Karena kau bersama adikku, jadi aku berhak menanyai kalian," jawab Scorpius santai dengan wajah datarnya.

Albus hanya memutar matanya malas. Mereka bertiga berjalan santai menuju asrama Slytherin.

•••

Di ruang rekreasi terasa ramai, walaupun hanya ada Scorpius, Cisia, Albus, Nick, dan Val.

"Anjir! Sakit tau!" Scorpius berjengit karena tangannya terinjak sepatu milik Valerie.

"Anjir? Apa itu anjir?" Tanya Nick dengan polos.

"Anjir tuh bahasa yang mengungkapkan bahwa kau kesal, um, bahasa dari mana ya aku lupa, pokoknya negaranya tu pulaunya banyak!" Jelas Scorpius, dengan bodohnya Nick dan Albus mengangguk paham.

"Indonesia, Scorp! Disana asal mulanya Nagini," Cisia memberi pengetahuan lagi kepada sahabat dan kakaknya itu.

"Satu lagi! Kalian jangan biasakan mengatakan hal itu, tau! Kata-kata itu sangat kasar, jangan contoh kakak bodohku ini," seru Cisia dengan mengungkapkan kekesalannya.

Val pun tertawa keras mendengar perkataan Cisia.

"Memang, Scorp itu tidak mudah dipercaya!" Val ikut menambahi.

Scorpius mulai terpojokkan oleh dua gadis dihadapannya saat ini.

Nick dan Albus hanya ikut menyoraki Scorpius.

Hingga waktu makan siang pun tiba, mereka berlima langsung bersiap-siap menuju aula.

𝐨𝐮𝐫 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲. | malfoy [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang